Ditiduri Karena Diancam Dibunuh Polisi, aneh aneh saja kelakuan manusia di zaman modern seperti kisah SAYA minta Kapolda Sumut menindak tegas anggotanya yang telah berbuat asusila terhadap istri orang, padahal dia itu (Bripka FS-red) sudah beristeri juga. Saya juga minta Pak Walikota memecat isteri saya karena perbuatan tercelanya.”
Kalimat bernada marah itu terdengar begitu keras, sampai-sampai nyaris memekakkan telinga Widya, wartawati POSMETRO MEDAN. Halim (33) begitu kesal karena tak menyangka Ayu mengkhianatinya.
Dia membantah pendapat banyak orang yang mengatakan ‘Beristrikan seorang PNS pasti bahagia’. Halim justru menderita lantaran sakit hati diduakan Ayu yang tertangkap basah saat indehoi di kamar hotel.
Sebenarnya sudah setahun ini Halim menaruh curiga, sebab pendamping hidupnya itu berubah sikap. Dulu Ayu begitu lembut, tapi belakangan jadi pemarah bahkan sering melawan.
Seiring perubahan sikap itu, Ayu yang berstatus sebagai PNS di KPU Tanjung Balai makin keranjingan pulang larut malam. Setiap ditanya, Ayu beralasan lembur atau ada keperluan lain dengan temannya.
Tapi bisik-bisik tetangga menyebutkan, Ayu punya pria idaman lain (PIL) di luaran. Gosipnya, pria itu seorang polisi. Meski berusaha menepis cerita yang merebah di lingkungannya, tapi perubahan Ayu membuat perasaan Halim jadi galau.
Tepat Kamis (10/12) lalu, Ayu pamit kepada Halim. Ayu mengaku hendak ke Medan karena ada urusan ke kantor KPU Provinsi. Sampai di situ, Halim masih menjauhkan prasangka buruk.
Kontraktor yang sering berproyek di Kisaran dan Tanjung Balai ini, bahkan dengan tulus mengantarkan Ayu ke kantor KPU Tj Balai. Di situ, Dewi dan Nana, dua teman Ayu terlihat telah menunggu. Ketiga rekan sekerja itu pun meluncur dengan mengendarai mobil dinas bernomor plat BK 2237 EQ.
“Seharusnya istriku (Ayu-red) berangkat pukul 10 pagi, tapi kenapa menjadi pukul 4 sore yah?” kata Halim dalam hati yang juga heran lantaran ketiga rekan sekerja itu tak membawa serta supir kantor, seperti biasanya.
Dengan perasaan gundah, Halim menyusul sang istri besoknya. Setiba di Medan, Halim tak langsung menemukan wanita yang telah memberinya satu orang anak dari buah pernikahan mereka itu.
Halim lalu meminta bantuan dua temannya yang tinggal di Jalan Ahmad Yani, Gang Cendana Kisaran. Dari sekian tempat penginapan di Kota Medan yang dijelajahi, mereka akhirnya menemukan mobil dinas Ayu di pelataran parkir Hotel Gentala, Jl Japaris Medan.
Jantung Halim tiba-tiba berdetak kencang. Dengan perasaan yang tak karuan, Halim menemui resepsionis hotel. “Apa ada orang dari Tanjung Balai menginap di sini?” tanyanya.
Recepsionist hotel mengiyakan dan memberitahu kamar 108 dan 109, tempat tamu dari Tanjung Balai tersebut menginap. Halim lalu beranjak mencari nomor kamar seperti yang disebut pegawai hotel.
Begitu ketemu, Halim berencana menggedor. Tapi dia bingung mau mengetuk pintu kamar nomor berapa. Halim takut salah kamar. Di saat Halim kebingungan, kebetulan orang dari kamar 108 membuka pintu dari dalam.
Bagai petir di siang bolong, begitulah terkejutnya Halim. Matanya terbelalak, dadanya sesak, mulutnya menganga namun seolah tak bisa mengeluarkan sepatah kata apapun.
Yah, orang yang keluar dari kamar itu Ayu. Halim merasa, itu bukan suatu kebetulan, tapi petunjuk dan jawaban dari Tuhan atas segala keraguannya selama ini.
