MA (15), siswi salah satu sekolah menengah atas (SMA) negeri di Kabupaten Sinjai, nyaris menjadi korban perdagangan manusia (human trafficking) ke Nanggroe Aceh Darussalam oleh pria bernama Anwar asal Kabupaten Gowa.
MA bersama keluarganya, Akbar, mendatangi Kantor Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Makassar di Jl Serigala untuk meminta bantuan hukum, Sabtu (6/6). Di LBH, MA mengungkap kronologi yang dialaminya. Namun, dia tampak malu saat sejumlah wartawan dari berbagai media mengetahui keberadaannya di kantor tersebut. Dia selalu membelakangi wartawan meski tetap menjawab pertanyaan yang diajukan kepadanya.
Korban yang bertubuh sintal ini mengaku, kejadian tersebut bermula saat Anwar mampir di toko di rumah korban di Sinjai sekitar pertengahan Mei lalu. Saat itu, Anwar membeli rokok. Setelah itu, Anwar kemudian minta tolong kepada korban agar meminjamkan ponselnya.
“Katanya ingin melakukan missed call ke ponselnya karena lupa di mana ia meletakkannya,” kata MA. Tanpa curiga dan bermaksud menolong, MA lalu menyerahkan ponselnya. Anwar lalu melakukan panggilan ke ponselnya. Setelah menemukan ponselnya, Anwar kemudian pamit. “Dia sempat menyatakan terima kasih,” kata gadis berambut ikal ini.
Tiba-tiba, pada malam harinya, Anwar menghubungi ponsel MA. “Awalnya saya kira orang salah sambung. Tapi, setelah memperkenalkan diri bahwa dia yang tadinya meminjam ponselku, saya lalu meladeninya tanpa curiga. Ternyata dia itu memang hanya mau tau nomor teleponku,” katanya.
Keduanya lalu berbincang akrab. Keakraban via ponsel ini berlangsung sekitar beberapa hari. Hingga suatu saat keduanya janjian bertemu di salah satu SPBU yang sedang dalam tahap perbaikan.
“Waktu ketemu saya dijanjikan akan disekolahkan dan diberi pekerjaan di Kota Makassar. Dia mengaku bisa mencarikan pekerjaan karena dia wartawan (menyebut salah satu media harian di Makassar),” katanya.
Tanpa pamit keluarga, dengan menggunakan sepeda motor, keduanya meninggalkan Sinjai, 27 Mei lalu dan bermalam di Bulukumba. “Awalnya saya bermalam di rumah keluarga Anwar. Besoknya saya pun diajak bermalam di salah satu wisma di Bulukumba. Di situlah saya dikerjai (berhubungan intim). Setelah itu, saya dibawa ke Makassar,” katanya.
Di Makassar, Anwar kembali “mengerjai” MA di salah satu wisma. Namun, MA mengaku tidak tahu di wisma mana dia menginap. Selama bersama Anwar, dia selalu berjanji akan memperistrikannya. Kecurigaan MA mulai timbul saat secara tidak sengaja mendengar kalau dirinya akan dipekerjakan di Aceh.
“Saya langsung panik,” katanya. Beruntung, MA yang dilarang membawa ponsel oleh Anwar, masih mengingat nomor telepon salah seorang keluarganya yang menetap Makassar. MA lalu meminjam ponsel Anwar dengan alasan ingin kirim pesan singkat ke rekannya. MA lalu menggunakan kesempatan itu untuk menghubungi keluarganya dan menyampaikan apa yang dialaminya. Dia lalu janjian akan ketemu di Terminal Regional Daya (TRD). Setelah itu, MA minta Anwar agar diantar ke TRD dengan alasan untuk bertemu dengan rekannya yang sudah di-SMS.
Sementara keluarga MA sudah menghubungi Polsek Biringkanaya dan menunggu di TRD. Tak lama kemudian, MA dibonceng Anwar betul-betul ke TRD. Polisi pun langsung membekuk Anwar. Hingga kemarin, Anwar masih meringkuk di tahanan Polres Sinjai.
Ketua Divisi Perempuan dan Anak LBH Makassar Fajriani Langgeng yang mendampingi korban mengatakan, dalam waktu yang dekat akan mempertanyakan langsung perkembangan kasus tersebut.
“Agaknya kasus ini seolah-olah dibiarkan berlarut-larut oleh polisi. Apalagi salah seorang keluarga korban mengaku pernah melihat keluarga tersangka dari polisi militer mendatangi Polres Sinjai,” jelas Fajriani.
