Gara-gara melarang siswanya membeli mangga muda yang dijual di halaman sekolah, Gabriela Beting, AMd, guru matematika pada SMP Negeri 1 Waigete, Kabupaten Sikka, diremas tangannya dengan keras oleh tuan tanah, sampai ibu guru itu kencing di celananya.
Ibu guru itu khawatir, kalau siswa membeli mangga muda dan memakannya, mereka bisa sakit perut dan tidak bisa menerima pelajaran dengan baik. Karena itu dia juga meminta penjual mangga muda, Tanta Beti, jangan lagi berjualan mangga muda di halaman sekolah itu.
Tindakan ibu guru itu membuat marah tuan tanah setempat, Bernadus Bapan. Bapan datang di SMP Negeri 1 Waigete. Ibu guru Gabriela menemuinya dan Bapan marah-marah. Saat Gabriela menyalami pria itu, tangannya diremas dengan keras sampai ibu guru itu kesakitan dan terkencing di celananya.
Gabriela ditemani suaminya, Wilbrodus Badar yang juga guru SDK Kebor, langsung mendatangi Kodim 1603/Sikka, Polres Sikka dan Wakil Bupati Sikka untuk mengadukan masalah itu.
Di kantor Bupati Sikka, pasangan suami istri itu tidak dapat bertemu Wabup Sikka, dr. Wera Damianus sehingga keduanya ke Mapolres Sikka untuk melapor.
Diceritakan Gabriela, dia melarang siswanya membeli mangga muda yang dijual Tanta Beti, di halaman sekolah. Dia juga meminta penjual itu jangan lagi menjual mangga muda di halaman sekolah.
Si penjual tidak menerima baik dan nyaris terjadi perkelahian. "Waktu itu tante Beti mau pukul saya tapi tidak kena. Saya usir dia pakai kayu," kata Gabriela yang langsung melapor ke Polsek Waigete hari itu juga. Namun, katanya, laporannya tidak diterima. Hari itu juga dia ke Mapolres Sikka namun laporannya juga tidak diterima polisi di bagian piket.
"Saya butuh perlindungan polisi karena saya merasa terancam, tapi pada hari Rabu itu polisi di Polsek maupun di Polres menolak laporan saya. Malah mereka usir saya," kata Gabriela.
Gabriela menduga ada orang yang mengadukan hal itu kepada tuan tanah, Bernadus Bapan, sehingga pada hari Kamis pagi, Bernadus Bapan mendatanginya di sekolah.
"Saya lihat Pak Bernadus datang, saya temui dia dan menyalaminya. Tapi dia genggam tangan saya dengan kuat sekali sambil marah-marah sampai saya terkencing-kencing di celana. Ini celana yang saya pakai, tadi basah kena air kencing saya. Tapi sekarang sudah kering," kata ibu guru itu sambil menunjuk celana kain panjang warna hitam yang dipakainya.
Menurut Gabriela, Bernadus marah dan mengusirnya untuk tidak lagi mengajar di sekolah itu. "Dia (Bernadus Bapan, Red) bilang, 'Engkau pergi dari sini dan jangan mengajar lagi karena kau orang luar datang sini mau atur kami orang sini," kata Gabriela menirukan perkataan Bernadus.
Dia juga mengatakan sudah melaporkan masalah yang menimpanya itu ke Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Sikka. Meski mengaku khawatir, hari ini, Gabriela mengatakan tetap masuk mengajar.
Bpost
Ibu guru itu khawatir, kalau siswa membeli mangga muda dan memakannya, mereka bisa sakit perut dan tidak bisa menerima pelajaran dengan baik. Karena itu dia juga meminta penjual mangga muda, Tanta Beti, jangan lagi berjualan mangga muda di halaman sekolah itu.
Tindakan ibu guru itu membuat marah tuan tanah setempat, Bernadus Bapan. Bapan datang di SMP Negeri 1 Waigete. Ibu guru Gabriela menemuinya dan Bapan marah-marah. Saat Gabriela menyalami pria itu, tangannya diremas dengan keras sampai ibu guru itu kesakitan dan terkencing di celananya.
Gabriela ditemani suaminya, Wilbrodus Badar yang juga guru SDK Kebor, langsung mendatangi Kodim 1603/Sikka, Polres Sikka dan Wakil Bupati Sikka untuk mengadukan masalah itu.
Di kantor Bupati Sikka, pasangan suami istri itu tidak dapat bertemu Wabup Sikka, dr. Wera Damianus sehingga keduanya ke Mapolres Sikka untuk melapor.
Diceritakan Gabriela, dia melarang siswanya membeli mangga muda yang dijual Tanta Beti, di halaman sekolah. Dia juga meminta penjual itu jangan lagi menjual mangga muda di halaman sekolah.
Si penjual tidak menerima baik dan nyaris terjadi perkelahian. "Waktu itu tante Beti mau pukul saya tapi tidak kena. Saya usir dia pakai kayu," kata Gabriela yang langsung melapor ke Polsek Waigete hari itu juga. Namun, katanya, laporannya tidak diterima. Hari itu juga dia ke Mapolres Sikka namun laporannya juga tidak diterima polisi di bagian piket.
"Saya butuh perlindungan polisi karena saya merasa terancam, tapi pada hari Rabu itu polisi di Polsek maupun di Polres menolak laporan saya. Malah mereka usir saya," kata Gabriela.
Gabriela menduga ada orang yang mengadukan hal itu kepada tuan tanah, Bernadus Bapan, sehingga pada hari Kamis pagi, Bernadus Bapan mendatanginya di sekolah.
"Saya lihat Pak Bernadus datang, saya temui dia dan menyalaminya. Tapi dia genggam tangan saya dengan kuat sekali sambil marah-marah sampai saya terkencing-kencing di celana. Ini celana yang saya pakai, tadi basah kena air kencing saya. Tapi sekarang sudah kering," kata ibu guru itu sambil menunjuk celana kain panjang warna hitam yang dipakainya.
Menurut Gabriela, Bernadus marah dan mengusirnya untuk tidak lagi mengajar di sekolah itu. "Dia (Bernadus Bapan, Red) bilang, 'Engkau pergi dari sini dan jangan mengajar lagi karena kau orang luar datang sini mau atur kami orang sini," kata Gabriela menirukan perkataan Bernadus.
Dia juga mengatakan sudah melaporkan masalah yang menimpanya itu ke Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Sikka. Meski mengaku khawatir, hari ini, Gabriela mengatakan tetap masuk mengajar.
Bpost