Di saat tubuhnya seolah kaku dan kedua kakinya tak bisa bertumpu, dua bola mata Halim mengarahkan pandangan ke dalam kamar. Dia melihat seorang pria setengah bugil di situ.
Sekaget-kagetnya Halim, jauh lebih terkejut dirasakan Ayu. Sebab pria yang seharusnya dia layani lahir bathin, berdiri tepat di depannya. Ayu tersadar, perselingkuhannya selama ini kepergok basah.
Halim diam, hanya Ayu yang bereaksi. Tanpa menunggu waktu lagi, Ayu bersujud dan meminta maaf padanya. “Dia bilang terpaksa melakukan itu karea diancam bunuh sama polisi itu,” ucap Halim.
Seperti tak merespon penyesalan Ayu, Halim masuk ke dalam kamar. Dengan mata kepalanya sendiri, Halim ingin melihat jelas tampang Bripka FS, selingkuhan isterinya itu. Pria yang disebut-sebut oknum Polisi Lalu Lintas (Poltantas) Tanjung Balai itu, setengah bugil.
Tak seperti aksi di film dan sinetron yang biasanya langsung main hajar. Halim hanya diam. Tak ada berbuat apa pun. “Aku hanya mau tahu yang sebenarnya. Lagian toh nggak ada gunanya kalau harus main pukul atau memaki-maki,” ujar Halim.
Setelah yakin peristiwa itu bukan mimpi, Halim melangkahkan kakinya hendak keluar kamar tanpa sepatah kata pun. Ayu yang salah tingkah bahkan tak mampu menahan langkahnya.
Meski bermohon dan menarik sang suami hingga semua kancing baju terlepas, Ayu tak digubris sedikitpun. Dengan mantap, kakinya melangkah keluar kamar hotel. Saat itu juga Halim menemui kedua sahabatnya yang menunggu di luar dan berlalu dari lokasi itu.
Untuk menenangkan diri sejenak, Halim nongkrong di loby Garuda Plaza Hotel di Jl SM Raja, Medan. Setelah merasa siap dan berfikir panjang, Halim pergi ke Poldasu. Di sana, Halim mengadukan Bripka FS ke Bid Propam.
Tak hanya itu, esok harinya Halim juga melaporkan Bripka FS ke Direktorat Reskrim Poldasu. Sebab Halim ingin Ayu dan pria selingkuhannya sama-sama dapat hukuman setimpal.
“Saya minta bapak Kapolda menindak tegas anggotanya yang berbuat asusila terhadap istri orang, apalagi dia pun sudah beristeri. Kepada Bapak Walikota (Tj Balai-red) juga, supaya istri saya dipecat karena perbuatannya sangat tercela,” desak Halim.
Dalam perbincangan dengan POSMETRO MEDAN, Halim mengaku tak lagi sudi bertemu Ayu. Bahkan mendengar atau mengetahui kabar istrinya itupun, ditabukan Halim. Rasa cintanya, kini berubah benci.Untuk sementara, Halim menumpang di rumah orang tuanya di Kisaran. Sedang anak semata wayangnya diserahkan pada mertua. Keinginannya mantap agar kasus ini cepat diproses dan kedua pelaku ditindak. Hatinya bulat, tak ingin lagi memperisterikan Ayu.
Guna memberi luang agar Ayu memaparkan apa yang terjadi pada dirinya, POSMETRO MEDAN coba menghubungi nomor ponselnya. Berulang kali nomor yang sama dipencet, orang yang dari balik gagang telepon redaksi menyebut, Ayu tak berada di tempat.
Suara wanita yang mengangkat HP itu bilang, dia bukan Ayu. “Ini bukan kak Ayu, tunggu ya,” ucapnya seraya memanggil seseorang.
Awalnya wanita kedua dengan suara yang lebih dewasa dari yang pertama, menjawab. Mulanya dia mengaku Ayu. Tapi begitu POSMETRO MEDAN menyapa dan menyebutkan identitas, pengakuan wanita itu berubah. Dia membantah bernama Ayu. “Ayunya lagi keluar sama bapaknya. Hpnya tinggal di rumah. Ini ibunya. Ada apa ya? Nanti aja lagi telpon,” ujar wanita tersebut.
