Pemerintah Australia memperingatkan tentang kemungkinan serangan teroris masih akan terjadi lagi di Indonesia, termasuk di Bali.
Departemen Luar Negeri Australia (DFAT) mengeluarkan travel warning dan meminta warga Australia menunda bepergian ke Indonesia. "Kami menyarankan Anda untuk mempertimbangkan ulang kunjungan ke Indonesia, termasuk Bali, saat ini karena meningkatnya ancaman serangan teroris," demikian keterangan tertulis DFAT. Dalam travel warning tersebut, Menteri Luar Negeri Australia Stephen Smith mengungkapkan,larangan berkunjung telah diperbarui karena adanya informasi dan saran terbaru.
"Informasi terbaru menggambarkan adanya perhatian serius, yaitu kemungkinan serangan teroris di Jakarta dan di wilayah lain di Indonesia, termasuk Bali," ujarnya dalam pernyataan tertulis seperti dikutip news.au.com.
Bali menjadi fokus perhatian karena menjadi destinasi paling diminati warga Australia dan wisatawan mancanegara lainnya. "Kita telah mendapatkan informasi bahwa Indonesia dan Bali ada kemungkinan menjadi target teroris," demikian keterangan travel warning. "Anda seharusnya waspada di tempat yang memiliki tingkat keamanan rendah," lanjutnya.
Travel warning juga dikenakan kepada seluruh staf diplomat Australia di Indonesia agar selalu waspada. Pada 2004 lalu, Kedutaan Besar Australia di Jakarta menjadi target serangan bom dan menewaskan sembilan orang. "Mengenai perihal keamanan, maka keamanan di Kedutaan Australia di Jakarta dan konsulat jenderal di Bali dalam level tinggi (siaga)," demikian keterangan tersebut. "Kedutaan Besar Australia telah memberikan nasihat kepada staf dan keluarganya untuk tetap hati-hati ketika berjalan atau bepergian dari dan ke kedutaan," imbuhnya.
DFAT menyebutkan, jika ada yang membutuhkan bantuan konsuler,warga Australia di Jakarta dapat menelepon mereka di nomor +61 2 6261 3305. DFAT juga mengimbau warga Australia yang khawatir mengenai sanak saudara di Jakarta dapat langsung menghubungi mereka. "Jika tidak berhasil, silakan menghubungi Pusat Darurat Konsuler DFAT di nomor 1300 555 135," demikian keterangan DFAT.
Data DFAT mencatat lebih dari 1.000 orang Australia tengah berada di Jakarta. Sejauh ini Australia telah mengasumsikan dua warganya meninggal dalam ledakan bom di Hotel JW Marriott dan The Ritz Carlton, yaitu Craig Senger dan Nathan Verity. Dengan demikian, sudah tiga warga negara Australia menjadi korban tewas setelah Garth McEvoy yang telah dipastikan sebelumnya. Sejak 2005, Canberra kerap memperingatkan biro perjalanan wisata agar melarang mengirimkan turis ke Indonesia.
Dari Kuala Lumpur, Menteri Pertahanan Malaysia Ahmad Zahid Hamidi mengungkapkan pihaknya siap bekerja sama dengan Indonesia dan dunia internasional mengenai terorisme. "Kita telah berusaha menggelar berbagai upaya untuk mencegah otak serangan bom masuk ke Malaysia," ujarnya. Teroris itu adalah Noordin Mohammed Top yang merupakan warga negara Malaysia dan bersembunyi di Indonesia.
Dia menjamin, keamanan perbatasan Malaysia dan Indonesia akan diperketat. Menurut Menteri Dalam Negeri Malaysia Hishammudin Tun Hussein, keamanan di kedutaan besar di Malaysia diperketat, khususnya yang mendapatkan ancaman. "Kita telah meningkatkan keamanan bagi mereka (kedutaan) dan lokasi-lokasi tertentu yang dimonitor bersama dengan otoritas terkait selama bertahun-tahun," ungkapnya. Hishammudin mengungkapkan, amendemen Undang- Undang Keamanan Dalam Negeri (ISA) merupakan langkah untuk memerangi terorisme.
Kerja sama dengan negara tetangga, menurut dia, juga langkah penting. Sementara Deputi Kepala Polisi Kuala Lumpur Abu Samah Mat mengungkapkan polisi telah meningkatkan keamanan di beberapa titik penting. Situasi sejauh ini masih terkendali. "Sejak bom di Jakarta, kita meningkatkan keamanan," ujarnya.
