Popularitas dukun cilik Muhammad Ponari,10, warga Dusun Kedungsari, Desa Balongsari, Kecamatan Megaluh, Jombang, yang mampu menyedot puluhan ribu pasien mendapat pesaing baru lagi.
Setelah Jumat lalu Dewi Sulistyowati,13, warga Dusun Pakel, Desa Brodot, Kecamatan Bandarkedungmulyo juga mengaku menemukan batu petir yang bisa menyembuhkan. Kini giliran Siti Nurrohmah,32, warga Perumahan Tambakrejo Asri, Desa Tambakrejo, Kecamatan Jombang juga mengaku menemukan batu ajaib.
Menurut Siti Nurrohmah, beberapa saat sebelum diambil, batu temuannya sempat merintih, seolah menangis, minta pertolongan. Seperti halnya Ponari, batu milik Siti Nurrohmah kemudian dipakai pengobatan terhadap warga yang berduyun-duyun datang ke rumah Nurrohmah.
Informasi yang dihimpun Surya, penemuan batu itu terjadi sekitar pukul 07.30 WIB. Saat itu istri Sodikun,35, ini menggunakan sepeda motor, mengantarkan anaknya, Naufal Yoga Salsabila,3, di Play Group Al Asna, Dusun Dayu, Desa Tunggorono.
Begitu Naufal memasuki ruang kelas, Nurrohmah menunggu di luar. Ketika menunggu itulah, ibu dua orang anak itu sayup-sayup mendengar suara seperti orang menangis disertai suara minta tolong.
Nurrohmah pun mencoba mencari sumber suara memilukan. Ternyata, suara itu bersumber dari bungkusan kain putih, tak jauh dari sepeda motornya diparkir. Setelah dibuka bungkusan kain putih itu berisi sebuah batu pipih, mirip batu koral, berbentuk oval panjangnya 15 cm dan di tengah agak cekung.
Siti Nurrohmah mengaku, begitu memegang batu itu tangannya gemetaran, seolah ada hawa panas menjalar ke seluruh tubuhnya. Penemuan itu segera tersebar ke sekitar sekolah. Warga pun berdatangan, sehingga jalan raya Dayu macet total.
Polisi yang mendapat laporan kemacetan segera datang dan mengamankan lokasi. Selanjutnya, petugas membawa Siti Nurrohmah beserta batu ajaibnya ke Mapolsek Jombang Kota.
Menurut Siti Nurrohmah, sebelum menemukan batu berbentuk pipih oval itu, tiga hari berturut-turut bermimpi ditemui seorang kakek yang mengaku bernama Mbah Ronggo yang meminta agar dirinya dirawat. Mbah Ronggo dalam legenda warga setempat merupakan orang yang membuka hutan Tunggorono, yang kemudian berubah menjadi Desa Tunggorono.
"Tapi saya menolak. Anehnya, dua hari berikutnya berturut-turut saya mimpi hal sama. Sampai akhirnya saya temukan batu ini," tambah Siti.
Kapolsek Jombang Kota AKP Sumar usai mendapatkan keterangan dari Siti Nurrohmah, kemudian kembali membolehkannya pulang. "Kita hanya meminta keterangan. Tak ada alasan untuk menahan atau mengamankan batu temuannya," ujarnya.
Saat di rumah, temuan batu itu diceritakan kepada tetangganya. Salah seorang tetangga, Mukarto minta agar dicoba untuk penyembuhan, dengan cara dicelupkan ke dalam air putih seperti pengobatan ala Ponari.
Sementara itu, praktik pengobatan Slamet,52 ayah Dewi Sulistyowati,12, yang diisukan menemukan batu pasangan dari batu milik Ponari di Dusun Pakel, Desa Brodot, Kecamatan Bandarkedungmulyo, sejak ditutup atas tekanan warga setempat, tidak banyak didatangi pengunjung.
Warga menuding Slamet melakukan penipuan dan mendompleng ketenaran dukun cilik Ponari, demi mendapatkan keuntungan materi. Indikasinya, Slamet tak memperlihatkan batu yang konon ditemukan anaknya kepada masyarakat serta tidak pernah menyertakan Dewi dalam pengobatan.
