Milis yang dibuka oleh seorang guru berinisial “XYZMan” di Sumetara pada 2004 yang mendiskusikan atheisme berhasil menarik minat banyak orang. Kelompok ini kini memiliki lebih dari 350 member yang meragukan keberadaan Tuhan. Mau tahu kisahnya?
Aktivitas kelompok ini menarik perhatian seluruh dunia setelah kantor berita AFP mewancarinya dan menurunkan beritanya. Meskipun perdebatan di milis ini sangat seru, tapi XYZMan mengatakan pada AFP, dia tetap merahasiakan keyakinannya itu. “Jika semua orang tahu aku seorang atheis, aku bisa kehilangan pekerjaan. Keluarga dan teman juga akan membenci,” katanya. “Kemungkinan, aku juga bisa disiksa atau dibunuh karena dianggap kafir dan darah ku halal,” katanya.
Meskipun jumlahnya kecil, tapi kelompok atheis mengadopsi teknologi Web 2.0 yang berhubungan dengan blog, wiki dan jaringan sosial untuk menggalang massa. “Kami menggunakan segala sesuatu yang mungkin (Facebook, Friendster, Multiply dsb) untuk menunjukkan keberadaan kami, mengumpulkan orang,” kata Karl Karnadi, mahasiswa 25 tahun yang belajar di Jerman yang membuka proyek propaganda atheisme di Facebook.
Kelompok ini juga memiliki wiki Ateis Indonesia (Indonesian Atheist). Situs ini mirip Wikipedia, di mana user bisa berkontribusi secara kolektif dan mengedit konten. Artikel berisi berbagai macam, mulai dari perdebatan mengenai teori evolusi dengan agama dan testimonial orang yang beralih menjadi atheis. “Wiki itu kumpulan dari pengetahuan, sesuatu yang kami harapkan dapat digunakan setiap kali mendiskusikan soal agama dan mendebatkan keberadaan sang pencipta,” kata Karnadi.
Tujuan Karnadi, membuat website seperti itu adalah untuk mengumpulkan sesama pengikut atheis terutama warga yang ragu mengenai kepercayaannya. Kegiatannya itu lebih mudah dilakukan dari luar energi. “Saya punya kebebasan disini… dan aku bisa melakukan apa saja (membuat website, mengumpulkan kelompok, mengkritisi agama) secara terbuka tanpa takut dijatuhi hukuman atau menghadapi kaum fundamentalis yang mungkin akan membunuhku,” kata Karnadi.
Aktivitas kelompok ini menarik perhatian seluruh dunia setelah kantor berita AFP mewancarinya dan menurunkan beritanya. Meskipun perdebatan di milis ini sangat seru, tapi XYZMan mengatakan pada AFP, dia tetap merahasiakan keyakinannya itu. “Jika semua orang tahu aku seorang atheis, aku bisa kehilangan pekerjaan. Keluarga dan teman juga akan membenci,” katanya. “Kemungkinan, aku juga bisa disiksa atau dibunuh karena dianggap kafir dan darah ku halal,” katanya.
Meskipun jumlahnya kecil, tapi kelompok atheis mengadopsi teknologi Web 2.0 yang berhubungan dengan blog, wiki dan jaringan sosial untuk menggalang massa. “Kami menggunakan segala sesuatu yang mungkin (Facebook, Friendster, Multiply dsb) untuk menunjukkan keberadaan kami, mengumpulkan orang,” kata Karl Karnadi, mahasiswa 25 tahun yang belajar di Jerman yang membuka proyek propaganda atheisme di Facebook.
Kelompok ini juga memiliki wiki Ateis Indonesia (Indonesian Atheist). Situs ini mirip Wikipedia, di mana user bisa berkontribusi secara kolektif dan mengedit konten. Artikel berisi berbagai macam, mulai dari perdebatan mengenai teori evolusi dengan agama dan testimonial orang yang beralih menjadi atheis. “Wiki itu kumpulan dari pengetahuan, sesuatu yang kami harapkan dapat digunakan setiap kali mendiskusikan soal agama dan mendebatkan keberadaan sang pencipta,” kata Karnadi.
Tujuan Karnadi, membuat website seperti itu adalah untuk mengumpulkan sesama pengikut atheis terutama warga yang ragu mengenai kepercayaannya. Kegiatannya itu lebih mudah dilakukan dari luar energi. “Saya punya kebebasan disini… dan aku bisa melakukan apa saja (membuat website, mengumpulkan kelompok, mengkritisi agama) secara terbuka tanpa takut dijatuhi hukuman atau menghadapi kaum fundamentalis yang mungkin akan membunuhku,” kata Karnadi.