Sementara Kapolres Sinjai AKBP Sugeng Riadi Rikolot belum berhasil dikonfirmasi mengenai perkembangan kasus ini. Berkali-kali ponselnya dihubungi, tetapi tidak diangkat meski terdengar nada aktif.
MA bersama keluarganya, Akbar, mendatangi Kantor Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Makassar di Jl Serigala untuk meminta bantuan hukum, Sabtu (6/6). Di LBH, MA mengungkap kronologi yang dialaminya. Namun, dia tampak malu saat sejumlah wartawan dari berbagai media mengetahui keberadaannya di kantor tersebut. Dia selalu membelakangi wartawan meski tetap menjawab pertanyaan yang diajukan kepadanya.
Korban yang bertubuh sintal ini mengaku, kejadian tersebut bermula saat Anwar mampir di toko di rumah korban di Sinjai sekitar pertengahan Mei lalu. Saat itu, Anwar membeli rokok. Setelah itu, Anwar kemudian minta tolong kepada korban agar meminjamkan ponselnya.
“Katanya ingin melakukan missed call ke ponselnya karena lupa di mana ia meletakkannya,” kata MA. Tanpa curiga dan bermaksud menolong, MA lalu menyerahkan ponselnya. Anwar lalu melakukan panggilan ke ponselnya. Setelah menemukan ponselnya, Anwar kemudian pamit. “Dia sempat menyatakan terima kasih,” kata gadis berambut ikal ini.
Tiba-tiba, pada malam harinya, Anwar menghubungi ponsel MA. “Awalnya saya kira orang salah sambung. Tapi, setelah memperkenalkan diri bahwa dia yang tadinya meminjam ponselku, saya lalu meladeninya tanpa curiga. Ternyata dia itu memang hanya mau tau nomor teleponku,” katanya.
Keduanya lalu berbincang akrab. Keakraban via ponsel ini berlangsung sekitar beberapa hari. Hingga suatu saat keduanya janjian bertemu di salah satu SPBU yang sedang dalam tahap perbaikan.
“Waktu ketemu saya dijanjikan akan disekolahkan dan diberi pekerjaan di Kota Makassar. Dia mengaku bisa mencarikan pekerjaan karena dia wartawan (menyebut salah satu media harian di Makassar),” katanya.
Tanpa pamit keluarga, dengan menggunakan sepeda motor, keduanya meninggalkan Sinjai, 27 Mei lalu dan bermalam di Bulukumba. “Awalnya saya bermalam di rumah keluarga Anwar. Besoknya saya pun diajak bermalam di salah satu wisma di Bulukumba. Di situlah saya dikerjai (berhubungan intim). Setelah itu, saya dibawa ke Makassar,” katanya.
Di Makassar, Anwar kembali “mengerjai” MA di salah satu wisma. Namun, MA mengaku tidak tahu di wisma mana dia menginap. Selama bersama Anwar, dia selalu berjanji akan memperistrikannya. Kecurigaan MA mulai timbul saat secara tidak sengaja mendengar kalau dirinya akan dipekerjakan di Aceh.
“Saya langsung panik,” katanya. Beruntung, MA yang dilarang membawa ponsel oleh Anwar, masih mengingat nomor telepon salah seorang keluarganya yang menetap Makassar. MA lalu meminjam ponsel Anwar dengan alasan ingin kirim pesan singkat ke rekannya. MA lalu menggunakan kesempatan itu untuk menghubungi keluarganya dan menyampaikan apa yang dialaminya. Dia lalu janjian akan ketemu di Terminal Regional Daya (TRD). Setelah itu, MA minta Anwar agar diantar ke TRD dengan alasan untuk bertemu dengan rekannya yang sudah di-SMS.
Sementara keluarga MA sudah menghubungi Polsek Biringkanaya dan menunggu di TRD. Tak lama kemudian, MA dibonceng Anwar betul-betul ke TRD. Polisi pun langsung membekuk Anwar. Hingga kemarin, Anwar masih meringkuk di tahanan Polres Sinjai.
Ketua Divisi Perempuan dan Anak LBH Makassar Fajriani Langgeng yang mendampingi korban mengatakan, dalam waktu yang dekat akan mempertanyakan langsung perkembangan kasus tersebut.
“Agaknya kasus ini seolah-olah dibiarkan berlarut-larut oleh polisi. Apalagi salah seorang keluarga korban mengaku pernah melihat keluarga tersangka dari polisi militer mendatangi Polres Sinjai,” jelas Fajriani.
Sementara Kapolres Sinjai AKBP Sugeng Riadi Rikolot belum berhasil dikonfirmasi mengenai perkembangan kasus ini. Berkali-kali ponselnya dihubungi, tetapi tidak diangkat meski terdengar nada aktif.