Lelah rasanya menapaki hidup dengan kemiskinan yang menjalinku kehidupanku setiap hari, apalagi sejak karirku sebagai seoarng tenaga asuransi dianggap tak memenuhi target hingga aku diPHK oleh perusahaan dimana aku bekerja. Uang sisa gaji dan komisi sudah habis sejak minggu pertama untuk membayar kontrakanku. Istriku Niken yang sedang hamil besar juga membutuhkan biaya yang tak sedikit untuk periksa kehamilannya kedokter, apalgi tiga bulan kedepan Niken akan melahirkan. Uang dari mana ?. Serasa pecah kepalaku memikirkannya.
Aku dan Niken bukan dari keluarga kaya. Keluargaku tinggal di Lampung dan ayahku adalah pekerja disebuh bengkel motor, sedangkan Ibuku seorang Ibu rumah tangga yang eshari-hari membuka warung kecil dirumah. Sedangkan keluarga Niken juga bukan orang berada, sejak ibunya meninggal Ayahnya menikah lagi dan tak menggubris Niken dan dua orang adik laki-lakinya. Kini adik Niken tinggal bersama keluarga Ibunya di Padang.
Dulu, saat aku mengenal Niken, ia bekerja sebagai kasir sebuah supermarket yang menyediakan barang kebutuhan sehari-hari. Setelah berkenalan selama 9 bulan aku meminangnya untuk kujadikan istri. Namun sejak hamil Niken tak dapat bekerja lagi karena ia sering pingsan saat bulan-bulan pertama mengandung anakku.
Pedih rasanya meniti kehidupan seperti ini, aku merasa gagal menjadi sorang suami. Setiap hari aku pergi keluar rumah, berjalan kaki berkilo-kilo guna mencari kerja. Namun mencari pekerjaan ternyata tak gampang, selain koneksi, referensi kerja juga diperlukan. Aku nyaris putus asa.
Tiba-tiba aku teringat dengan Debra, perempuan cantik yang pernah menjadi pacarku dulu. Singkat kata, kami bertemu dan aku mengeluhkan kesulitan hidupku kepadanya. Debra tak dapat membantuku mencari pekerjaan kantoran, namun Debra menyarankan aku untuk bertemu Jimmy meminta pekerjaan darinya.
Tak membuang waktu lagi, kudatangi Jimmy apartemennya setelah dibuatkan janji temu lewat Debra. Setelah pintu apartemen terbuka kulihat sebuah sosok tegap dengan dada bidang dan tubuh yang sangat atletis. “ Jimmy”, ucapnya sambil mengulurkan tangannya.
Dipersilahkannya aku masuk dan duduk diruang tamunya yang sempit dan tanpa basa-basi Jimmy langsung berkata “ Buka bajumu, sekaligus celanamu”. Aku terperanjat mendengar permintaan aneh tersebut. Jimmy menambahkan “ Aku tak punya waktu lama karena ada janji temu dengan orang, jadi cepat buka baju dan celanamu aku akan melihat bentuk tubuhmu. Apakah bisa kamu menjadi seorang penari “. Ungkapnya lugas tanpa basa-basi. Aku terhenyak tak mampu berkata, namun kubuka juga lembar demi lembar pakain dan celana yang menempel ditubuhku.
Jimmy memintaku membalikkan badan, memutar, berjongkok, mengangkat tangan. Semua permintaannya kupenuhi. “ Besok jam tiga sore kamu sudah ada disini Rendy”, katanya lagi. Aku cepat mengiyakan.
Besoknya sesuai janji aku sudah berada dirumahnya, tanpa membuang waktu Jimmy menjelaskan kepadaku tentang bagaimana menjadi penari penghibur dan memintaku menirukan beberapa contoh liukan tarian, gaya tarian tersebut menurutku agak seronok karena aku harus menari sambil sesekali menggenggam kemaluanku sendiri dan meliuk-liukkan tubuhku mengikuti irama musik. Sebagian besar penyewa adalah tante-tante dengan kelompok arisannya tambah Jimmy.
Sore itu juga, aku diajak Jimmy untuk datang ke-sekumpulan Tante-tante yang sedang arisan disebuah apartemen. Gelak tawa dan dentuman musik memenuhi ruangan, aroma tembakau kental diseluruh ruangan. Setiap tangan membawa gelas yang berisi minuman beralkohol.
