Hati-hati memberi hukuman pada anak. Di Depok, Jawa Barat, seorang bocah kelas IV sekolah dasar (SD) nekat kabur hanya gara-gara dihukum sepele oleh ibunya karena tidak mengerjakan pekerjaan rumah (PR) sekolah.
Yang mencengangkan, bocah sembilan tahun bernama Ahmad Legal Viviandi ini kabur dengan membawa uang 10.000 dolar AS (sekitar Rp 92 juta) milik ayahnya.
Vian kabur dari rumahnya pada 27 Maret lalu. Setelah dua hari tak pulang, pada 29 Maret, orangtua Vian (Ahmad Mugiarto dan Vivi Novita) melapor ke Polsek Cinere, Depok. Namun, hingga Senin (31/2) kemarin, siswa SD Dwi Matra, Cilandak, Jakarta Selatan, itu belum diketahui rimbanya.
"Tadi siang kakak kelas Vian mengaku sempat melihat anak saya di depan Citos (Cilandak Town Square). Saat itu dia menggunakan tas biru, berjalan di depan sebuah sedan hitam. Tapi belum jelas apakah itu Vian atau bukan," kata Vivi Novita, ibunda Vian ketika dihubungi Surya, Senin (31/3) kemarin.
Vian adalah anak kedua dari tiga bersaudara (atau bakal empat saudara karena Vivi kini sedang mengandung). Selain di Citos (Cilandak Twon Square), kata Vivi, anaknya itu biasa bermain di Pondok Indah Mal dan Cinere Mal. Lokasi sekolah Vian, SD Dwi Matra, berada di belakang Citos.
Menurut Kapolsek Limo Ajun Komisaris Polisi (AKP) Supoyo, laporan terakhir, Vian memang berada di sekitar Cilandak. "Tetapi kami belum dapat memastikan apakah itu anak yang dimaksud. Saat ini kami masih terus melakukan pencarian," kata Supoyo.
Menurut laporan yang diterima Polsek, Vian meninggalkan rumah dengan menggunakan kaos hitam putih basketball yang tidak berlengan.
Ayah Vian, Ahmad Mugiarto menuturkan anaknya kabur sejak tanggal 27 Maret 2008. Saat kabur sang bocah membawa uang 10.000 dolar AS, yang diambil dari tas ayahnya. "Dia kabur Kamis makam (27/3). Saya sendiri baru sadar dia tak ada di rumah usai melakukan salat subuh. Tapi saya tak curiga. Soalnya, dia sering tiba-tiba minggat ke rumah tantenya jika ngambek," ucap Mugi.
Ia mengakui, awalnya Vian diberi hukuman oleh ibunya tidak boleh tidur di kamarnya karena tidak mengerjakan PR sekolah. Vian disuruh tidur di sofa ruang tamu. Pukul 21.00 Kamis (27/3), pembantu rumah tangganya masih melihat Vian berada di sofa.
Uang di Tas
Kamis (27/3) malam itu, Mugi pulang dari kantor sekitar pukul 20.00 WIB. Sesampainya di rumah, Mugi meletakkan tas kerjanya di meja. Tak lama kemudian dia dijemput temannya dan pergi lagi. "Dalam tas itulah uang yang diambil Vian disimpan," jelasnya.
Setelah kabur membawa uang itu, menurut dugaan Mugi, Vian menuju Citos, Jakarta Selatan. Dugaan Mugi ini tepat karena menurut keterangan dari polisi, di Citos Vian sempat diamankan sekuriti Citos selama dua jam. Karena Citos akan tutup, bocah itu selanjutnya dibawa ke rumah salah satu satpam bernama Asep Eka.
Meski usianya baru sembilan tahun, Vian tergolong cerdik. Dia berhasil mengelabui Asep. Kepada Asep, Vian menjanjikan uang sehingga Asep pun tergiur. Apalagi Vian sempat menunjukkan uang dolar yang jumlahnya sangat besar.
Dia berpura-pura agar uang itu disimpan oleh Asep. Namun Asep mengaku menolak menyimpannya. “Asep bilang dia hanya bertugas mengamankan," kata Mugi mengutip keterangan Asep. Malam itu Vian menginap di rumah Asep.
