Sepuluh orang militan Islam yang dicurigai di periksa di pengadilan Indonesia, Selasa lalu dengan dugaan telah membunuh seorang guru Kristen dan bersengkokol mengebom sebuah kafe.
Para terdakwa, termasuk seorang warga negara Singapura menurut dugaan telah bertemu dengan pemimpin al-Qaida Osama bin Laden, dalam pernyataa terbuka dinyatakan akan dipenjara seumur hidup jika terbukti bersalah atas kepemilikan bahan peledak, melakukan pembunuhan, dan merencanakan penyerangan teroris, serta menjadi buronan bandara.
Pria tersebut dicurigai sebagai anggota jaringan teroris Jamaah Islamiyah Asia Tenggara, yang dituduh melakukan beberapa usaha bom bunuh diri dengan target untuk memerangi bangsa barat yang ada di Indonesia sejak 2002, termasuk di dalamnya peristiwa pemboman di tempat peristirahatan di Bali, dalam tuduhan terhadap mereka.
Mereka telah membentuk sebuah “persekongkolan jahat dan melakukan kekerasan yang menimbulkan suasana teror dan ketakutan yang menyebar luas,” kata jaksa penuntut, Totok Bambang dalam pernyataan pembukaannya di pengadilan.
Tuduhan tersebut dibacakan secara lantang Selasa lalu yang ditujukkan kepada ketiga orang tersangka, termasuk di diantaranya seorang pemimpin Singapura yang ikut menjadi terdakwa Mohammad Hasan, yang sejak dulu diidentifikasi oleh pihak kejaksaan telah menggunakan nama samaran, Fajar Taslim. Pemeriksaan terhadap tujuh orang lainnya ditunda satu minggu kemudian, yang mana mereka mengatakan kepada hakim bahwa mereka baru saja menerima dakwaan tersebut.
Pria tersebut ditangkap dalam sebuah penggerebekkan pada akhir Juli lalu yang mana dalam penggerebekkan tersebut pihak berwajib menyita sebanyak 22 alat peledak berisi peluru. Diduga bahwa senjata tersebut digunakan untuk nmelakukan kekacauan di bar yang sering dikunjungi oleh non – Muslim, yakni Kafe Bedudel, sebuah tempat peristirahatan di daerah perbukitan di pulau Sumatera.
Serangan rupanya dihentikan setelah anggota persekongkolan menyadari adanya kemungkinan tanpa sengaja dapat membunuh orang Muslim.
Pria tersebut juga dituduh secara fatal telah menembak guru Indonesia Dago Simamora di depan anak laki-lakinya berusia 9 tahun pada 2007 lalu di kota Palembang, Sumatera Selatan, dalam salah satu isi dakwaan. Mereka juga mencoba untuk membunuh pastor Katolik pada 2005, jaksa penuntut mengatakan dalam pernyataannya.
Hasan, pria berusia 35 tahun yang merupakan seorang guru bahasa Inggris di Singapura keturunan Pakistan, menurut dugaan adalah seorang anggota sebuah kelompok yang diyakini telah bersekongkol membajak sebuah pesawat di Bangkok pada tahun 2002 dan menabrakkan pesawat tersebut di bandar udara internasional yang ada di sana.
Hasan menurut dugaan juga telah bertemu dengan pemimpin al-Qaida Osama bin Laden beberapa kali pada 2000 di Kandahar, Afganistan, di mana dia menerima pelatihan dasar militer selama sekitar lima bulan, kata Bambang. Hasan juga menurut dugaan mempunyai hubungan dengan para pemimpin mata-mata Jamaah Islamiyah di Asia Tenggara.
Jaksa penuntut mengatakan bahwa Hasan adalah seorang pengantara pada 2000 antara bin Laden di Afganistan dengan pemimpin operasi tertinggi al-Qaida, Hambali, yang dicurigai memiliki kaitan dengan peristiwa pembajakan pada serangan teroris 11 September lalu.
Hambali, yang memiliki nama asli Riduan Isamuddin, telah diserahkan kepada pihak yang berwajib AS setelah tertangkap di Thailand pada 2003. Dia ditahan di Guantanamo, di mana secara resmi dia tidak pernah mangakui tuduhan tersebut.
Polisi telah menuduh Jamaah Islamiyah, yang sejak semula telah dibiayai oleh al-Qaida, dalam melakukan lima peristiwa bom bunuh diri di Indonesia yang menewaskan lebih dari 240 orang, termasuk peristiwa penyerangan di Bali pada 2002 dan 2005.
Indonesia, yang merupakan negara dengan populasi penduduk Muslim terbesar di dunia, yang tercatat memiliki banyak Islam militan dalam upaya memerangi terorisme. Tiga orang telah dihukum mati tahun lalu dalam kasus bom Bali.
Ali Kotarumalos
The Associated Press
Sumber: http://id.christianpost. com/php_functions/print_friendly.php?tbl_name=society&id=1064