Cerita mistis soal batu sakti yang dimiliki Ponari (9) warga Dusun Kedungari Desa Balongsari, Kecamatan Megaluh, Kabupaten Jombang, terus berembus. Konon Ponari bisa tidak terekam kamera saat difoto.
Hal itu terungkap saat, Sindo yang berhasil masuk ke rumah salah satu bibi Ponari, yang kini dijadikan tempat praktik pengobatan Ponari, melihat seorang warga yang mencoba mengambil gambar beberapa gelas yang berisi air, foto dan KTP pasien.
Namun kamera hape canggihnya itu tidak berhasil menangkap objek apapun. Nurhayati yang mengaku datang dari Nganjuk, Jawa Timur, untuk meminta obat guna kesembuhan adiknya yang lumpuh itu, pun sedikit terkejut.
Namun, saat Sindo coba mengambil gambar di objek yang serupa, nampak hasil foto yang cukup baik. “Memang seperti itu, kadang-kadang fotonya tidak ada gambar,” kata Mukaromah, ibunda Ponari.
Mukaromah ibunda Ponari menceritakan saat seorang fotografer memotret Ponari beserta dirinya dan Ibu Lurah setempat beberapa waktu lalu, sosok Ponari juga tak terlihat di hasil jepretan fotografer tersebut.
“Yang ada gambar saya dan bu lurah, Ponari tidak ada,” ujar Mukaromah ditemui di rumah salah seorang kerabatnya di dusun tersebut, Senin (2/2/2009).
Sementara itu, meski Sindo berhasil masuk ke dalam rumah, Ponari belum dapat ditemui karena masih tertidur. Di dalam rumah bibinya itu, ditemui sekira tujuh polisi dan tiga anggota Kodim dan beberapa pasien yang nampaknya mendapat keistimewaan untuk dapat berobat, meski hari ini polisi memutuskan untuk menutup sementara praktik pengobatan Ponari.
Menurut Mukaromah, Ponari memang menolak untuk memindahkan tempat praktiknya ke Balai Desa, atau rumah salah satu warga yang memiliki pekarangan yang luas, seperti yang disarankan pihak kepolisian dan aparat desa, untuk menghindari menumpuknya massa di rumahnya yang sempit.
“Ponari tidak mau kalau tempatnya di pindah ke luar dusun. Sebab wangsitnya di terima di rumah jadi tidak bisa jauh-jauh dari rumah. Kalau dipindah ke luar Dusun pengobatannya tidak berkhasiat,” ujar Mukaromah.
Ponari mendadak memiliki kemampuan untuk menyembuhkan orang sakit setelah dirinya tersambar petir sekira dua bulan lalu. Setelah peristiwa itu Ponari menemukan sebuah batu seukuran telur ayam di kepalanya. Mulanya batu tersebut dibuang. Namun entah bagaimana batu tersebut kembali kepada Ponari. Setelah sebanyak tiga kali, batu yang coba dibuang itu selalu kembali, maka Ponari dan keluarga pun memutuskan untuk menyimpannya.
Batu berwarna kuning itu konon sangat berkhasiat. Hanya dengan mencelupkan batu tersebut ke dalam air, maka orang yang meminum air bekas rendaman batu tersebut akan sembuh dari penyakit yang dideritanya.
Setiap hari, sejak seminggu terakhir ini, menurut Mukaromah sedikitnya Ponari menerima 4 ribu orang pasien. Banyaknya orang yang mengantre untuk berobat kepada Ponari sempat menimbulkan insiden, pada Minggu kemarin, dua warga meninggal dunia saat berdesak-desakan.
Hal itu terungkap saat, Sindo yang berhasil masuk ke rumah salah satu bibi Ponari, yang kini dijadikan tempat praktik pengobatan Ponari, melihat seorang warga yang mencoba mengambil gambar beberapa gelas yang berisi air, foto dan KTP pasien.
Namun kamera hape canggihnya itu tidak berhasil menangkap objek apapun. Nurhayati yang mengaku datang dari Nganjuk, Jawa Timur, untuk meminta obat guna kesembuhan adiknya yang lumpuh itu, pun sedikit terkejut.
Namun, saat Sindo coba mengambil gambar di objek yang serupa, nampak hasil foto yang cukup baik. “Memang seperti itu, kadang-kadang fotonya tidak ada gambar,” kata Mukaromah, ibunda Ponari.
Mukaromah ibunda Ponari menceritakan saat seorang fotografer memotret Ponari beserta dirinya dan Ibu Lurah setempat beberapa waktu lalu, sosok Ponari juga tak terlihat di hasil jepretan fotografer tersebut.
“Yang ada gambar saya dan bu lurah, Ponari tidak ada,” ujar Mukaromah ditemui di rumah salah seorang kerabatnya di dusun tersebut, Senin (2/2/2009).
Sementara itu, meski Sindo berhasil masuk ke dalam rumah, Ponari belum dapat ditemui karena masih tertidur. Di dalam rumah bibinya itu, ditemui sekira tujuh polisi dan tiga anggota Kodim dan beberapa pasien yang nampaknya mendapat keistimewaan untuk dapat berobat, meski hari ini polisi memutuskan untuk menutup sementara praktik pengobatan Ponari.
Menurut Mukaromah, Ponari memang menolak untuk memindahkan tempat praktiknya ke Balai Desa, atau rumah salah satu warga yang memiliki pekarangan yang luas, seperti yang disarankan pihak kepolisian dan aparat desa, untuk menghindari menumpuknya massa di rumahnya yang sempit.
“Ponari tidak mau kalau tempatnya di pindah ke luar dusun. Sebab wangsitnya di terima di rumah jadi tidak bisa jauh-jauh dari rumah. Kalau dipindah ke luar Dusun pengobatannya tidak berkhasiat,” ujar Mukaromah.
Ponari mendadak memiliki kemampuan untuk menyembuhkan orang sakit setelah dirinya tersambar petir sekira dua bulan lalu. Setelah peristiwa itu Ponari menemukan sebuah batu seukuran telur ayam di kepalanya. Mulanya batu tersebut dibuang. Namun entah bagaimana batu tersebut kembali kepada Ponari. Setelah sebanyak tiga kali, batu yang coba dibuang itu selalu kembali, maka Ponari dan keluarga pun memutuskan untuk menyimpannya.
Batu berwarna kuning itu konon sangat berkhasiat. Hanya dengan mencelupkan batu tersebut ke dalam air, maka orang yang meminum air bekas rendaman batu tersebut akan sembuh dari penyakit yang dideritanya.
Setiap hari, sejak seminggu terakhir ini, menurut Mukaromah sedikitnya Ponari menerima 4 ribu orang pasien. Banyaknya orang yang mengantre untuk berobat kepada Ponari sempat menimbulkan insiden, pada Minggu kemarin, dua warga meninggal dunia saat berdesak-desakan.