Mgr Alberteus Hermelink 27 Tahun Terkubur Jasadnya Masih Utuh
Meski sudah 27 tahun terkubur, jasad Romo Mgr Albertus Hermelink Gentiaras SCJ, tokoh gereja pertama di Pringsewu, masih terlihat utuh. Saat dilakukan pengangkatan dan pemindahan tanggal 6 Juli 2010 lalu, peti jasad Romo Kanjeng, demikian ia lebih dikenal masyarakat Pringsewu, yang terbuat dari kayu jati ukir tidak rusak. Hanya zat pelitur pelapis kayu yang terkikis.
TAHUN 1953, Romo Kanjeng beralih menjadi warga Negara Indonesia. Dan namanya pun bertambah dengan nama belakang Gentiaras. Pada tahun 1961, Romo Kanjeng diangkat menjadi uskup pertama di Tanjung Karang.
Pada tahun 1976, beliau mengundurkan diri sebagai uskup emeritus.
Ia pun mengabdikan sisa hidupnya sebagai pastor di paroki Santo Yosef Pringsewu hingga akhir hayatnya pada tahun 1983. Romo Kanjeng pun dimakamkan di pemakaman katolik Pringombo, Pringsewu.
Dalam buku bunga rampai kenangan 75 tahun gereja katolik paroki Santo Yosef Pringsewu, juga tertulis, pandangan beberapa umat katolik Pringsewu, akan kerendahan dan kesederhanaan dari Romo Kanjeng. Satu diantaranya, Subardi, sesepuh Paroki Santo Yosef Pringsewu.
Dalam komentarnya, ia mengungkapkan kebiasaan Romo Kanjeng yang rajin menjenguk orang sakit yang tidak di gereja. Sedangkan Martoyo Markus, dalam ungkapannya, mengatakan, jiwa merakyat Romo Kanjeng tidak tertandingi.
Pandangan yang sama juga terlihat dari ungkapan Mahfud Mufti, pemantu KH Gholib, seperti yang tertuang alam buku bunga rampai kenangan 75 tahun gereja katolik paroki Santo Yosef Pringsewu.
Menurut Mahfud, ia sering kali bertemu dengan Romo Kanjeng sore-sore sambil berjalan kaki, membawa payung dan senter untuk mengunjungi umatnya. Dengan ramah, terang Mahfud, ia menyapa setiap orang yang dijumpainya dengan bahasa Jawa. Kalangan muslim pun, lanjutnya, sangat mengenal Romo Kanjeng akan keramahtamahannya tersebut.
Sedangkan Romo Polikaspus Gunawan SCY, pada waktu pembongkaran makam Romo Kanjeng pada 6 Juli lalu, mengungkapkan, bahwasannya Romo Kanjeng merupakan sahabat dekat dari KH Gholib, salah satu tokoh Muslim di Pringsewu.
Oleh karena itu, ia pun berharap, keteladanan Romo Kanjeng menjadi teladan bagi umat katolik Pringsewu, dalam membina kerukunan umat beragama. "Keteladan dari Romo Kanjeng harus menjadi ispirasi bagi umat dalam membina kerukunan antar umat beragama di Pringsewu," ungkapnya kala itu.
Editor : oro
Source : Tribun Lampung
Meski sudah 27 tahun terkubur, jasad Romo Mgr Albertus Hermelink Gentiaras SCJ, tokoh gereja pertama di Pringsewu, masih terlihat utuh. Saat dilakukan pengangkatan dan pemindahan tanggal 6 Juli 2010 lalu, peti jasad Romo Kanjeng, demikian ia lebih dikenal masyarakat Pringsewu, yang terbuat dari kayu jati ukir tidak rusak. Hanya zat pelitur pelapis kayu yang terkikis.
TAHUN 1953, Romo Kanjeng beralih menjadi warga Negara Indonesia. Dan namanya pun bertambah dengan nama belakang Gentiaras. Pada tahun 1961, Romo Kanjeng diangkat menjadi uskup pertama di Tanjung Karang.
Pada tahun 1976, beliau mengundurkan diri sebagai uskup emeritus.
Ia pun mengabdikan sisa hidupnya sebagai pastor di paroki Santo Yosef Pringsewu hingga akhir hayatnya pada tahun 1983. Romo Kanjeng pun dimakamkan di pemakaman katolik Pringombo, Pringsewu.
Dalam buku bunga rampai kenangan 75 tahun gereja katolik paroki Santo Yosef Pringsewu, juga tertulis, pandangan beberapa umat katolik Pringsewu, akan kerendahan dan kesederhanaan dari Romo Kanjeng. Satu diantaranya, Subardi, sesepuh Paroki Santo Yosef Pringsewu.
Dalam komentarnya, ia mengungkapkan kebiasaan Romo Kanjeng yang rajin menjenguk orang sakit yang tidak di gereja. Sedangkan Martoyo Markus, dalam ungkapannya, mengatakan, jiwa merakyat Romo Kanjeng tidak tertandingi.
Pandangan yang sama juga terlihat dari ungkapan Mahfud Mufti, pemantu KH Gholib, seperti yang tertuang alam buku bunga rampai kenangan 75 tahun gereja katolik paroki Santo Yosef Pringsewu.
Menurut Mahfud, ia sering kali bertemu dengan Romo Kanjeng sore-sore sambil berjalan kaki, membawa payung dan senter untuk mengunjungi umatnya. Dengan ramah, terang Mahfud, ia menyapa setiap orang yang dijumpainya dengan bahasa Jawa. Kalangan muslim pun, lanjutnya, sangat mengenal Romo Kanjeng akan keramahtamahannya tersebut.
Sedangkan Romo Polikaspus Gunawan SCY, pada waktu pembongkaran makam Romo Kanjeng pada 6 Juli lalu, mengungkapkan, bahwasannya Romo Kanjeng merupakan sahabat dekat dari KH Gholib, salah satu tokoh Muslim di Pringsewu.
Oleh karena itu, ia pun berharap, keteladanan Romo Kanjeng menjadi teladan bagi umat katolik Pringsewu, dalam membina kerukunan umat beragama. "Keteladan dari Romo Kanjeng harus menjadi ispirasi bagi umat dalam membina kerukunan antar umat beragama di Pringsewu," ungkapnya kala itu.
Editor : oro
Source : Tribun Lampung