Sembilan Tenaga Kerja Wanita (TKW) di Hongkong digebuki aparat keamanan di Konsulat Jenderal (Konjen) RI di Hongkong. Empat wanita mengalami luka memar dan berdarah, sedangkan dua TKI lainnya dilarikan ke rumah sakit.
Ironisnya, peristiwa kekerasan itu terjadi di depan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Menakertrans) Erman Suparno ketika hadir dalam pertemuan dengan para TKI di gedung Queen Elizabeth, Hongkong.
Duta Buruh Migran, Franky Sahilatua, saat dihubungi Minggu malam mengatakan, peristiwa pemukulan itu terjadi sekitar pukul 11.00 waktu setempat. Saat itu, puluhan TKW yang bekerja di Hongkong mengadakan pertemuan dengan Menakertrans. Namun sembilan orang TKW kemudian menggelar spanduk bertuliskan "Stop Underpayment" (hentikan pembayaran upah di bawah standar) saat berhadapan dengan menteri.
"Tiba-tiba saja mereka langsung diseret dan dipukuli oleh aparat keamanan sampai luka-luka, padahal mereka hanya menggelar spanduk. Wajar dong mereka mengutarakan aspirasi kepada menteri," ujar penyanyi lagu balada ini. Franky menambahkan, peristiwa itu terjadi di depan Menakertrans, namun sang menteri hanya diam dan tidak berusaha melerai aksi pemukulan tersebut. Petugas keamanan yang jumlahnya lebih dari dua orang itu juga merupakan Warga Negara Indonesia.
"Mereka itu lebih sok kuasa dibanding polisi Hongkong. Mereka harus diberi sanksi tegas," tandas Franky.Dikatakan, para TKW tersebut hanya mengutarakan aspirasi mereka bahwa masih terjadi adanya penggajian di bawah standar upah yang ditentukan pemerintah Hongkong.
Upah minimum pekerja di Hongkong, lanjutnya, yakni 3.450 dolar Hongkong. Namun para pekerja asal Indonesia hanya mendapat sekitar 2.000 dolar Hongkong."Itu pun banyak yang belum dibayarkan selama berbulan-bulan. Ada yang sejakpertama datang tidak pernah menerima upah sedikitpun," jelasnya. Menurut Franky, gaji mereka dipotong oleh PJTKI (Perusahan Jasa Pengerah Tenaga Kerja Indonesia) dan agen-agen tenaga kerja di Hongkong.
Ia sangat menyesalkan tindakan pemukulan petugas keamanan tersebut. Ia berharap Menakertrans lebih cerdas memimpin, sehingga tidak terjadi lagi peristiwa seperti ini.
Dalam pertemuan itu, sejumlah pejabat Depnakertrans dan beberapa anggota DPRD Jawa Timur ikut serta. Namun tak ada yang melerai pemukulan itu. "Sudah wanita, lagi puasa, belum digaji, dipukuli bangsa sendiri lagi, ini kan jahanam sekali," tegasnya. Hingga semalam, baru diketahui beberapa nama dari TKW tersebut, antara lain Luluk dan Ganis.
Dikatakan oleh Franky bahwa Serikat Buruh Migran Indonesia (SBMI) akan melayangkan protes kepada Menakertrans dan Departemen Luar Negeri (Deplu) atas
arogansi para aparat keamanan di Konjen RI tersebut.
Sementara itu, juru bicara Deplu, Teuku Faizasyah hingga tadi malam belum dapat dimintai konfirmasi. Telepon genggamnya tidak aktif saat dihubungi.
Sedangkan Komisioner Komnas Anti Kekerasan Terhadap Perempuan, Sri Wiyanti Eddyono saat dihubungi semalam juga mengaku belum mendengar kabar tersebut. Namun demikian, ia menyayangkan tindakan kekerasan tersebut. "Apapun alasannya, kekerasan bukan jalan yang terbaik, mengapa tidak melakukan dialog saja," ujarnya.
Ia mengatakan, ekspresi para TKW dengan spanduk merupakan pernyataan yang wajar, dan memang benar-benar dirasakan oleh para buruh migran ini. Siapapun, lanjutnya, harus menghindari kekerasan. "Itu tindakan yang tidak bijaksana, padahal TKW sedang berada dalam keadaan tidak menguntungkan," imbuhnya. Jumlah TKW Indonesia yang bekerja di Hongkong mencapai 100.000 orang lebih.
Umumnya, mendapatkan gaji sekitar 2.700 dolar Hongkong (sekitar Rp 3 juta per bulan).
Di Indonesia, tidak ada undang-undang yang mengatur upah minimal bagi PRT. Berbeda dengan di Hongkong, pemberian upah TKW diatur oleh negara tersebut dan ditegakkan oleh aparat hukum. Bagi siapapun yang melanggar aturan, maka akan dihukum, baik pekerja ataupun majikannya.
