Marsan alias Brewok, 74, boleh disebut sebagai pria perkasa. Di kampungnya, Cipondoh, Tangerang, Jawa Barat, Marsan dijuluki "tukang kawin". Bos para kuli angkut pasir dan batu ini punya pengalaman seru yakni menikah 94 kali.
Di lingkungan kerjanya, Brewok punya sebutan khusus sebagai "kolektor 94 istri". Rekan- rekannya mengaku kagum terhadap kemampuan pria keturunan Betawi ini.
Saat ditemui di rumah Nasuro, 55, istri ke-25, Marsan tidak keberatan menceritakan pengalamannya. Sejak usia 15 tahun sampai sekarang yakni 74 tahun, Marsan sudah menikahi 94 perempuan. Dari jumlah itu, belasan perempuan masih berstatus perawan saat dinikahi.
Dalam setahun, dia bisa menikah antara satu sampai tiga kali. Bahkan pernah dalam sehari dia menikahi tiga perempuan sekaligus. "Jadi seru membagi waktunya," kata Marsan sambil tertawa. Dari 94 istrinya, Marsan dianugerahi 16 anak dan 25 orang cucu.
Setiap istri yang tidak memberinya anak langsung dia cerai. Begitu pula istri yang hanya menunggu uang darinya.
"Dari 94 istri itu sebagian sudah meninggal, sebagian dicerai karena tak bisa memberikan anak," katanya.
Sekarang Marsan hidup bahagia bersama istri ke-25, Nasuro, dan ke-30, Sauni. Keduanya dianggap Marsan sebagai istri yang paling setia.
Kepada istri-istrinya, Marsan mengaku bisa berlaku adil. Namun dalam memberi nafkah lahir, dia tidak pernah mematok jumlah uang yang diberikan kepada istri-istrinya. "Saya tidak pernah kasih patokan nilai uang harian atau bulanan," katanya dengan logat Betawi.
Setiap datang ke rumah salah seorang istrinya, Marsan mengaku selalu memberikan uang dari kisaran ratusan ribu sampai jutaan rupiah. "Uang yang saya kasih biasanya punya jangka waktu panjang. Sebab uang itu bisa dijadikan modal usaha warung atau jualan pakaian.
Jadi, kalau saya tidak datang, istri-istri saya bisa mencukup kebutuhan hidup untuk dirinya dan anak-anak," ujarnya. Marsan mengaku tidak segan-segan meninggalkan atau menceraikan istri yang hanya berpangku tangan dan selalu meminta uang.
Menjadi petualang cinta, diakui Marsan sebagai pengalaman yang menyenangkan. Dimulai pada usia 15 tahun, kata Marsan, kedua orangtuanya meminta dia untuk segera menikah. Akhirnya tahun 1960 dia menikah untuk pertama kalinya dengan gadis bernama Ncot (alm).
Sejak mengenal seks, Marsan kemudian menjadi ketagihan wanita. Tingkah lakunya ini diketahui oleh istrinya. Dia sering ditegur dan dimarahi oleh Ncot. "Karena saya bandel, istri saya kesal. Dia akhirnya menyuruh saya kawin, bahkan sampai seratus wanita pun diizinkan," katanya.
Sejak mendapat angin dari istri pertamanya, Marsan semakin menjadi-jadi. Ia semakin gencar mencari gadis untuk dijadikan istri. Namun pada pernikahan kedua, Marsan malah mendapatkan janda bernama Hj Minah. Namun perkawinan dengan Hj Minah hanya berumur dua tahun.
Pada perkawinan ketiga, Marsan mendapatkan seorang perawan bernama Muun. "Saya mendapatkan perawan begitu mudah. Caranya, tinggal datang ke rumah orangtuanya, lalu kasih uang," katanya.
Merasa gampang mendapatkan gadis, Marsan yang saat itu dikenal sebagai orang berduit, terus memburu gadis-gadis lain. "Mungkin karena zaman dulu susah duit, banyak orangtua yang gampang mengawinkan anaknya. Apalagi jika sudah dikasih uang," jelasnya.
Dua Gadis Sekaligus
Pengalaman yang tidak terlupakan sampai sekarang, kata Marsan, adalah ketika menikahi dua gadis sekaligus. Peristiwa itu terjadi pada saat dia berusia 50 tahun yakni tahun 1984. "Saat itu dalam sehari saya nikahi dua perawan," katanya.
