Dugaan penculikan anak pejabat menggegerkan Kota Blitar. Senin (1/6) pagi, Alfida Rosa Atsila (14) putri Priyo Suhartono (42) Pelaksana Harian (Plh) Kepala Dinas Pendapatan dan Keuangan Daerah (DPKD) Kota Blitar, mendadak menghilang.
Ia diduga diculik orang tak dikenal. Namun ada pula dugaan Alfida merancang sendiri penculikan itu. Menurut laporan orangtua Alfida kepada polisi, Senin (1/6) sekitar pukul 06.30 WIB anak sulung dari tiga bersaudara itu pamit berangkat ke sekolah dengan mengendarai Yamaha Mio nopol AG 6308 PE. Ocha, panggilan akrab Alfida, adalah siswi kelas 1 SMP Negeri 2 Kota Blitar.
Selain pamit sekolah, Ocha yang bertubuh bongsor ini juga pamit akan belajar bersama di rumah temannya, kemudian dilanjutkan mengikuti les.
Karena sampai pukul 17.00 WIB Ocha belum pulang, orangtuanya kebingungan dan berusaha mencari, antara lain dengan menghubungi sekolah. Namun sekitar pukul 17.30 WIB, ibu Ocha, Ny Retno Ambaryani (38) mendapat pesan singkat (SMS) dari nomor ponsel Ocha.
Ny Retno yang juga karyawan PDAM Kota Blitar ini terkejut, karena SMS itu berisi permintaan uang tebusan Rp 1 miliar kalau ingin Ocha pulang dengan selamat. Jika tidak, pengirim SMS itu mengancam akan menjual Ocha ke lokalisasi.
Mendapat ancaman tersebut, orangtua Ocha panik kemudian melapor ke Polresta Blitar sekitar setengah jam kemudian. Kasat Reskrim Polresta Blitar AKP Purdiyanto membenarkan pada Senin (1/6) sekitar pukul 18.00 WIB mendapatkan laporan dari ayah Ocha, Priyo Suhartono, warga Jl Kali Brantas 25 Kelurahan/Kecamatan Kepanjen Kidul, Kota Blitar, mengenai dugaan penculikan putrinya.
"Itu setelah putrinya tidak pulang sampai sore, kemudian mendapat SMS isinya minta uang tebusan Rp 1 miliar," kata Purdiyanto, Selasa (2/6).
Polisi langsung melakukan penyelidikan. Dari informasi yang didapat, Ocha sempat dilihat seorang teman sekolahnya sekitar pukul 14.00 WIB, Senin. Teman ini melihat Ocha memarkir sepeda motornya ke penitipan umum depan Terminal Patria Kota Blitar, kemudian menumpang bus jurusan Denpasar, Bali. "Saat itu korban naik bus tujuan Denpasar Bali tanpa didampingi siapa pun," ungkapnya.
Polisi kemudian menelusuri bus yang ditumpangi Ocha. Berdasarkan informasi dari awak bus yang ditumpangi korban, gadis kelahiran 7 Oktober 1995 itu turun di kawasan Kecamatan Glenmor, Banyuwangi dan dijemput seorang wanita paruh baya yang belum diketahui identitasnya.
Masalah Keluarga
Berdasarkan kesaksian itu, selain dugaan penculikan, polisi juga membuka kemungkinan dugaan kepergian Ocha dipicu oleh masalah keluarga, kemudian mendorong Ocha merancang sendiri skenario penculikan itu. Mengenai SMS yang meminta tebusan Rp 1 miliar, polisi juga menduga itu dari Ocha sendiri.
"Kami masih memperdalam penyelidikan, termasuk memeriksa orangtua, saudara dan teman sekolahnya. Apakah ada permasalahan keluarga yang membuat korban meninggalkan rumah dan kemudian merancang skenario seolah-olah menjadi korban penculikan," tandas AKP Purdiyanto.
Apalagi dari keterangan awal orangtuanya, beberapa hari sebelumnya sempat terjadi pertengkaran antara Ocha dengan ayahnya terkait masalah pacar Ocha yang jauh lebih tua dan diminta memutuskannya.
"Namun keterangan ini kemudian dibantah lagi oleh orang tuanya, sehingga kejanggalan dugaan penculikan ini semakin banyak. Termasuk waktu diterimanya SMS sekitar pukul 17.30 WIB, itu berarti korban masih berada di perjalanan. Karena seharusnya korban tiba di Banyuwangi sekitar pukul 21.00 WIB, atau sekitar 6-7 jam dari ketika terlihat di terminal Blitar," paparnya.
