Kondisi memprihatinkan dialami Zahra Roisyah, bayi belum genap berusia 3 bulan, putri pertama pasangan Sodiq Giarto (30) dan Ernawati (22). Dia terlahir tanpa memiliki tulang hidung, hingga kesulitan bernafas dan mengalami gangguan dalam pertumbuhan.
Zahra Roisyah lahir melalui operasi caesar di RS HVA Toeloeng Redjo Pare 1 Mei 2009 lalu. Setelah sempat menjalani perawatan selama 5 hari, Zahra dirujuk ke RSUD Pelem Pare dengan fasilitas jaminan kesehatan masyarakat (Jamkesmas). Namun 28 Mei terpaksa harus dipulangkan karena tak memiliki biaya untuk pemenuhan sejumlah obat.
"Kebetulan kalau pakai jakesmas yang gratis hanya kamar dan sebagian obat. Untuk sejumlah obat tetap harus beli dan saya sudah tidak sanggup lagi," kata Sodiq saat ditemui wartawan di rumahnya, Dusun Bangun Mulyo, Desa Pojok, Kecamatan Wates, Kabupaten Kediri, Rabu (29/7/2009).
Secara sepintas kondisi bayi malang tersebut tampak seperti bayi normal, dengan seluruh organ tubuh yang lengkap. Namun saat diperhatikan, pada bagian hidung hanya terdapat 1 lubang dan tidak dilengkapi tulang.
"Ya itu tadi, akibatnya kalau nafas terkadang harus pakai mulut," ujar Sodiq.
Sodiq menambahkan, saat pertama kali pulang dari rumah sakit, dia disarankan secepatnya merujuk ke RSU Dr Soetomo Surabaya, agar segera dioperasi. Namun dengan alasan keterbatasan biaya dia mengaku tak sanggup melakukan hal tersebut.
"Kalau seperti kami, setiap hari hanya buruh tani apa ya sanggup kalau harus membawa dia ke Surabaya. Apalagi sekarang istri saya lebih banyak mengasuh anak," ungkapnya dengan nada pilu.
Penderitaan bayi Zahra Roisyah tidak sebatas tidak adanya tulang hidung. Akibat terganggunya sistem pernafasan, asupan ASI dari ibunya tidak dapat diterima secara normal, hingga menjadikan mengalami pertumbuhan yang lambat. Dari pertama kali dilahirkan dengan berat badan 2,6 Kg, saat ini beratnya hanya 3,3 Kg.
Ditanya perhatian Pemerintah Kabupaten Kediri, Sodiq megaku sejauh ini sangat kecil. Hanya adanya perhatian dari Pemerintah Desa Pojok saat pertama kali anaknya pulang dari rumah sakit, dalam bentuk pemberian santunan.
"Terus terang saja, sekarang saya sangat mengharapkan adanya bantuan dari siapa saja. Fikiran saya sekarang bagaimana bisa mendapatkan uang agar anak saya dapat secepatnya dioperasi," pungkas Sodiq.
Zahra Roisyah lahir melalui operasi caesar di RS HVA Toeloeng Redjo Pare 1 Mei 2009 lalu. Setelah sempat menjalani perawatan selama 5 hari, Zahra dirujuk ke RSUD Pelem Pare dengan fasilitas jaminan kesehatan masyarakat (Jamkesmas). Namun 28 Mei terpaksa harus dipulangkan karena tak memiliki biaya untuk pemenuhan sejumlah obat.
"Kebetulan kalau pakai jakesmas yang gratis hanya kamar dan sebagian obat. Untuk sejumlah obat tetap harus beli dan saya sudah tidak sanggup lagi," kata Sodiq saat ditemui wartawan di rumahnya, Dusun Bangun Mulyo, Desa Pojok, Kecamatan Wates, Kabupaten Kediri, Rabu (29/7/2009).
Secara sepintas kondisi bayi malang tersebut tampak seperti bayi normal, dengan seluruh organ tubuh yang lengkap. Namun saat diperhatikan, pada bagian hidung hanya terdapat 1 lubang dan tidak dilengkapi tulang.
"Ya itu tadi, akibatnya kalau nafas terkadang harus pakai mulut," ujar Sodiq.
Sodiq menambahkan, saat pertama kali pulang dari rumah sakit, dia disarankan secepatnya merujuk ke RSU Dr Soetomo Surabaya, agar segera dioperasi. Namun dengan alasan keterbatasan biaya dia mengaku tak sanggup melakukan hal tersebut.
"Kalau seperti kami, setiap hari hanya buruh tani apa ya sanggup kalau harus membawa dia ke Surabaya. Apalagi sekarang istri saya lebih banyak mengasuh anak," ungkapnya dengan nada pilu.
Penderitaan bayi Zahra Roisyah tidak sebatas tidak adanya tulang hidung. Akibat terganggunya sistem pernafasan, asupan ASI dari ibunya tidak dapat diterima secara normal, hingga menjadikan mengalami pertumbuhan yang lambat. Dari pertama kali dilahirkan dengan berat badan 2,6 Kg, saat ini beratnya hanya 3,3 Kg.
Ditanya perhatian Pemerintah Kabupaten Kediri, Sodiq megaku sejauh ini sangat kecil. Hanya adanya perhatian dari Pemerintah Desa Pojok saat pertama kali anaknya pulang dari rumah sakit, dalam bentuk pemberian santunan.
"Terus terang saja, sekarang saya sangat mengharapkan adanya bantuan dari siapa saja. Fikiran saya sekarang bagaimana bisa mendapatkan uang agar anak saya dapat secepatnya dioperasi," pungkas Sodiq.