Uniknya, ijab kabulnya diatur berbeda beberapa jam. Yang pertama dinikahi pada pagi hari, yang kedua pada sore harinya. Apalagi, jarak rumah kedua gadis itu tidak begitu jauh.
Pada malam pertama, Marsan mengaku bingung membagi waktu untuk kedua istri barunya ini. "Akhirnya saya tidur dulu di rumah yang pertama, kemudian agak malam saya pamit pura-pura mau membongkar pasir dari truk. Padahal saya pergi ke rumah istri yang satu lagi," katanya.
Menurut Marsan, istri-istri barunya itu umumnya mengetahui bahwa dia sudah beristri banyak. "Mereka tidak apa-apa, bisa menerima," ujarnya.
Setelah menikah sebanyak 93 kali, Marsan mengaku masih punya keinginan untuk menambah istri lagi. Tahun 2004, niat itu terwujud setelah berkenalan dengan seorang janda pemilik warteg bernama Tukiyem, 50.
Marsan mengaku jatuh hati melihat Tukiyem yang selalu giat dan pekerja keras, apalagi pemilik warteg itu mengaku tidak memiliki anak. Tukiyem kemudian dia nikahi menjadi istri yang ke-94. Namun, baru berjalan 3 bulan, Marsan kaget karena ternyata Tukiyem sudah memiliki anak. "Anaknya sudah pada gede lagi. Akhirnya saya cerai, saya merasa dibohongi" katanya.
Marsan mengaku gairah seksnya sangat menggebu-gebu. Saat ditanya, Marsan mengaku memiliki resep khusus. "Resepnya ya rutin minum jamu alami kayak pasak bumi. Makanya, saya bisa bahagiakan istri-istri saya lahir maupun batin," katanya sambil tertawa.
Menikah sampai 94 kali, Marsan mengaku punya alasan tersendiri. Selain untuk memenuhi kebutuhan biologisnya, juga untuk alasan kemanusiaan. Sebab tidak semua wanita yang dinikahi punya fisik normal. "Orang cacat pun pernah saya nikahi. Tapi lupa istri ke berapa," katanya.
Meski menyandang sebutan kolektor 94 istri, Marsan meminta anak-anaknya tidak meniru dirinya. Sebab, situasi sekarang sudah lain dengan dulu, apalagi situasi perekonomian yang sulit. (surya.co.id)
Di lingkungan kerjanya, Brewok punya sebutan khusus sebagai "kolektor 94 istri". Rekan- rekannya mengaku kagum terhadap kemampuan pria keturunan Betawi ini.
Saat ditemui di rumah Nasuro, 55, istri ke-25, Marsan tidak keberatan menceritakan pengalamannya. Sejak usia 15 tahun sampai sekarang yakni 74 tahun, Marsan sudah menikahi 94 perempuan. Dari jumlah itu, belasan perempuan masih berstatus perawan saat dinikahi.
Dalam setahun, dia bisa menikah antara satu sampai tiga kali. Bahkan pernah dalam sehari dia menikahi tiga perempuan sekaligus. "Jadi seru membagi waktunya," kata Marsan sambil tertawa. Dari 94 istrinya, Marsan dianugerahi 16 anak dan 25 orang cucu.
Setiap istri yang tidak memberinya anak langsung dia cerai. Begitu pula istri yang hanya menunggu uang darinya.
"Dari 94 istri itu sebagian sudah meninggal, sebagian dicerai karena tak bisa memberikan anak," katanya.
Sekarang Marsan hidup bahagia bersama istri ke-25, Nasuro, dan ke-30, Sauni. Keduanya dianggap Marsan sebagai istri yang paling setia.
Kepada istri-istrinya, Marsan mengaku bisa berlaku adil. Namun dalam memberi nafkah lahir, dia tidak pernah mematok jumlah uang yang diberikan kepada istri-istrinya. "Saya tidak pernah kasih patokan nilai uang harian atau bulanan," katanya dengan logat Betawi.
Setiap datang ke rumah salah seorang istrinya, Marsan mengaku selalu memberikan uang dari kisaran ratusan ribu sampai jutaan rupiah. "Uang yang saya kasih biasanya punya jangka waktu panjang. Sebab uang itu bisa dijadikan modal usaha warung atau jualan pakaian.
