Maraknya aksi pemerkosaan di bumi Nusantara disinyalir salah satunya dipicu faktor ekonomi. Para lelaki hidung belang yang selama ini melampiaskan nafsunya di lokalisasi, akhirnya berbalik arah karena tarif PSK semakin mahal.
Mereka pun akhirnya cari gratisan. “Iya, bisa saja seperti itu,” ujar kriminolog Universitas Pajajaran (Unpad) Yesmil Anwar di Jakarta.
Dua kasus pemerkosaan berantai sempat mengagetkan publik di Tanah Air. Sukandi alias Andre (26) berhasil melakukan pemerkosaan berantai terhadap tiga anak baru gede alias ABG di Bekasi. Andre berhasil dibekuk jajaran kepolisian Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, kemarin.
Kasus pemerkosaan berantai lainnya mengguncang Pulau Dewata. Pelakunya, Muhammad Davis Suharto (30). Dia memperkosa lima gadis belia di Denpasar, dan mengaku memperkosa enam gadis lainnya di Riau. Kendati demikian, kedua pelaku di atas belum diketahui apakah selama ini menjadi pelanggan tetap di lokalisasi.
Sosiolog Lab Sosio Universitas Indonesia Irsyad Zamzani menyatakan tidak semua kasus pemerkosaan dipicu karena faktor melangitnya tarif PSK, karena tidak semua pelaku merupakan pengguna PSK.
Latar belakang kasus-kasus pemerkosaan, menurut dia, cukup beragam. “Itu tidak bisa digeneralisir sebagai fenomena, hanya kasuistis saja. Ada anak diperkosa bapak, ada yang diperkosa oleh banyak orang, dan lain-lain. Pelakunya tak selalu pelanggan PSK,” ungkapnya.