Penganiayaan seksual yang dilakukan Tengku Muhammad Fahri terhadap Manohara Odelia Pinot, bukan kebohongan semata. Sebab, Mano menyimpan bukti dalam HP rahasia miliknya.
"Setiap kali ada kesempatan saya selalu foto saat baru mengalami kejadian penganiayaan. Saya foto dengan kamera HP tanpa SIM card yang saya sembunyikan," jelas Mano, di Studio Global TV, Jakarta.
Manohara serius ingin mengirim suaminya ke bui. Pengacara kondang, OC Kaligis bakal membantunya. Dalam menuntut Fahri secara hukum di Malaysia, Mano mengandalkan foto penganiayaan dirinya.
"Foto itu akan saya jadikan bukti saat menempuh jalur hukum di Malaysia nantinya," katanya.
Untuk foto dan menyimpannya, Manohara harus melakukannya secara sembunyi. "Untuk foto bukti penganiayaan saya harus sembunyi. Soalnya banyak orang terus. Sekarang bukti itu masih ada. Selesai foto, langsung saya matikan HP," jelas Manohara.
"Setiap kali ada kesempatan saya selalu foto saat baru mengalami kejadian penganiayaan. Saya foto dengan kamera HP tanpa SIM card yang saya sembunyikan," jelas Mano, di Studio Global TV, Jakarta.
Manohara serius ingin mengirim suaminya ke bui. Pengacara kondang, OC Kaligis bakal membantunya. Dalam menuntut Fahri secara hukum di Malaysia, Mano mengandalkan foto penganiayaan dirinya.
"Foto itu akan saya jadikan bukti saat menempuh jalur hukum di Malaysia nantinya," katanya.
Untuk foto dan menyimpannya, Manohara harus melakukannya secara sembunyi. "Untuk foto bukti penganiayaan saya harus sembunyi. Soalnya banyak orang terus. Sekarang bukti itu masih ada. Selesai foto, langsung saya matikan HP," jelas Manohara.
Kelantan Gerah dan Mencari Ahli Forensik Dunia
Pangeran Kelantan, Tengku Temenggong Mohammad Fakhry Petra, menolak upaya penyelesaian secara kekeluargaan atas dugaan kekerasan dalam rumahtangga (KDRT) yang dialami istrinya, Manohara Odelia Pinot. Pihak keluarga juga sepakat mencari ahli forensik dunia guna meneliti penganiayaan yang dituduhkan Manohara.
Hal tersebut terungkap dari pernyataan Todung Mulya Lubis, kuasa hukum Fakhry. Todung pun akhirnya memilih mundur membela putra Sultan Kelantan, Malaysia, tersebut. “Padahal, kami beranggapan, penyelesaian permasalahan tersebut harus jadi prioritas utama. Karena kami tidak melihat ada tanda-tanda ke arah itu (penyelesaian secara kekeluargaan, Red), oleh karenanya saya bilang I`m done!`” jelas Todung kepada pers di kantornya di Gedung Mayapada, Jalan Sudirman, Jakarta, Senin (1/6).
Awalnya, kata Todung, dia tidak ingin persoalan ini ditingkatkan menjadi permasalahan hukum. “Tapi saya tidak melihat ada tanda-tanda untuk penyelesaian masalah ini sesegera mungkin,” papar Todung.
Usulan agar masalah ini diselesaikan secara kekeluargaan, disampaikan Todung kepada Fakhry pada 8 Mei 2009. Namun, pertemuan pertama itu hanya menjadi pertemuan terakhir antara keduanya, lantaran ada perbedaan prinsip, hingga ujung-ujungnya Todung memilih untuk mundur. “Sejak 8 Mei hingga kini, tidak ada kontak sama sekali antara kami dengan Tengku,” tuturnya. “Tengku tidak mengemukakan alasannya (tak ingin segera menyelesaikan permasalahan). Mungkin dia punya jalur sendiri,” imbuh Todung.
Saat disinggung soal dugaan telah terjadinya KDRT di antara pasangan muda tersebut, Todung menyatakan, “Saya sempat tanya, tapi dia membantah.”
Pihak keluarga Kerajaan Kelantan menyatakan sepakat saja meneruskan tudingan Manohara bahwa ia pernah mengalami penyiksaan. Hanya saja, Kelantan akan mencari ahli forensik kelas dunia, tidak mau mengambil ahli lokal, baik dari Indonesia maupun dari Malaysia.
Dihubungi secara terpisah, aktivis Ratna Sarumpaet kukuh menyebut Daisy adalah wanita pembohong, selama dia tidak bisa membuktikan empat kasus kekerasan yang menimpa Manohara.
“Daisy mengutarakan kepada saya ada empat kasus, yakni kawin paksa, Mano diperkosa Tengku di kapal, adanya penculikan, penganiayaan. Sebetulnya, saya hanya mencabut pendampingan. Kasusnya belum saya cabut. Sekarang, saya anjurkan agar Daisy segera bawa Mano ke Mabes. Saya juga berharap, pers tidak menelan mentah-mentah kembalinya Manohara ke Tanah Air. Pers harus mendorong agar Daisy membuktikan adanya kekerasan ini. Jangan (Daisy) asal bunyi,” jelas Ratna. “Saya sebetulnya senang, Mano pulang segar bugar. Padahal, katanya, sebulan ini, Mano setiap hari disundut setrum,” imbuh Ratna.