Kepada Asep, Vian mengaku orangtuanya tinggal di Amerika Serikat. Uang itu adalah kiriman dari kedua orangtuanya. Asep percaya karena tampilan Vian memang menunjukkan bahwa dia anak orang kaya.
Dengan iming-iming uang 500 dolar AS (sekitar Rp 4,5 juta), pada Sabtu (29/3) keesokan harinya, Asep bersedia menemani Vian menukarkan uang dolarnya ke money changer di daerah Cilandak, sebesar 100 dolar AS.
Setelah itu, Asep meminta izin komandan satpam Citos dengan alasan mengantar bocah itu kembali ke rumah orangtuanya. Namun Vian malah meminta diantar lagi ke Melawai untuk menukarkan kembali uang dolar sebesar 800 dolar AS.
Setelah menukarkan uang tersebut, Vian meminta Asep membelikannya MP3, Playstation 3, dan HP di pertokoan di Blok M. Asep lalu mengantarkan Vian ke sekolahnya, SD Dwi Matra, di belakang Citos.
Di sekolah Vian bertemu dengan salah seorang gurunya. Setelah itu Asep kembali ke tempat tugasnya meninggalkan Vian di sekolah.
"Namun ternyata Vian kabur lagi naik bajaj," kata Mugi.
Vian kemudian balik lagi ke money changer di Melawai untuk menukarkan kembali uang dolarnya yang masih tersisa. Pihak money changer tidak curiga sedikit pun, karena sebelumnya Vian datang bersama Asep yang dikira mereka sebagai paman Vian.
Sejak itulah bocah tersebut menghilang entah ke mana. “Yang saya sesalkan, mengapa satpam Asep tidak curiga karena Vian membawa uang begitu banyak,” kata Mugi.
Kemarin, Asep ditahan di Polsek Cinere untuk menjalani pemeriksaan.
Kapolsek Limo, Depok, AKP Supoyo memang tak menutup kemungkinan Vian dibawa seseorang. Tapi, sejauh ini kemungkinan itu masih kecil. warkot
Sumber : Surya.co.id
Yang mencengangkan, bocah sembilan tahun bernama Ahmad Legal Viviandi ini kabur dengan membawa uang 10.000 dolar AS (sekitar Rp 92 juta) milik ayahnya.
Vian kabur dari rumahnya pada 27 Maret lalu. Setelah dua hari tak pulang, pada 29 Maret, orangtua Vian (Ahmad Mugiarto dan Vivi Novita) melapor ke Polsek Cinere, Depok. Namun, hingga Senin (31/2) kemarin, siswa SD Dwi Matra, Cilandak, Jakarta Selatan, itu belum diketahui rimbanya.
"Tadi siang kakak kelas Vian mengaku sempat melihat anak saya di depan Citos (Cilandak Town Square). Saat itu dia menggunakan tas biru, berjalan di depan sebuah sedan hitam. Tapi belum jelas apakah itu Vian atau bukan," kata Vivi Novita, ibunda Vian ketika dihubungi Surya, Senin (31/3) kemarin.
Vian adalah anak kedua dari tiga bersaudara (atau bakal empat saudara karena Vivi kini sedang mengandung). Selain di Citos (Cilandak Twon Square), kata Vivi, anaknya itu biasa bermain di Pondok Indah Mal dan Cinere Mal. Lokasi sekolah Vian, SD Dwi Matra, berada di belakang Citos.
Menurut Kapolsek Limo Ajun Komisaris Polisi (AKP) Supoyo, laporan terakhir, Vian memang berada di sekitar Cilandak. "Tetapi kami belum dapat memastikan apakah itu anak yang dimaksud. Saat ini kami masih terus melakukan pencarian," kata Supoyo.
Menurut laporan yang diterima Polsek, Vian meninggalkan rumah dengan menggunakan kaos hitam putih basketball yang tidak berlengan.