Namun demikian, polisi juga tidak mau mengambil risiko jika penculikan benar-benar terjadi pada diri Ocha. Oleh karena itu, pihaknya melakukan koordinasi dengan Kepolisian Banyuwangi.
Orangtua Ocha, Priyo Suhartono dan Ny Retno ketika coba dikonfirmasi di rumahnya, tampak sedang berkemas-kemas akan berangkat mencari anaknya itu ke Banyuwangi. Saat ditanya mengenai dugaan penculikan, Priyo tak mau berkomentar bahkan minta jangan diberitakan agar nyawa anaknya tak terancam. "Saya mau ke Banyuwangi mencari anak saya, agar keselamatan jiwanya tidak terancam," kata Priyo. Keberangkatan orangtua Ocha ke Banyuwangi juga didampingi dua petugas Polresta Blitar.
Secara terpisah, Pemkot Blitar melalui Kabag Humas dan Protokol, Priyo Istanto ketika ditemui membenarkan adanya dugaan penculikan putri Plh Kepala DPKD Kota Blitar Priyo Suhartono.
"Bahkan saya sempat dihubungi pihak sekolah, dikira yang diculik itu anak saya. Padahal anak Pak Priyo DPDK, bukan Priyo Kabag Humas," kata Priyo. Setelah itu Priyo mengaku terus berkomunikasi dengan pihak keluarga serta sekolah untuk mencari keberadaan Ocha.
Kepala SMP Negeri 2 Kota Blitar Edi Suharyanto ketika dikonfirmasi mengenai dugaan penculikan Ocha yang duduk di kelas 7E ini, mengaku baru tahu setelah dihubungi orangtuanya. "Saya sendiri kaget, karena Senin(1/6) lalu Ocha memang tidak masuk sekolah," paparnya.
Menurut teman sekolah korban, Asna, sejak Sabtu (30/5) lalu Ocha terlihat murung. "Senin (1/6) kemarin saat dia tidak masuk sekolah, coba saya hubungi ponselnya, tapi tidak aktif," tutur Asna.
Ketika ditanya mengenai pacar atau teman dekat Ocha, Asna mengaku tak tahu masalah itu. Hanya dikatakan, dalam kesehariannya Ocha dikenal periang dan punya banyak teman di luar sekolah serta selalu berpenampilan modis. Apalagi, gadis baru gede ini memiliki fisik menarik: tinggi sekitar 160 cm, kulit putih dengan wajah cantik.
http://www.tribun-timur.com/read/artikel/31513
Ia diduga diculik orang tak dikenal. Namun ada pula dugaan Alfida merancang sendiri penculikan itu. Menurut laporan orangtua Alfida kepada polisi, Senin (1/6) sekitar pukul 06.30 WIB anak sulung dari tiga bersaudara itu pamit berangkat ke sekolah dengan mengendarai Yamaha Mio nopol AG 6308 PE. Ocha, panggilan akrab Alfida, adalah siswi kelas 1 SMP Negeri 2 Kota Blitar.
Selain pamit sekolah, Ocha yang bertubuh bongsor ini juga pamit akan belajar bersama di rumah temannya, kemudian dilanjutkan mengikuti les.
Karena sampai pukul 17.00 WIB Ocha belum pulang, orangtuanya kebingungan dan berusaha mencari, antara lain dengan menghubungi sekolah. Namun sekitar pukul 17.30 WIB, ibu Ocha, Ny Retno Ambaryani (38) mendapat pesan singkat (SMS) dari nomor ponsel Ocha.
Ny Retno yang juga karyawan PDAM Kota Blitar ini terkejut, karena SMS itu berisi permintaan uang tebusan Rp 1 miliar kalau ingin Ocha pulang dengan selamat. Jika tidak, pengirim SMS itu mengancam akan menjual Ocha ke lokalisasi.
Mendapat ancaman tersebut, orangtua Ocha panik kemudian melapor ke Polresta Blitar sekitar setengah jam kemudian. Kasat Reskrim Polresta Blitar AKP Purdiyanto membenarkan pada Senin (1/6) sekitar pukul 18.00 WIB mendapatkan laporan dari ayah Ocha, Priyo Suhartono, warga Jl Kali Brantas 25 Kelurahan/Kecamatan Kepanjen Kidul, Kota Blitar, mengenai dugaan penculikan putrinya.
"Itu setelah putrinya tidak pulang sampai sore, kemudian mendapat SMS isinya minta uang tebusan Rp 1 miliar," kata Purdiyanto, Selasa (2/6).