Jika Daisy tetap tak bisa membuktikan, Ratna menyatakan bahwa ini pembohongan publik. “Dua bulan, ibu Daisy hanya menyiarkan fitnah. Dua bulan itu, saya kejar-kejar Ibu Daisy untuk membuktikan, agar tidak jadi fitnah. Alasan dia ada aja, ya sakit, anaknya kerasukan. Sudahlah, dia perempuan pembohong,” kata Ratna.
Menurut Ratna, Daisy harus bertanggung jawab kepada bangsa Indonesia, atas apa yang telah diucapkannya selama dua bulan ini. “Malaysia memang menjengkelkan kita, itu iya. Tapi bukan berarti, kita membenarkan berita yang berbau fitnah, dan membuat TKW terancam karena dianggap datang dari bangsa yang sok tahu. Pernyataan Daisy juga bisa buat orang Indonesia stres kalau datang ke Malaysia. Dan belum tentu juga, pihak Kelantan diam-diam aja. Kalau tidak dibuktikan, ini menyangkut hubungan baik dua negara,” tegas Ratna.
Pangeran Kelantan, Tengku Temenggong Mohammad Fakhry Petra, menolak upaya penyelesaian secara kekeluargaan atas dugaan kekerasan dalam rumahtangga (KDRT) yang dialami istrinya, Manohara Odelia Pinot. Pihak keluarga juga sepakat mencari ahli forensik dunia guna meneliti penganiayaan yang dituduhkan Manohara.
Hal tersebut terungkap dari pernyataan Todung Mulya Lubis, kuasa hukum Fakhry. Todung pun akhirnya memilih mundur membela putra Sultan Kelantan, Malaysia, tersebut. “Padahal, kami beranggapan, penyelesaian permasalahan tersebut harus jadi prioritas utama. Karena kami tidak melihat ada tanda-tanda ke arah itu (penyelesaian secara kekeluargaan, Red), oleh karenanya saya bilang I`m done!`” jelas Todung kepada pers di kantornya di Gedung Mayapada, Jalan Sudirman, Jakarta, Senin (1/6).
Awalnya, kata Todung, dia tidak ingin persoalan ini ditingkatkan menjadi permasalahan hukum. “Tapi saya tidak melihat ada tanda-tanda untuk penyelesaian masalah ini sesegera mungkin,” papar Todung.
Usulan agar masalah ini diselesaikan secara kekeluargaan, disampaikan Todung kepada Fakhry pada 8 Mei 2009. Namun, pertemuan pertama itu hanya menjadi pertemuan terakhir antara keduanya, lantaran ada perbedaan prinsip, hingga ujung-ujungnya Todung memilih untuk mundur. “Sejak 8 Mei hingga kini, tidak ada kontak sama sekali antara kami dengan Tengku,” tuturnya. “Tengku tidak mengemukakan alasannya (tak ingin segera menyelesaikan permasalahan). Mungkin dia punya jalur sendiri,” imbuh Todung.
Saat disinggung soal dugaan telah terjadinya KDRT di antara pasangan muda tersebut, Todung menyatakan, “Saya sempat tanya, tapi dia membantah.”
Pihak keluarga Kerajaan Kelantan menyatakan sepakat saja meneruskan tudingan Manohara bahwa ia pernah mengalami penyiksaan. Hanya saja, Kelantan akan mencari ahli forensik kelas dunia, tidak mau mengambil ahli lokal, baik dari Indonesia maupun dari Malaysia.
Dihubungi secara terpisah, aktivis Ratna Sarumpaet kukuh menyebut Daisy adalah wanita pembohong, selama dia tidak bisa membuktikan empat kasus kekerasan yang menimpa Manohara.
“Daisy mengutarakan kepada saya ada empat kasus, yakni kawin paksa, Mano diperkosa Tengku di kapal, adanya penculikan, penganiayaan. Sebetulnya, saya hanya mencabut pendampingan. Kasusnya belum saya cabut. Sekarang, saya anjurkan agar Daisy segera bawa Mano ke Mabes. Saya juga berharap, pers tidak menelan mentah-mentah kembalinya Manohara ke Tanah Air. Pers harus mendorong agar Daisy membuktikan adanya kekerasan ini. Jangan (Daisy) asal bunyi,” jelas Ratna. “Saya sebetulnya senang, Mano pulang segar bugar. Padahal, katanya, sebulan ini, Mano setiap hari disundut setrum,” imbuh Ratna.
Jika Daisy tetap tak bisa membuktikan, Ratna menyatakan bahwa ini pembohongan publik. “Dua bulan, ibu Daisy hanya menyiarkan fitnah. Dua bulan itu, saya kejar-kejar Ibu Daisy untuk membuktikan, agar tidak jadi fitnah. Alasan dia ada aja, ya sakit, anaknya kerasukan. Sudahlah, dia perempuan pembohong,” kata Ratna.
Menurut Ratna, Daisy harus bertanggung jawab kepada bangsa Indonesia, atas apa yang telah diucapkannya selama dua bulan ini. “Malaysia memang menjengkelkan kita, itu iya. Tapi bukan berarti, kita membenarkan berita yang berbau fitnah, dan membuat TKW terancam karena dianggap datang dari bangsa yang sok tahu. Pernyataan Daisy juga bisa buat orang Indonesia stres kalau datang ke Malaysia. Dan belum tentu juga, pihak Kelantan diam-diam aja. Kalau tidak dibuktikan, ini menyangkut hubungan baik dua negara,” tegas Ratna.