Inilah BAHAYA POSTING Artikel Di BLOG Atau Internet Sembarangan! Karir Hancur Berantakan Bahkan MASUK PENJARA!
Saya yakin semua sahabat mengetahui kasus hukum Prita Mulyasari yang menjadi korban UU ITE gara-gara curhat di milis dan kemudian dengan alasan hukum (yang sangat tidak jelas) akhirnya dijebloskan ke penjara karena dianggap telah melakukan pencemaran nama baik. Hal ini menjadi semacam warning bagi kita semua bahwa masih ada usaha-usaha untuk membatasi kebebasan berekspresi.
Memang betul bahwa segala sesuatu harus dilandasi oleh ketentuan akan hak dan kewajiban. Silahkan bebas berpendapat namun jangan lupakan kewajiban untuk tetap bepegang pada etika kebenaran.
Selain dibayang-bayangi oleh ancaman penjara dalam menyampaikan pendapat di internet, ternyata saat ini tersembunyi bahaya lain yang cukup serius dan saya yakin harus diwaspadai oleh kita semua: posting artikel sembarangan di blog atau internet dapat menghancurkan karir Anda!
Patut disimak tips berikut ini agar kita tidak termasuk bagian dari total pengangguran yang diperkirakan mencapai 8% hingga Mei 2009 atau menjadi penghuni lapas yang sekarang occupation ratenya jebol sampai 345%! Mulailah berhati-hati dalam posting artikel di blog atau website.
Ingin Karir Aman? Jangan Sembarangan Posting di Internet
Semakin mudahnya seseorang dalam mengeluarkan unek-uneknya di internet. Justru bisa menjadi bumerang bagi pekerjaan dirinya.
Pasalnya, mempublikasikan ssesuatu di situs-situs populer semacam Facebook, Twitter, YouTube, dan blog dapat menjadi sebuah alat untuk sabotase yang dapat menghambat dalam mencari pekerjaan dan promosi jabatan.
"Dengan media sosial, Anda dapat menuliskan kejenuhan, sifat buruk, atau segala sesuatu yang negatif dengan frekuensi yang sering. Padahal, media sosial tersebut merupakan media publik yang bisa dibaca siapa saja," terang konsultan karir Seattle Patricia Vaccarino.
Seperti yang dilansir Reuters, Senin (10/8/2009), Patricia menjelaskan, menuliskan keburukan diri sendiri di media sosial online, tentu akan menjadi preseden buruk bagi karyawan ataupun calon karyawan di mata pemilik perusahaan. Karena bisa saja, sang pemilik tidak menyukai sifat Anda yang dianggap menggangu kinerja perusahaan.
Patricia juga mencontohkan, ada seorang ibu dengan empat orang anak mengeluhkan di blog bagaimana dia harus bekerja keras sendiri untuk menghidupkan anak-anaknya. Memang sebagian orang akan iba, namun di sisi lain atasannya merasa kalau ibu itu tidak bisa bekerja maksimal, karena statusnya yang single parents.
"Anda harus mengoreksi diri sendiri sebelum mempublikasikan postingan di internet. Jika, sahabat sendiri merasa 'ngeri' dengan kelakuan kita, bagaimana dengan atasan kita?" cetusnya. (Artikel: Okezone, Picture: http://www.thetechherald.com/)
Saya yakin semua sahabat mengetahui kasus hukum Prita Mulyasari yang menjadi korban UU ITE gara-gara curhat di milis dan kemudian dengan alasan hukum (yang sangat tidak jelas) akhirnya dijebloskan ke penjara karena dianggap telah melakukan pencemaran nama baik. Hal ini menjadi semacam warning bagi kita semua bahwa masih ada usaha-usaha untuk membatasi kebebasan berekspresi.
Memang betul bahwa segala sesuatu harus dilandasi oleh ketentuan akan hak dan kewajiban. Silahkan bebas berpendapat namun jangan lupakan kewajiban untuk tetap bepegang pada etika kebenaran.
Selain dibayang-bayangi oleh ancaman penjara dalam menyampaikan pendapat di internet, ternyata saat ini tersembunyi bahaya lain yang cukup serius dan saya yakin harus diwaspadai oleh kita semua: posting artikel sembarangan di blog atau internet dapat menghancurkan karir Anda!
Patut disimak tips berikut ini agar kita tidak termasuk bagian dari total pengangguran yang diperkirakan mencapai 8% hingga Mei 2009 atau menjadi penghuni lapas yang sekarang occupation ratenya jebol sampai 345%! Mulailah berhati-hati dalam posting artikel di blog atau website.
Ingin Karir Aman? Jangan Sembarangan Posting di Internet
Semakin mudahnya seseorang dalam mengeluarkan unek-uneknya di internet. Justru bisa menjadi bumerang bagi pekerjaan dirinya.
Pasalnya, mempublikasikan ssesuatu di situs-situs populer semacam Facebook, Twitter, YouTube, dan blog dapat menjadi sebuah alat untuk sabotase yang dapat menghambat dalam mencari pekerjaan dan promosi jabatan.
"Dengan media sosial, Anda dapat menuliskan kejenuhan, sifat buruk, atau segala sesuatu yang negatif dengan frekuensi yang sering. Padahal, media sosial tersebut merupakan media publik yang bisa dibaca siapa saja," terang konsultan karir Seattle Patricia Vaccarino.
Seperti yang dilansir Reuters, Senin (10/8/2009), Patricia menjelaskan, menuliskan keburukan diri sendiri di media sosial online, tentu akan menjadi preseden buruk bagi karyawan ataupun calon karyawan di mata pemilik perusahaan. Karena bisa saja, sang pemilik tidak menyukai sifat Anda yang dianggap menggangu kinerja perusahaan.
Patricia juga mencontohkan, ada seorang ibu dengan empat orang anak mengeluhkan di blog bagaimana dia harus bekerja keras sendiri untuk menghidupkan anak-anaknya. Memang sebagian orang akan iba, namun di sisi lain atasannya merasa kalau ibu itu tidak bisa bekerja maksimal, karena statusnya yang single parents.
"Anda harus mengoreksi diri sendiri sebelum mempublikasikan postingan di internet. Jika, sahabat sendiri merasa 'ngeri' dengan kelakuan kita, bagaimana dengan atasan kita?" cetusnya. (Artikel: Okezone, Picture: http://www.thetechherald.com/)