Setelah Jumat lalu Dewi Sulistyowati,13, warga Dusun Pakel, Desa Brodot, Kecamatan Bandarkedungmulyo juga mengaku menemukan batu petir yang bisa menyembuhkan. Kini giliran Siti Nurrohmah,32, warga Perumahan Tambakrejo Asri, Desa Tambakrejo, Kecamatan Jombang juga mengaku menemukan batu ajaib.
Menurut Siti Nurrohmah, beberapa saat sebelum diambil, batu temuannya sempat merintih, seolah menangis, minta pertolongan. Seperti halnya Ponari, batu milik Siti Nurrohmah kemudian dipakai pengobatan terhadap warga yang berduyun-duyun datang ke rumah Nurrohmah.
Informasi yang dihimpun Surya, penemuan batu itu terjadi sekitar pukul 07.30 WIB. Saat itu istri Sodikun,35, ini menggunakan sepeda motor, mengantarkan anaknya, Naufal Yoga Salsabila,3, di Play Group Al Asna, Dusun Dayu, Desa Tunggorono.
Begitu Naufal memasuki ruang kelas, Nurrohmah menunggu di luar. Ketika menunggu itulah, ibu dua orang anak itu sayup-sayup mendengar suara seperti orang menangis disertai suara minta tolong.
Nurrohmah pun mencoba mencari sumber suara memilukan. Ternyata, suara itu bersumber dari bungkusan kain putih, tak jauh dari sepeda motornya diparkir. Setelah dibuka bungkusan kain putih itu berisi sebuah batu pipih, mirip batu koral, berbentuk oval panjangnya 15 cm dan di tengah agak cekung.
Siti Nurrohmah mengaku, begitu memegang batu itu tangannya gemetaran, seolah ada hawa panas menjalar ke seluruh tubuhnya. Penemuan itu segera tersebar ke sekitar sekolah. Warga pun berdatangan, sehingga jalan raya Dayu macet total.
Polisi yang mendapat laporan kemacetan segera datang dan mengamankan lokasi. Selanjutnya, petugas membawa Siti Nurrohmah beserta batu ajaibnya ke Mapolsek Jombang Kota.
Menurut Siti Nurrohmah, sebelum menemukan batu berbentuk pipih oval itu, tiga hari berturut-turut bermimpi ditemui seorang kakek yang mengaku bernama Mbah Ronggo yang meminta agar dirinya dirawat. Mbah Ronggo dalam legenda warga setempat merupakan orang yang membuka hutan Tunggorono, yang kemudian berubah menjadi Desa Tunggorono.
"Tapi saya menolak. Anehnya, dua hari berikutnya berturut-turut saya mimpi hal sama. Sampai akhirnya saya temukan batu ini," tambah Siti.
Kapolsek Jombang Kota AKP Sumar usai mendapatkan keterangan dari Siti Nurrohmah, kemudian kembali membolehkannya pulang. "Kita hanya meminta keterangan. Tak ada alasan untuk menahan atau mengamankan batu temuannya," ujarnya.
Saat di rumah, temuan batu itu diceritakan kepada tetangganya. Salah seorang tetangga, Mukarto minta agar dicoba untuk penyembuhan, dengan cara dicelupkan ke dalam air putih seperti pengobatan ala Ponari.
Sementara itu, praktik pengobatan Slamet,52 ayah Dewi Sulistyowati,12, yang diisukan menemukan batu pasangan dari batu milik Ponari di Dusun Pakel, Desa Brodot, Kecamatan Bandarkedungmulyo, sejak ditutup atas tekanan warga setempat, tidak banyak didatangi pengunjung.
Warga menuding Slamet melakukan penipuan dan mendompleng ketenaran dukun cilik Ponari, demi mendapatkan keuntungan materi. Indikasinya, Slamet tak memperlihatkan batu yang konon ditemukan anaknya kepada masyarakat serta tidak pernah menyertakan Dewi dalam pengobatan.