Polisi langsung melakukan penyelidikan. Dari informasi yang didapat, Ocha sempat dilihat seorang teman sekolahnya sekitar pukul 14.00 WIB, Senin. Teman ini melihat Ocha memarkir sepeda motornya ke penitipan umum depan Terminal Patria Kota Blitar, kemudian menumpang bus jurusan Denpasar, Bali. "Saat itu korban naik bus tujuan Denpasar Bali tanpa didampingi siapa pun," ungkapnya.
Polisi kemudian menelusuri bus yang ditumpangi Ocha. Berdasarkan informasi dari awak bus yang ditumpangi korban, gadis kelahiran 7 Oktober 1995 itu turun di kawasan Kecamatan Glenmor, Banyuwangi dan dijemput seorang wanita paruh baya yang belum diketahui identitasnya.
Masalah Keluarga
Berdasarkan kesaksian itu, selain dugaan penculikan, polisi juga membuka kemungkinan dugaan kepergian Ocha dipicu oleh masalah keluarga, kemudian mendorong Ocha merancang sendiri skenario penculikan itu. Mengenai SMS yang meminta tebusan Rp 1 miliar, polisi juga menduga itu dari Ocha sendiri.
"Kami masih memperdalam penyelidikan, termasuk memeriksa orangtua, saudara dan teman sekolahnya. Apakah ada permasalahan keluarga yang membuat korban meninggalkan rumah dan kemudian merancang skenario seolah-olah menjadi korban penculikan," tandas AKP Purdiyanto.
Apalagi dari keterangan awal orangtuanya, beberapa hari sebelumnya sempat terjadi pertengkaran antara Ocha dengan ayahnya terkait masalah pacar Ocha yang jauh lebih tua dan diminta memutuskannya.
"Namun keterangan ini kemudian dibantah lagi oleh orang tuanya, sehingga kejanggalan dugaan penculikan ini semakin banyak. Termasuk waktu diterimanya SMS sekitar pukul 17.30 WIB, itu berarti korban masih berada di perjalanan. Karena seharusnya korban tiba di Banyuwangi sekitar pukul 21.00 WIB, atau sekitar 6-7 jam dari ketika terlihat di terminal Blitar," paparnya.
Namun demikian, polisi juga tidak mau mengambil risiko jika penculikan benar-benar terjadi pada diri Ocha. Oleh karena itu, pihaknya melakukan koordinasi dengan Kepolisian Banyuwangi.
Orangtua Ocha, Priyo Suhartono dan Ny Retno ketika coba dikonfirmasi di rumahnya, tampak sedang berkemas-kemas akan berangkat mencari anaknya itu ke Banyuwangi. Saat ditanya mengenai dugaan penculikan, Priyo tak mau berkomentar bahkan minta jangan diberitakan agar nyawa anaknya tak terancam. "Saya mau ke Banyuwangi mencari anak saya, agar keselamatan jiwanya tidak terancam," kata Priyo. Keberangkatan orangtua Ocha ke Banyuwangi juga didampingi dua petugas Polresta Blitar.
Secara terpisah, Pemkot Blitar melalui Kabag Humas dan Protokol, Priyo Istanto ketika ditemui membenarkan adanya dugaan penculikan putri Plh Kepala DPKD Kota Blitar Priyo Suhartono.
"Bahkan saya sempat dihubungi pihak sekolah, dikira yang diculik itu anak saya. Padahal anak Pak Priyo DPDK, bukan Priyo Kabag Humas," kata Priyo. Setelah itu Priyo mengaku terus berkomunikasi dengan pihak keluarga serta sekolah untuk mencari keberadaan Ocha.
Kepala SMP Negeri 2 Kota Blitar Edi Suharyanto ketika dikonfirmasi mengenai dugaan penculikan Ocha yang duduk di kelas 7E ini, mengaku baru tahu setelah dihubungi orangtuanya. "Saya sendiri kaget, karena Senin(1/6) lalu Ocha memang tidak masuk sekolah," paparnya.
Menurut teman sekolah korban, Asna, sejak Sabtu (30/5) lalu Ocha terlihat murung. "Senin (1/6) kemarin saat dia tidak masuk sekolah, coba saya hubungi ponselnya, tapi tidak aktif," tutur Asna.
Ketika ditanya mengenai pacar atau teman dekat Ocha, Asna mengaku tak tahu masalah itu. Hanya dikatakan, dalam kesehariannya Ocha dikenal periang dan punya banyak teman di luar sekolah serta selalu berpenampilan modis. Apalagi, gadis baru gede ini memiliki fisik menarik: tinggi sekitar 160 cm, kulit putih dengan wajah cantik.
http://www.tribun-timur.com/read/artikel/31513