Ayah Vian, Ahmad Mugiarto menuturkan anaknya kabur sejak tanggal 27 Maret 2008. Saat kabur sang bocah membawa uang 10.000 dolar AS, yang diambil dari tas ayahnya. "Dia kabur Kamis makam (27/3). Saya sendiri baru sadar dia tak ada di rumah usai melakukan salat subuh. Tapi saya tak curiga. Soalnya, dia sering tiba-tiba minggat ke rumah tantenya jika ngambek," ucap Mugi.
Ia mengakui, awalnya Vian diberi hukuman oleh ibunya tidak boleh tidur di kamarnya karena tidak mengerjakan PR sekolah. Vian disuruh tidur di sofa ruang tamu. Pukul 21.00 Kamis (27/3), pembantu rumah tangganya masih melihat Vian berada di sofa.
Uang di Tas
Kamis (27/3) malam itu, Mugi pulang dari kantor sekitar pukul 20.00 WIB. Sesampainya di rumah, Mugi meletakkan tas kerjanya di meja. Tak lama kemudian dia dijemput temannya dan pergi lagi. "Dalam tas itulah uang yang diambil Vian disimpan," jelasnya.
Setelah kabur membawa uang itu, menurut dugaan Mugi, Vian menuju Citos, Jakarta Selatan. Dugaan Mugi ini tepat karena menurut keterangan dari polisi, di Citos Vian sempat diamankan sekuriti Citos selama dua jam. Karena Citos akan tutup, bocah itu selanjutnya dibawa ke rumah salah satu satpam bernama Asep Eka.
Meski usianya baru sembilan tahun, Vian tergolong cerdik. Dia berhasil mengelabui Asep. Kepada Asep, Vian menjanjikan uang sehingga Asep pun tergiur. Apalagi Vian sempat menunjukkan uang dolar yang jumlahnya sangat besar.
Dia berpura-pura agar uang itu disimpan oleh Asep. Namun Asep mengaku menolak menyimpannya. “Asep bilang dia hanya bertugas mengamankan," kata Mugi mengutip keterangan Asep. Malam itu Vian menginap di rumah Asep.
Kepada Asep, Vian mengaku orangtuanya tinggal di Amerika Serikat. Uang itu adalah kiriman dari kedua orangtuanya. Asep percaya karena tampilan Vian memang menunjukkan bahwa dia anak orang kaya.
Dengan iming-iming uang 500 dolar AS (sekitar Rp 4,5 juta), pada Sabtu (29/3) keesokan harinya, Asep bersedia menemani Vian menukarkan uang dolarnya ke money changer di daerah Cilandak, sebesar 100 dolar AS.
Setelah itu, Asep meminta izin komandan satpam Citos dengan alasan mengantar bocah itu kembali ke rumah orangtuanya. Namun Vian malah meminta diantar lagi ke Melawai untuk menukarkan kembali uang dolar sebesar 800 dolar AS.
Setelah menukarkan uang tersebut, Vian meminta Asep membelikannya MP3, Playstation 3, dan HP di pertokoan di Blok M. Asep lalu mengantarkan Vian ke sekolahnya, SD Dwi Matra, di belakang Citos.
Di sekolah Vian bertemu dengan salah seorang gurunya. Setelah itu Asep kembali ke tempat tugasnya meninggalkan Vian di sekolah.
"Namun ternyata Vian kabur lagi naik bajaj," kata Mugi.
Vian kemudian balik lagi ke money changer di Melawai untuk menukarkan kembali uang dolarnya yang masih tersisa. Pihak money changer tidak curiga sedikit pun, karena sebelumnya Vian datang bersama Asep yang dikira mereka sebagai paman Vian.
Sejak itulah bocah tersebut menghilang entah ke mana. “Yang saya sesalkan, mengapa satpam Asep tidak curiga karena Vian membawa uang begitu banyak,” kata Mugi.
Kemarin, Asep ditahan di Polsek Cinere untuk menjalani pemeriksaan.
Kapolsek Limo, Depok, AKP Supoyo memang tak menutup kemungkinan Vian dibawa seseorang. Tapi, sejauh ini kemungkinan itu masih kecil. warkot
Sumber : Surya.co.id