Wartawan Pelempar Sepatu ke Presiden Bush Terancam Dibui 7-15 Tahun !

Wartawan Irak yang melempar sepatu ke Presiden AS George W Bush mengakui perbuatan “agresi terhadap seorang presiden” yang dilakukannya. Pengakuan itu disampaikan Muntazar al-Zaidi di depan seorang hakim di pengadilan Irak.

“Al-Zaidi dibawa ke depan hakim penyelidik yang disertai pengacara dan penuntut,” kata juru bicara untuk Dewan Pengadilan Tinggi Irak, Abdul Satar Birqadr. “Dia mengakui perbuatan yang dia lakukan,” imbuhnya seperti dilansir kantor berita Reuters, Rabu (17/12).
Pengadilan memutuskan untuk tetap menahan Zaidi sembari menunggu selesainya penyidikan. Setelah itu pria berusia 29 tahun itu akan diadili. Dakwaan mencoba membunuh presiden negara asing kemungkinan akan dijatuhkan pada Zaidi. Dikatakan Birqadr, vonis hukuman untuk dakwaan tersebut adalah 7 tahun hingga 15 tahun penjara.

Zaidi mendadak menjadi pembicaraan dunia setelah melemparkan sepatunya ke arah Bush dalam konferensi pers di Baghdad, Irak, Minggu, 14 Desember lalu. Jurnalis itu dua kali melemparkan sepatunya namun keduanya meleset.
Keluarga Al Zaidi mengatakan ia telah menyimpan kemarahan terhadap Bush, yang dituduhnya bertanggung-jawab atas puluhan ribu orang Irak yang meninggal setelah serbuan pimpinan AS 2003 mengobarkan gelombang perlawanan dan bentrokan antar-aliran yang baru sekarang mulai reda.

Ditempat terpisah, Presiden AS George W Bush mengaku tidak marah ataupun dendam pada Muntazar al-Zaidi, wartawan Irak yang melemparkan sepatu padanya. Demikian disampaikan Juru bicara Gedung Putih Dana Perino seperti dilansir harian Sydney Morning Herald, Rabu (17/12). “Presiden tak punya perasaan dendam akan insiden itu,” ujar Perino. Dikatakan Perino, Bush percaya sistem hukum Irak akan memutuskan hukuman yang sesuai untuk perbuatan itu.
Dalam insiden pelemparan sepatu saat konferensi pers di Baghdad, Irak, 14 Desember lalu, Bush berhasil menghindar dari dua kali lemparan sepatu Zaidi. Namun lain halnya dengan Perino. Wanita itu sempat mengalami memar pada sekitar matanya dalam insiden itu. Tubuh Perino yang saat itu sedang memegang mikrofon terdorong oleh personel keamanan yang bergerak cepat untuk mengamankan situasi. Akibatnya, wajahnya terbentur mikrofon.

Pemerintah Irak Diminta Ampuni Zaidi
Muntazar al-Zaidi, wartawan pelempar sepatu ke Presiden AS George W Bush hingga saat ini masih ditahan otoritas Irak. Pimpinan serikat jurnalis Irak, Mouyyad al-Lami meminta pemerintah Irak memberikan pengampunan pada Zaidi. Lami seperti dilansir harian Sydney Morning Herald, Rabu (17/12) mengakui, perbuatan Zaidi “aneh dan tidak profesional.” Namun dia mengimbau Perdana Menteri (PM) Irak Nouri al-Maliki menaruh belas kasihan pada Zaidi. Maliki berdiri di samping Bush saat insiden pelemparan sepatu terjadi dalam konferensi pers di Baghdad, 14 Desember lalu.

Dalam insiden menghebohkan itu, Zaidi dua kali melemparkan sepatunya ke arah Bush. Namun dua-duanya meleset karena kesigapan Bush menghindar. Zaidi juga mengejek Bush dengan sebutan “anjing.” Zaidi bekerja untuk stasiun TV swasta al-Baghdadia yang berbasis di Kairo, Mesir. Pria Irak itu telah bekerja selama tiga tahun untuk media tersebut. Dakwaan resmi belum dijatuhkan terhadap Zaidi. Namun jika didakwa mencoba membunuh presiden negara asing, dia bisa diancam dengan hukuman penjara antara 7 hingga 15 tahun.