Kalimat bernada marah itu terdengar begitu keras, sampai-sampai nyaris memekakkan telinga Widya, wartawati POSMETRO MEDAN. Halim (33) begitu kesal karena tak menyangka Ayu mengkhianatinya.
Dia membantah pendapat banyak orang yang mengatakan ‘Beristrikan seorang PNS pasti bahagia’. Halim justru menderita lantaran sakit hati diduakan Ayu yang tertangkap basah saat indehoi di kamar hotel.
Sebenarnya sudah setahun ini Halim menaruh curiga, sebab pendamping hidupnya itu berubah sikap. Dulu Ayu begitu lembut, tapi belakangan jadi pemarah bahkan sering melawan.
Seiring perubahan sikap itu, Ayu yang berstatus sebagai PNS di KPU Tanjung Balai makin keranjingan pulang larut malam. Setiap ditanya, Ayu beralasan lembur atau ada keperluan lain dengan temannya.
Tapi bisik-bisik tetangga menyebutkan, Ayu punya pria idaman lain (PIL) di luaran. Gosipnya, pria itu seorang polisi. Meski berusaha menepis cerita yang merebah di lingkungannya, tapi perubahan Ayu membuat perasaan Halim jadi galau.
Tepat Kamis (10/12) lalu, Ayu pamit kepada Halim. Ayu mengaku hendak ke Medan karena ada urusan ke kantor KPU Provinsi. Sampai di situ, Halim masih menjauhkan prasangka buruk.
Kontraktor yang sering berproyek di Kisaran dan Tanjung Balai ini, bahkan dengan tulus mengantarkan Ayu ke kantor KPU Tj Balai. Di situ, Dewi dan Nana, dua teman Ayu terlihat telah menunggu. Ketiga rekan sekerja itu pun meluncur dengan mengendarai mobil dinas bernomor plat BK 2237 EQ.
“Seharusnya istriku (Ayu-red) berangkat pukul 10 pagi, tapi kenapa menjadi pukul 4 sore yah?” kata Halim dalam hati yang juga heran lantaran ketiga rekan sekerja itu tak membawa serta supir kantor, seperti biasanya.
Dengan perasaan gundah, Halim menyusul sang istri besoknya. Setiba di Medan, Halim tak langsung menemukan wanita yang telah memberinya satu orang anak dari buah pernikahan mereka itu.
Halim lalu meminta bantuan dua temannya yang tinggal di Jalan Ahmad Yani, Gang Cendana Kisaran. Dari sekian tempat penginapan di Kota Medan yang dijelajahi, mereka akhirnya menemukan mobil dinas Ayu di pelataran parkir Hotel Gentala, Jl Japaris Medan.
Jantung Halim tiba-tiba berdetak kencang. Dengan perasaan yang tak karuan, Halim menemui resepsionis hotel. “Apa ada orang dari Tanjung Balai menginap di sini?” tanyanya.
Recepsionist hotel mengiyakan dan memberitahu kamar 108 dan 109, tempat tamu dari Tanjung Balai tersebut menginap. Halim lalu beranjak mencari nomor kamar seperti yang disebut pegawai hotel.
Begitu ketemu, Halim berencana menggedor. Tapi dia bingung mau mengetuk pintu kamar nomor berapa. Halim takut salah kamar. Di saat Halim kebingungan, kebetulan orang dari kamar 108 membuka pintu dari dalam.
Bagai petir di siang bolong, begitulah terkejutnya Halim. Matanya terbelalak, dadanya sesak, mulutnya menganga namun seolah tak bisa mengeluarkan sepatah kata apapun.
Yah, orang yang keluar dari kamar itu Ayu. Halim merasa, itu bukan suatu kebetulan, tapi petunjuk dan jawaban dari Tuhan atas segala keraguannya selama ini.
Di saat tubuhnya seolah kaku dan kedua kakinya tak bisa bertumpu, dua bola mata Halim mengarahkan pandangan ke dalam kamar. Dia melihat seorang pria setengah bugil di situ.
