Polisi menduga, di Kota Pahlawan, Surabaya, saat ini ada sekolah khusus pencopet. Dugaan ini muncul setelah anggota Polwiltabes Surabaya berhasil meringkus kawanan pencopet yang beroperasi di sekitar Terminal Purabaya.
Adalah Heru Hartoyo (25) dan Mat Nasir (43) yang dibekuk seusai beraksi di angkutan kota jenis bison jurusan Terminal Purabaya-Joyoboyo. Disinyalir, kedua orang ini lulusan sekolah khusus copet.
Kapolda Jatim Irjen Pol Anton Bachrul Alam setelah berbincang dengan kedua penjahat itu berjanji akan memburu sindikat pencopet hingga sekolah kusus yang disinyalir ada di Surabaya. Biasanya, kata Anton, praktik copet dilakukan berkomplotan dalam jumlah dua hingga empat orang. “Ini ada sekolahnya, nanti akan kami kembangkan ke sana,” ujar Anton di Mapolwiltabes Surabaya, Rabu.
Kapolwiltabes Surabaya Kombes Pol Ronny F Sompie menambahkan, dugaan adanya sekolah khusus copet didapati dari pengalaman Kapolda selama bertugas di Jakarta. “Di Surabaya juga banyak. Nanti kami telusuri,” tutur Ronny.
Sementara itu, Heru dan Mat Nasir kepada penyidik mengaku, sebelum beraksi, dirinya berpura-pura sebagai penumpang. Pada saat menemukan sasaran, mereka berpura-pura turun. Sewaktu akan membayar, Heru pura-pura menjatuhkan uangnya dan meminta korban berdiri. Saat itulah Mat Nasir dengan cepat mengambil dompet dan ponsel korban yang mengaku bernama Tusriah, asal Tegal, Jawa Tengah.
Dompet Tusriah berisi uang Rp 39.000 dan ponsel Nokia 7610. Setelah berhasil, Heru turun dari angkot, tak lama sesudahnya disusul oleh Mat Nasir.
Tusriah kemudian melaporkan pencopetan itu kepada petugas yang kebetulan sedang melakukan pemantauan di Terminal Joyoboyo. Setelah mengetahui ciri-ciri pelaku seperti yang dituturkan korban, petugas langsung melakukan pengejaran.
Petugas berhasil mengetahui identitas pelaku dan meringkus keduanya di rumah masing-masing pada Senin itu juga. Kebetulan kedua orang ini tinggal di Jalan Joyoboyo Belakang, Surabaya. (kompas.com)
Adalah Heru Hartoyo (25) dan Mat Nasir (43) yang dibekuk seusai beraksi di angkutan kota jenis bison jurusan Terminal Purabaya-Joyoboyo. Disinyalir, kedua orang ini lulusan sekolah khusus copet.
Kapolda Jatim Irjen Pol Anton Bachrul Alam setelah berbincang dengan kedua penjahat itu berjanji akan memburu sindikat pencopet hingga sekolah kusus yang disinyalir ada di Surabaya. Biasanya, kata Anton, praktik copet dilakukan berkomplotan dalam jumlah dua hingga empat orang. “Ini ada sekolahnya, nanti akan kami kembangkan ke sana,” ujar Anton di Mapolwiltabes Surabaya, Rabu.
Kapolwiltabes Surabaya Kombes Pol Ronny F Sompie menambahkan, dugaan adanya sekolah khusus copet didapati dari pengalaman Kapolda selama bertugas di Jakarta. “Di Surabaya juga banyak. Nanti kami telusuri,” tutur Ronny.
Sementara itu, Heru dan Mat Nasir kepada penyidik mengaku, sebelum beraksi, dirinya berpura-pura sebagai penumpang. Pada saat menemukan sasaran, mereka berpura-pura turun. Sewaktu akan membayar, Heru pura-pura menjatuhkan uangnya dan meminta korban berdiri. Saat itulah Mat Nasir dengan cepat mengambil dompet dan ponsel korban yang mengaku bernama Tusriah, asal Tegal, Jawa Tengah.
Dompet Tusriah berisi uang Rp 39.000 dan ponsel Nokia 7610. Setelah berhasil, Heru turun dari angkot, tak lama sesudahnya disusul oleh Mat Nasir.
Tusriah kemudian melaporkan pencopetan itu kepada petugas yang kebetulan sedang melakukan pemantauan di Terminal Joyoboyo. Setelah mengetahui ciri-ciri pelaku seperti yang dituturkan korban, petugas langsung melakukan pengejaran.
Petugas berhasil mengetahui identitas pelaku dan meringkus keduanya di rumah masing-masing pada Senin itu juga. Kebetulan kedua orang ini tinggal di Jalan Joyoboyo Belakang, Surabaya. (kompas.com)