HARUSNYA MENANGKAP SEPATU DAN MELEMPARKANNYA LAGI KE ZAIDI
Dengan gerak refleksnya yang cepat, Presiden AS George W Bush mampu menghindari dua kali lemparan sepatu yang dilakukan Muntazar al-Zaidi. Banyak yang memuji Bush karena kesigapannya itu meski usianya telah lanjut.
Namun seorang pakar keamanan nasional AS justru menyesalkan tindakan Bush yang menghindar dari lemparan sepatu tersebut. Menurut Kathleen Troia McFarland, Bush seharusnya menangkap kedua sepatu Zaidi dan melemparkannya kembali ke arah wartawan Irak itu.

“Saya hanya berharap Presiden Bush, yang merupakan atlet hebat, harusnya menangkap sepatu-sepatu itu dan melemparkannya lagi ke Mr. al-Zaidi, dan bukannya menghindari lemparan itu,” tutur pakar keamanan nasional AS itu seperti dikutip Fox News, Rabu (17/12).
McFarland mengaku penasaran apakah Zaidi menginginkan Irak kembali ke masa-masa rezim Saddam Hussein dulu. “Bisakah Anda bayangkan apa yang akan dilakukan Saddam jika reporter itu melempar sepatu padanya?” tulis McFarland dalam The Fox Forum. “Reporter itu pasti akan ditembak mati di tempat dan tubuhnya diberikan untuk dimakan anjing-anjing,” cetus McFarland.

Salameh Nematt, mantan Kepala Biro Washington untuk koran terkemuka Arab, Al Hayat, mengatakan, mengkritik Saddam bukanlah hal yang aman untuk dilakukan. Nematt menghabiskan sebagian besar karirnya di Yordania. Dia menulis tentang kebrutalan Saddam dari sana. Saddam pun memasukkan namanya dalam target untuk dibunuh, bersama para pembangkang Irak lainnya yang kabur ke Yordania. Nematt berhasil lolos dari cengkraman Saddam dan kemudian berkarir di Amerika.

Sebagian kalangan menyebut tindakan Zaidi semata-mata merupakan caranya berekspresi, sesuai kebebasan pers Irak. Diakui McFarland, perang Irak telah berlangsung terlalu lama dan telah memakan begitu banyak jiwa, baik di pihak Irak maupun AS.
“Namun sebelum terburu-buru mengecam Presiden Bush, janganlah kita lupa seperti apa Presiden Saddam Hussein sebenarnya. Dan jangan lupa bahwa pers yang bebas dan kebebasan berbicara, tidaklah gratis,” tulis McFarland. “Semua itu dibayar dengan nyawa-nyawa sesama warga negara dia dan saya,” pungkas McFarland.

PM INGGRIS KUNJUNGI IRAK
Sementara itu, Perdana Menteri Inggris Gordon Brown tidak takut insiden yang menimpa rekannya Presiden Bush terjadi padanya. Brown tiba di Baghdad untuk satu kunjungan tanpa diumumkan sebelumnya, Rabu dan diterima PM Irak Nuri Al Maliki.
Usai bertemu Al Maliki, Brown mengatakan Inggris akan menarik pasukannya pada 31 Mei. “Peran yang dilakukan pasukan tempur Inggris mendekati akhir. Pasukan ini akan menyelesaikan tugas-tugas mereka dalam pertengahan pertama tahun 2009 dan kemudian akan meninggalkan Irak,” menurut satu pernyataan bersama Brown dan Al Maliki.
Inggris—yang adalah sekutu penting Washington dalam invasi pimpian AS di Irak tahun 2003 memiliki sekitar 4.100 tentara di Irak, yang berpangkalan di bandara Basra dekat kota pelabuhan minyak Irak selatan. Sejumlah 178 tentara Inggris tewas di Irak sejak invasi itu termasuk 136 orang akibat aksi musuh. Inggris menghabiskan dana sekitar 7,6 miliar dolar dalam perang di Irak itu.

Kedatangan Brown ke Irak setelah kabinet Irak menyetujui satu rancangan undang-undang yang menyerukan seluruh pasukan asing kecuali tentara AS— yang nasibnya diatur oleh satu perjanjian keamanan AS-Irak— mundur pada akhir Juli.

Perjanjian keamanan AS itu mengizinkan 140.000 tentara AS di negara itu tetap di Irak sampai akhir tahun 2011. Batas waktu bagi perjanjian yang melibatkan pasukan Inggris dan negara-negara lain itu jauh lebih pendek, ditetapkan akhir Mei sebagai batas waktu bagi pasukan asing untuk menghentikan operasi dan akhir Juli bagi penarikan mereka.(Ant/Rtr/detikcom/q)
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Belajar Bahasa Inggris