Sekaget-kagetnya Halim, jauh lebih terkejut dirasakan Ayu. Sebab pria yang seharusnya dia layani lahir bathin, berdiri tepat di depannya. Ayu tersadar, perselingkuhannya selama ini kepergok basah.
Halim diam, hanya Ayu yang bereaksi. Tanpa menunggu waktu lagi, Ayu bersujud dan meminta maaf padanya. “Dia bilang terpaksa melakukan itu karea diancam bunuh sama polisi itu,” ucap Halim.
Seperti tak merespon penyesalan Ayu, Halim masuk ke dalam kamar. Dengan mata kepalanya sendiri, Halim ingin melihat jelas tampang Bripka FS, selingkuhan isterinya itu. Pria yang disebut-sebut oknum Polisi Lalu Lintas (Poltantas) Tanjung Balai itu, setengah bugil.
Tak seperti aksi di film dan sinetron yang biasanya langsung main hajar. Halim hanya diam. Tak ada berbuat apa pun. “Aku hanya mau tahu yang sebenarnya. Lagian toh nggak ada gunanya kalau harus main pukul atau memaki-maki,” ujar Halim.
Setelah yakin peristiwa itu bukan mimpi, Halim melangkahkan kakinya hendak keluar kamar tanpa sepatah kata pun. Ayu yang salah tingkah bahkan tak mampu menahan langkahnya.
Meski bermohon dan menarik sang suami hingga semua kancing baju terlepas, Ayu tak digubris sedikitpun. Dengan mantap, kakinya melangkah keluar kamar hotel. Saat itu juga Halim menemui kedua sahabatnya yang menunggu di luar dan berlalu dari lokasi itu.
Untuk menenangkan diri sejenak, Halim nongkrong di loby Garuda Plaza Hotel di Jl SM Raja, Medan. Setelah merasa siap dan berfikir panjang, Halim pergi ke Poldasu. Di sana, Halim mengadukan Bripka FS ke Bid Propam.
Tak hanya itu, esok harinya Halim juga melaporkan Bripka FS ke Direktorat Reskrim Poldasu. Sebab Halim ingin Ayu dan pria selingkuhannya sama-sama dapat hukuman setimpal.
“Saya minta bapak Kapolda menindak tegas anggotanya yang berbuat asusila terhadap istri orang, apalagi dia pun sudah beristeri. Kepada Bapak Walikota (Tj Balai-red) juga, supaya istri saya dipecat karena perbuatannya sangat tercela,” desak Halim.
Dalam perbincangan dengan POSMETRO MEDAN, Halim mengaku tak lagi sudi bertemu Ayu. Bahkan mendengar atau mengetahui kabar istrinya itupun, ditabukan Halim. Rasa cintanya, kini berubah benci.Untuk sementara, Halim menumpang di rumah orang tuanya di Kisaran. Sedang anak semata wayangnya diserahkan pada mertua. Keinginannya mantap agar kasus ini cepat diproses dan kedua pelaku ditindak. Hatinya bulat, tak ingin lagi memperisterikan Ayu.
Guna memberi luang agar Ayu memaparkan apa yang terjadi pada dirinya, POSMETRO MEDAN coba menghubungi nomor ponselnya. Berulang kali nomor yang sama dipencet, orang yang dari balik gagang telepon redaksi menyebut, Ayu tak berada di tempat.
Suara wanita yang mengangkat HP itu bilang, dia bukan Ayu. “Ini bukan kak Ayu, tunggu ya,” ucapnya seraya memanggil seseorang.
Awalnya wanita kedua dengan suara yang lebih dewasa dari yang pertama, menjawab. Mulanya dia mengaku Ayu. Tapi begitu POSMETRO MEDAN menyapa dan menyebutkan identitas, pengakuan wanita itu berubah. Dia membantah bernama Ayu. “Ayunya lagi keluar sama bapaknya. Hpnya tinggal di rumah. Ini ibunya. Ada apa ya? Nanti aja lagi telpon,” ujar wanita tersebut.