Malaysia Jadi Makelar, Indonesia Rugi Rp 133 Miliar !


Indonesia kehilangan sekurangnya US$ 13,5 juta atau sekitar Rp 133 miliar per tahun akibat ekspor kerajinan Indonesia dilakukan melalui negara tetangga, Malaysia. Indonesia kehilangan potensi pasar karena Malaysia berlaku sebagai makelar atau broker, pedagang perantara produk Indonesia ke negara ketiga seperti Timur Tengah.

"Potensi kehilangannya 10 hingga 15 persen dari total ekspor kerajinan Indonesia ke Malaysia," ujar Direktur Eksekutif Asosiasi Industri Permebelan dan Kerajinan Indonesia (Asmindo), Sae Tanangga Karim, saat dihubungi dari Jakarta, Rabu (5/8). Ia menambahkan, rata-rata ekspor kerajinan Indonesia ke Malaysia mencapai US$ 90 juta atau sekitar Rp 900 miliar.

Atase Perdagangan Indonesia untuk Malaysia Pradnyawati mengatakan, banyak pengusaha asal Malaysia datang langsung ke produsen kerajinan di Indonesia dan membeli produk kerajinan dalam bentuk utuh. Produk tersebut nantinya dikemas dan diberi labeli sebagai produk asal negeri Jiran itu.

"Mereka agresif melakukan pendekatan, bahkan memberi bantuan modal yang sulit didapat pengrajin kecil," ujarnya saat ditemui usai jumpa pers Pemeran Inacraft Malaysia di Departemen Perdagangan. Pemerintah Malaysia, ia melanjutkan, juga sangat mendukung berkembangnya industri kreatif di negaranya dengan memberi dukungan modal dan infrastruktur.

Bahkan pada 2010 Malaysia akan mengekor Indonesia lewat pencanangan Tahun Industri Kreatif biaya 4 miliar ringgit atau sekitar Rp 1,1 triliun. "Berbeda dengan Indonesia, Malaysia lebih mengungulkan industri teknologi dan multimedia serta animasi. Mereka jauh lebih high tech," tambahnya.

Kedekatan Malaysia dengan negara Organisasi Konferensi Islam (OKI) serta Negara anggota Persemakmuran Inggris membuat banyak produk kreatif Indonesia diekspor kembali ke negara tersebut. "Network (jaringan) mereka bagus sekali, barang kita dibawa ke sana," kata dia.

Kualitas kerajinan yang dimiliki Malaysia jauh ketinggalan dengan apa yang dimiliki Indonesia. Menurut dia, mereka hanya punya keramik dan anyaman sederhana, tidak seperti Indonesia yang kualitasnya tingkat tinggi.

Pradnyawati meminta pemerintah Indonesia giat melakukan upaya perlindungan dan mendorong pendaftaran hak kekayaan intelektual (Haki) agar produk kerajinan Indonesia tidak ditiru atau diklaim negara lain. "Untuk siap menghadapi pasar bebas, kita juga siap dengan perlindungan Haki. Kerajinan rentan dipalsukan dan diklaim negara lain," ujarnya.

Ketua Umum Asosiasi Eksportir dan Produsen Handicraft Indonesia, Rudi Lengkong mengatakan pemerintah telah menfasilitasi pendaftaran Haki di tingkat pusat maupun daerah dengan membuka klinik Haki. "Tidak ada kesulitan mendaftarkan hak cipta, harusnya bisa dilakukan," tambahnya. Meski demikian masih banyak pengrajin yang belum menyadari pentingnya pendaftaran Haki tersebut.

Indonesia segera mengusung pameran kerajinan Indonesia yang bertajuk Inacraft ke Malaysia pada 13 hingga 15 November mendatang. Pameran yang berlangsung di Kuala Lumpur Convention Centre (KLCC) ini diikuti 100 pengrajin lokal dan diharapkan dapat meraup transaksi minimal Rp 5 miliar. Dari total 994 pembeli pada pameran Inacraft 2009, Malaysia pembeli terbesar dengan 205 transaksi.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Belajar Bahasa Inggris