Departemen Luar Negeri Australia (DFAT) mengeluarkan travel warning dan meminta warga Australia menunda bepergian ke Indonesia. "Kami menyarankan Anda untuk mempertimbangkan ulang kunjungan ke Indonesia, termasuk Bali, saat ini karena meningkatnya ancaman serangan teroris," demikian keterangan tertulis DFAT. Dalam travel warning tersebut, Menteri Luar Negeri Australia Stephen Smith mengungkapkan,larangan berkunjung telah diperbarui karena adanya informasi dan saran terbaru.
"Informasi terbaru menggambarkan adanya perhatian serius, yaitu kemungkinan serangan teroris di Jakarta dan di wilayah lain di Indonesia, termasuk Bali," ujarnya dalam pernyataan tertulis seperti dikutip news.au.com.
Bali menjadi fokus perhatian karena menjadi destinasi paling diminati warga Australia dan wisatawan mancanegara lainnya. "Kita telah mendapatkan informasi bahwa Indonesia dan Bali ada kemungkinan menjadi target teroris," demikian keterangan travel warning. "Anda seharusnya waspada di tempat yang memiliki tingkat keamanan rendah," lanjutnya.
Travel warning juga dikenakan kepada seluruh staf diplomat Australia di Indonesia agar selalu waspada. Pada 2004 lalu, Kedutaan Besar Australia di Jakarta menjadi target serangan bom dan menewaskan sembilan orang. "Mengenai perihal keamanan, maka keamanan di Kedutaan Australia di Jakarta dan konsulat jenderal di Bali dalam level tinggi (siaga)," demikian keterangan tersebut. "Kedutaan Besar Australia telah memberikan nasihat kepada staf dan keluarganya untuk tetap hati-hati ketika berjalan atau bepergian dari dan ke kedutaan," imbuhnya.
DFAT menyebutkan, jika ada yang membutuhkan bantuan konsuler,warga Australia di Jakarta dapat menelepon mereka di nomor +61 2 6261 3305. DFAT juga mengimbau warga Australia yang khawatir mengenai sanak saudara di Jakarta dapat langsung menghubungi mereka. "Jika tidak berhasil, silakan menghubungi Pusat Darurat Konsuler DFAT di nomor 1300 555 135," demikian keterangan DFAT.
Data DFAT mencatat lebih dari 1.000 orang Australia tengah berada di Jakarta. Sejauh ini Australia telah mengasumsikan dua warganya meninggal dalam ledakan bom di Hotel JW Marriott dan The Ritz Carlton, yaitu Craig Senger dan Nathan Verity. Dengan demikian, sudah tiga warga negara Australia menjadi korban tewas setelah Garth McEvoy yang telah dipastikan sebelumnya. Sejak 2005, Canberra kerap memperingatkan biro perjalanan wisata agar melarang mengirimkan turis ke Indonesia.
Dari Kuala Lumpur, Menteri Pertahanan Malaysia Ahmad Zahid Hamidi mengungkapkan pihaknya siap bekerja sama dengan Indonesia dan dunia internasional mengenai terorisme. "Kita telah berusaha menggelar berbagai upaya untuk mencegah otak serangan bom masuk ke Malaysia," ujarnya. Teroris itu adalah Noordin Mohammed Top yang merupakan warga negara Malaysia dan bersembunyi di Indonesia.
Dia menjamin, keamanan perbatasan Malaysia dan Indonesia akan diperketat. Menurut Menteri Dalam Negeri Malaysia Hishammudin Tun Hussein, keamanan di kedutaan besar di Malaysia diperketat, khususnya yang mendapatkan ancaman. "Kita telah meningkatkan keamanan bagi mereka (kedutaan) dan lokasi-lokasi tertentu yang dimonitor bersama dengan otoritas terkait selama bertahun-tahun," ungkapnya. Hishammudin mengungkapkan, amendemen Undang- Undang Keamanan Dalam Negeri (ISA) merupakan langkah untuk memerangi terorisme.
Kerja sama dengan negara tetangga, menurut dia, juga langkah penting. Sementara Deputi Kepala Polisi Kuala Lumpur Abu Samah Mat mengungkapkan polisi telah meningkatkan keamanan di beberapa titik penting. Situasi sejauh ini masih terkendali. "Sejak bom di Jakarta, kita meningkatkan keamanan," ujarnya.