Jadi, kalau saya tidak datang, istri-istri saya bisa mencukup kebutuhan hidup untuk dirinya dan anak-anak," ujarnya. Marsan mengaku tidak segan-segan meninggalkan atau menceraikan istri yang hanya berpangku tangan dan selalu meminta uang.
Menjadi petualang cinta, diakui Marsan sebagai pengalaman yang menyenangkan. Dimulai pada usia 15 tahun, kata Marsan, kedua orangtuanya meminta dia untuk segera menikah. Akhirnya tahun 1960 dia menikah untuk pertama kalinya dengan gadis bernama Ncot (alm).
Sejak mengenal seks, Marsan kemudian menjadi ketagihan wanita. Tingkah lakunya ini diketahui oleh istrinya. Dia sering ditegur dan dimarahi oleh Ncot. "Karena saya bandel, istri saya kesal. Dia akhirnya menyuruh saya kawin, bahkan sampai seratus wanita pun diizinkan," katanya.
Sejak mendapat angin dari istri pertamanya, Marsan semakin menjadi-jadi. Ia semakin gencar mencari gadis untuk dijadikan istri. Namun pada pernikahan kedua, Marsan malah mendapatkan janda bernama Hj Minah. Namun perkawinan dengan Hj Minah hanya berumur dua tahun.
Pada perkawinan ketiga, Marsan mendapatkan seorang perawan bernama Muun. "Saya mendapatkan perawan begitu mudah. Caranya, tinggal datang ke rumah orangtuanya, lalu kasih uang," katanya.
Merasa gampang mendapatkan gadis, Marsan yang saat itu dikenal sebagai orang berduit, terus memburu gadis-gadis lain. "Mungkin karena zaman dulu susah duit, banyak orangtua yang gampang mengawinkan anaknya. Apalagi jika sudah dikasih uang," jelasnya.
Dua Gadis Sekaligus
Pengalaman yang tidak terlupakan sampai sekarang, kata Marsan, adalah ketika menikahi dua gadis sekaligus. Peristiwa itu terjadi pada saat dia berusia 50 tahun yakni tahun 1984. "Saat itu dalam sehari saya nikahi dua perawan," katanya.
Uniknya, ijab kabulnya diatur berbeda beberapa jam. Yang pertama dinikahi pada pagi hari, yang kedua pada sore harinya. Apalagi, jarak rumah kedua gadis itu tidak begitu jauh.
Pada malam pertama, Marsan mengaku bingung membagi waktu untuk kedua istri barunya ini. "Akhirnya saya tidur dulu di rumah yang pertama, kemudian agak malam saya pamit pura-pura mau membongkar pasir dari truk. Padahal saya pergi ke rumah istri yang satu lagi," katanya.
Menurut Marsan, istri-istri barunya itu umumnya mengetahui bahwa dia sudah beristri banyak. "Mereka tidak apa-apa, bisa menerima," ujarnya.
Setelah menikah sebanyak 93 kali, Marsan mengaku masih punya keinginan untuk menambah istri lagi. Tahun 2004, niat itu terwujud setelah berkenalan dengan seorang janda pemilik warteg bernama Tukiyem, 50.
Marsan mengaku jatuh hati melihat Tukiyem yang selalu giat dan pekerja keras, apalagi pemilik warteg itu mengaku tidak memiliki anak. Tukiyem kemudian dia nikahi menjadi istri yang ke-94. Namun, baru berjalan 3 bulan, Marsan kaget karena ternyata Tukiyem sudah memiliki anak. "Anaknya sudah pada gede lagi. Akhirnya saya cerai, saya merasa dibohongi" katanya.
Marsan mengaku gairah seksnya sangat menggebu-gebu. Saat ditanya, Marsan mengaku memiliki resep khusus. "Resepnya ya rutin minum jamu alami kayak pasak bumi. Makanya, saya bisa bahagiakan istri-istri saya lahir maupun batin," katanya sambil tertawa.
Menikah sampai 94 kali, Marsan mengaku punya alasan tersendiri. Selain untuk memenuhi kebutuhan biologisnya, juga untuk alasan kemanusiaan. Sebab tidak semua wanita yang dinikahi punya fisik normal. "Orang cacat pun pernah saya nikahi. Tapi lupa istri ke berapa," katanya.
Meski menyandang sebutan kolektor 94 istri, Marsan meminta anak-anaknya tidak meniru dirinya. Sebab, situasi sekarang sudah lain dengan dulu, apalagi situasi perekonomian yang sulit. (surya.co.id)