Libur kerja juga diberikan pada TKW sehari selama seminggu. Mereka biasanya menikmati libur dengan berbagai aktivitas di luar rumah, kebanyakan para TKW Indonesia berkumpul di taman untuk bertemu dengan teman-teman sesama warga Indonesia.
jawapos
Ironisnya, peristiwa kekerasan itu terjadi di depan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Menakertrans) Erman Suparno ketika hadir dalam pertemuan dengan para TKI di gedung Queen Elizabeth, Hongkong.
Duta Buruh Migran, Franky Sahilatua, saat dihubungi Minggu malam mengatakan, peristiwa pemukulan itu terjadi sekitar pukul 11.00 waktu setempat. Saat itu, puluhan TKW yang bekerja di Hongkong mengadakan pertemuan dengan Menakertrans. Namun sembilan orang TKW kemudian menggelar spanduk bertuliskan "Stop Underpayment" (hentikan pembayaran upah di bawah standar) saat berhadapan dengan menteri.
"Tiba-tiba saja mereka langsung diseret dan dipukuli oleh aparat keamanan sampai luka-luka, padahal mereka hanya menggelar spanduk. Wajar dong mereka mengutarakan aspirasi kepada menteri," ujar penyanyi lagu balada ini. Franky menambahkan, peristiwa itu terjadi di depan Menakertrans, namun sang menteri hanya diam dan tidak berusaha melerai aksi pemukulan tersebut. Petugas keamanan yang jumlahnya lebih dari dua orang itu juga merupakan Warga Negara Indonesia.
"Mereka itu lebih sok kuasa dibanding polisi Hongkong. Mereka harus diberi sanksi tegas," tandas Franky.Dikatakan, para TKW tersebut hanya mengutarakan aspirasi mereka bahwa masih terjadi adanya penggajian di bawah standar upah yang ditentukan pemerintah Hongkong.
Upah minimum pekerja di Hongkong, lanjutnya, yakni 3.450 dolar Hongkong. Namun para pekerja asal Indonesia hanya mendapat sekitar 2.000 dolar Hongkong."Itu pun banyak yang belum dibayarkan selama berbulan-bulan. Ada yang sejakpertama datang tidak pernah menerima upah sedikitpun," jelasnya. Menurut Franky, gaji mereka dipotong oleh PJTKI (Perusahan Jasa Pengerah Tenaga Kerja Indonesia) dan agen-agen tenaga kerja di Hongkong.
Ia sangat menyesalkan tindakan pemukulan petugas keamanan tersebut. Ia berharap Menakertrans lebih cerdas memimpin, sehingga tidak terjadi lagi peristiwa seperti ini.
Dalam pertemuan itu, sejumlah pejabat Depnakertrans dan beberapa anggota DPRD Jawa Timur ikut serta. Namun tak ada yang melerai pemukulan itu. "Sudah wanita, lagi puasa, belum digaji, dipukuli bangsa sendiri lagi, ini kan jahanam sekali," tegasnya. Hingga semalam, baru diketahui beberapa nama dari TKW tersebut, antara lain Luluk dan Ganis.
Dikatakan oleh Franky bahwa Serikat Buruh Migran Indonesia (SBMI) akan melayangkan protes kepada Menakertrans dan Departemen Luar Negeri (Deplu) atas
arogansi para aparat keamanan di Konjen RI tersebut.
Sementara itu, juru bicara Deplu, Teuku Faizasyah hingga tadi malam belum dapat dimintai konfirmasi. Telepon genggamnya tidak aktif saat dihubungi.
Sedangkan Komisioner Komnas Anti Kekerasan Terhadap Perempuan, Sri Wiyanti Eddyono saat dihubungi semalam juga mengaku belum mendengar kabar tersebut. Namun demikian, ia menyayangkan tindakan kekerasan tersebut. "Apapun alasannya, kekerasan bukan jalan yang terbaik, mengapa tidak melakukan dialog saja," ujarnya.
Ia mengatakan, ekspresi para TKW dengan spanduk merupakan pernyataan yang wajar, dan memang benar-benar dirasakan oleh para buruh migran ini. Siapapun, lanjutnya, harus menghindari kekerasan. "Itu tindakan yang tidak bijaksana, padahal TKW sedang berada dalam keadaan tidak menguntungkan," imbuhnya. Jumlah TKW Indonesia yang bekerja di Hongkong mencapai 100.000 orang lebih.
Umumnya, mendapatkan gaji sekitar 2.700 dolar Hongkong (sekitar Rp 3 juta per bulan).
Di Indonesia, tidak ada undang-undang yang mengatur upah minimal bagi PRT. Berbeda dengan di Hongkong, pemberian upah TKW diatur oleh negara tersebut dan ditegakkan oleh aparat hukum. Bagi siapapun yang melanggar aturan, maka akan dihukum, baik pekerja ataupun majikannya.
Libur kerja juga diberikan pada TKW sehari selama seminggu. Mereka biasanya menikmati libur dengan berbagai aktivitas di luar rumah, kebanyakan para TKW Indonesia berkumpul di taman untuk bertemu dengan teman-teman sesama warga Indonesia.
jawapos