Terkuak sudah identitas pria misterius yang tewas tertembak pada drama baku tembak di Temanggung, Jawa Tengah, akhir pekan lalu.
Kepala Divisi Humas Markas Besar Polri Irjen Pol Nanan Soekarna mengungkapkan, berdasarkan tes DNA menyeluruh jasad tersebut bukanlah gembong teroris Noordin M Top, seperti yang pernah diberitakan sebelumnya, tapi perangkai bunga Ritz Ibrohim alias Boim yang selama ini hilang pasca peledakan di Hotel JW Marriott dan Ritz Carlton.
"Memang, saya ingin menceritakan sedikit khusus untuk yang di Temanggung. Jadi kita running dan compare dengan sample. KIta bandingkan dengan keluarga di Johor bahru, Cilacap, tidak cocok semua, saya ulangi tidak cocok semua," kata Eddy
"Kita bandingkan dengan keluarga di Cilimus, dengan istri dan dua putra-putrinya, almarhum adalah Boim," sambung Eddy.
Ibrohim, pria empat anak asal Cirebon, Jawa Barat ini, dinilai terlibat atas pemgeboman yang terjadi di Mega Kuningan. Peran Boim dalam aksi pengeboman yang menewaskan sembilan orang tersebut adalah membantu menyelundupkan bahan peledak ke dalam hotel mewah tersebut.
Sesaat sebelum peledakan tersebut, Boim sempat meninggalkan surat pengunduran diri.
Dalam kesempatan konferensi pers saat ini, Polri pun menayangkan sejumlah rekaman CCTV yang menggambarkan aktifitas Boim sebelum peledakan. Ia yang melakukan survei ke bagian lobby hotel. Kemudian dia pula yang menurunkan sejumlah bungkusan besar dari sebuah mobil pick up di lahan bongkar muat hotel Marriott.
"Berdasarkan keterangan supir, saat ia mau menurunkan barang, ia dilarang oleh Boim. Lalu Boim sendiri yang mengangkat barang tersebut dan meletakkannya di kamar 1808," kata Kepala Divisi Humas Markas Besar Polri Irjen Pol Nanan Soekarna dalam kesempatan yang sama.
"Tanggal 8, Boim survei masuk ke dalam Ritz Carlton bersama Nana --pelaku bom bunuh diri-- melalui lift karyawan. Tanggal 16 ia membawa masuk bom dan menyerahkan ke kamar 1808. Jadi bom bukan di bawa oleh Dani waktu check in, tapi dibawa oleh Boim tanggal 16. Tas Dani memang tidak ada bom. Di depan sudah bagus, tapi ternyata di loading dock tidak bisa masuk, " kata Nana.
Kepala Divisi Humas Markas Besar Polri Irjen Pol Nanan Soekarna mengungkapkan, berdasarkan tes DNA menyeluruh jasad tersebut bukanlah gembong teroris Noordin M Top, seperti yang pernah diberitakan sebelumnya, tapi perangkai bunga Ritz Ibrohim alias Boim yang selama ini hilang pasca peledakan di Hotel JW Marriott dan Ritz Carlton.
"Memang, saya ingin menceritakan sedikit khusus untuk yang di Temanggung. Jadi kita running dan compare dengan sample. KIta bandingkan dengan keluarga di Johor bahru, Cilacap, tidak cocok semua, saya ulangi tidak cocok semua," kata Eddy
"Kita bandingkan dengan keluarga di Cilimus, dengan istri dan dua putra-putrinya, almarhum adalah Boim," sambung Eddy.
Ibrohim, pria empat anak asal Cirebon, Jawa Barat ini, dinilai terlibat atas pemgeboman yang terjadi di Mega Kuningan. Peran Boim dalam aksi pengeboman yang menewaskan sembilan orang tersebut adalah membantu menyelundupkan bahan peledak ke dalam hotel mewah tersebut.
Sesaat sebelum peledakan tersebut, Boim sempat meninggalkan surat pengunduran diri.
Dalam kesempatan konferensi pers saat ini, Polri pun menayangkan sejumlah rekaman CCTV yang menggambarkan aktifitas Boim sebelum peledakan. Ia yang melakukan survei ke bagian lobby hotel. Kemudian dia pula yang menurunkan sejumlah bungkusan besar dari sebuah mobil pick up di lahan bongkar muat hotel Marriott.
"Berdasarkan keterangan supir, saat ia mau menurunkan barang, ia dilarang oleh Boim. Lalu Boim sendiri yang mengangkat barang tersebut dan meletakkannya di kamar 1808," kata Kepala Divisi Humas Markas Besar Polri Irjen Pol Nanan Soekarna dalam kesempatan yang sama.
"Tanggal 8, Boim survei masuk ke dalam Ritz Carlton bersama Nana --pelaku bom bunuh diri-- melalui lift karyawan. Tanggal 16 ia membawa masuk bom dan menyerahkan ke kamar 1808. Jadi bom bukan di bawa oleh Dani waktu check in, tapi dibawa oleh Boim tanggal 16. Tas Dani memang tidak ada bom. Di depan sudah bagus, tapi ternyata di loading dock tidak bisa masuk, " kata Nana.