(ANTARA News) - Gara-gara Muak, beberapa perawat di Queenland, Australia, beralih profesi sebagai pelacur.
Harian The Courier-Mail melaporkan, seorang perawat yang sudah bekerja selama 10 tahun mengaku dia dan paling tidak empat temannya telah pindah kerja sebagai pelacur.
"Kami tidak tahan lagi bekerja di lingkungan yang sangat kekurangan tenaga dan sangat membuat stress," ujar bekas perawat yang namanya hanya diketahui bernama Jenna.
"Saya bertugas terlalu banyak tapi digaji sangat kurang. Kalau berbuat salah hingga menyebabkan kematian, saya bisa didakwa," kata ibu dua anak itu mengenai pekerjaannya sebagi perawat.
"Saya sampai pada kesimpulan bahwa kekurangan tenaga perawat bukanlah masaah saya.Tanggung jawab saya adalah jangan sampai saya kena guncangan jiwa atau dipenjara karena berbuat kesalahan fatal."
Salah satu petinggi di Serikat pekerja Perawat Queensland, Beth Mohle mengaku bahwa banyak perawat keluar karena beban kerja dan stres. Tingkat kekecewaan mereka juga sangat tinggi.
"Sebuah survai tahun lalu mendapati bahwa sebagian besar perawat senang untuk merawat tapi benci pekerjaan mereka," katanya.
"Perawat merasa mereka tidak dapat memberikan kualitas perawatan seperti yang mereka inginkan."
Mohle mengemukakan bahwa sekitar 7.300 perawat bekerja di Queensland sedangkan jumlah perawat se-Australia adalah sekitar 16.100 orang.
Survai serikat perawat itu juga mendapati bahwa 45 persen perawat pernah mengalami kekerasan kerja. Peristiwanya lebih banyak terjadi di instansi kesehatan pemerintah maupun rumah jompo dibandingkan dengan unit milik swasta.
Jenna bahkan berkata kekerasan lebih rawan terjadi di rumah sakit dibandingkan di tempat pelacuran.
"Petugas Keamanan di rumah bordil bekerja baik. Ada tombol alarm di kamar dan kalau kami curiga terhadap pelanggan, kami dilengkapi gelang khusus."
Jenna berkata bahwa dia memilih tempat kerja yang jauh agar profesi barunya itu tidak diketahui keluarga.
"Berangkat dari rumah saya pakai baju perawat berikut kartu pengenalnya. Sampai tempat kerja saya berganti pakaian. Yang lain juga begitu," katanya.
Menteri Kesehatan negara bagian Queensland, Stephen Robertson, kecewa dengan perawat yang beralih karier itu.
"Perawat di Queensland mendapat gaji terbesar sejak upah naik 26 persen pada tahun 2006," katanya.
Alasan lain Jenna berhenti jadi perawat adalah "tempat istirahat yang sempit" serta kurangnya pengakuan yang mereka terima.
"Setelah Ledakan bom di Bali, unit luka bakar di rumah sakit Royal Brisbane and Women mendapat banyak tambahan pasien. Akhirnya, dokterlah yang mendapat penghargaan sedangkan perawat tidak mendapat apapun," katanya.
Harian The Courier-Mail melaporkan, seorang perawat yang sudah bekerja selama 10 tahun mengaku dia dan paling tidak empat temannya telah pindah kerja sebagai pelacur.
"Kami tidak tahan lagi bekerja di lingkungan yang sangat kekurangan tenaga dan sangat membuat stress," ujar bekas perawat yang namanya hanya diketahui bernama Jenna.
"Saya bertugas terlalu banyak tapi digaji sangat kurang. Kalau berbuat salah hingga menyebabkan kematian, saya bisa didakwa," kata ibu dua anak itu mengenai pekerjaannya sebagi perawat.
"Saya sampai pada kesimpulan bahwa kekurangan tenaga perawat bukanlah masaah saya.Tanggung jawab saya adalah jangan sampai saya kena guncangan jiwa atau dipenjara karena berbuat kesalahan fatal."
Salah satu petinggi di Serikat pekerja Perawat Queensland, Beth Mohle mengaku bahwa banyak perawat keluar karena beban kerja dan stres. Tingkat kekecewaan mereka juga sangat tinggi.
"Sebuah survai tahun lalu mendapati bahwa sebagian besar perawat senang untuk merawat tapi benci pekerjaan mereka," katanya.
"Perawat merasa mereka tidak dapat memberikan kualitas perawatan seperti yang mereka inginkan."
Mohle mengemukakan bahwa sekitar 7.300 perawat bekerja di Queensland sedangkan jumlah perawat se-Australia adalah sekitar 16.100 orang.
Survai serikat perawat itu juga mendapati bahwa 45 persen perawat pernah mengalami kekerasan kerja. Peristiwanya lebih banyak terjadi di instansi kesehatan pemerintah maupun rumah jompo dibandingkan dengan unit milik swasta.
Jenna bahkan berkata kekerasan lebih rawan terjadi di rumah sakit dibandingkan di tempat pelacuran.
"Petugas Keamanan di rumah bordil bekerja baik. Ada tombol alarm di kamar dan kalau kami curiga terhadap pelanggan, kami dilengkapi gelang khusus."
Jenna berkata bahwa dia memilih tempat kerja yang jauh agar profesi barunya itu tidak diketahui keluarga.
"Berangkat dari rumah saya pakai baju perawat berikut kartu pengenalnya. Sampai tempat kerja saya berganti pakaian. Yang lain juga begitu," katanya.
Menteri Kesehatan negara bagian Queensland, Stephen Robertson, kecewa dengan perawat yang beralih karier itu.
"Perawat di Queensland mendapat gaji terbesar sejak upah naik 26 persen pada tahun 2006," katanya.
Alasan lain Jenna berhenti jadi perawat adalah "tempat istirahat yang sempit" serta kurangnya pengakuan yang mereka terima.
"Setelah Ledakan bom di Bali, unit luka bakar di rumah sakit Royal Brisbane and Women mendapat banyak tambahan pasien. Akhirnya, dokterlah yang mendapat penghargaan sedangkan perawat tidak mendapat apapun," katanya.