Setelah berbasa-basi sejenak, Jimmy mulai berdiri dan pelan-pelan meliuk-liukkan tubuhnya mengikuti alunan musik, kemudian Tante-tante tersebut mulai berteriak “ buka, buka, buka....”, dan Jimmy perlahan mulai membuka kemejanya. Membuangnya kelantai. Nampak kaos ketat tanpa tangan membungkus tubuhnya, kaos ketat tersebut juga dibuangnya.
Makin riuh saja seisi ruangan saat melihat gaya Jimmy dan perlahan membuka resliting celananya dan membuang celana panjang itu kelantai, hingga hanya nampak celana g string membungkus kemaluannya. Suasana benar-benar riuh rendah, penuh teriakan kagum melihat indahnya tubuh Jimmy. Ruangan semakin bergemuruh saat Jimmy mulai menari sambil sesekali menyentuh kemaluannya sendiri. Tepuk tangan dan teriakan-teriakan kecil berbentuk pujian terdengar dari bibir para tante tersebut.
Tiga Jam kami berada disana dan aku bertugas menjadi asisten Jimmy membawakan tas dan keperluan menarinya. Saat itu kulihat Jimmy dibayar 2 juta rupiah. Bukan uang yang sedikit untuk bekerja selama tiga jam saja. Hari itu aku mendapat uang dua ratus lima puluh ribu dari Jimmy sebagai tip. Dan sejak saat itu aku memilih profesi baru sebagai penari laki-laki pemuas Tante-tante girang guna membiayai persalinan istriku.
Aku dan Niken bukan dari keluarga kaya. Keluargaku tinggal di Lampung dan ayahku adalah pekerja disebuh bengkel motor, sedangkan Ibuku seorang Ibu rumah tangga yang eshari-hari membuka warung kecil dirumah. Sedangkan keluarga Niken juga bukan orang berada, sejak ibunya meninggal Ayahnya menikah lagi dan tak menggubris Niken dan dua orang adik laki-lakinya. Kini adik Niken tinggal bersama keluarga Ibunya di Padang.
Dulu, saat aku mengenal Niken, ia bekerja sebagai kasir sebuah supermarket yang menyediakan barang kebutuhan sehari-hari. Setelah berkenalan selama 9 bulan aku meminangnya untuk kujadikan istri. Namun sejak hamil Niken tak dapat bekerja lagi karena ia sering pingsan saat bulan-bulan pertama mengandung anakku.
Pedih rasanya meniti kehidupan seperti ini, aku merasa gagal menjadi sorang suami. Setiap hari aku pergi keluar rumah, berjalan kaki berkilo-kilo guna mencari kerja. Namun mencari pekerjaan ternyata tak gampang, selain koneksi, referensi kerja juga diperlukan. Aku nyaris putus asa.
Tiba-tiba aku teringat dengan Debra, perempuan cantik yang pernah menjadi pacarku dulu. Singkat kata, kami bertemu dan aku mengeluhkan kesulitan hidupku kepadanya. Debra tak dapat membantuku mencari pekerjaan kantoran, namun Debra menyarankan aku untuk bertemu Jimmy meminta pekerjaan darinya.
Tak membuang waktu lagi, kudatangi Jimmy apartemennya setelah dibuatkan janji temu lewat Debra. Setelah pintu apartemen terbuka kulihat sebuah sosok tegap dengan dada bidang dan tubuh yang sangat atletis. “ Jimmy”, ucapnya sambil mengulurkan tangannya.
Dipersilahkannya aku masuk dan duduk diruang tamunya yang sempit dan tanpa basa-basi Jimmy langsung berkata “ Buka bajumu, sekaligus celanamu”. Aku terperanjat mendengar permintaan aneh tersebut. Jimmy menambahkan “ Aku tak punya waktu lama karena ada janji temu dengan orang, jadi cepat buka baju dan celanamu aku akan melihat bentuk tubuhmu. Apakah bisa kamu menjadi seorang penari “. Ungkapnya lugas tanpa basa-basi. Aku terhenyak tak mampu berkata, namun kubuka juga lembar demi lembar pakain dan celana yang menempel ditubuhku.
Jimmy memintaku membalikkan badan, memutar, berjongkok, mengangkat tangan. Semua permintaannya kupenuhi. “ Besok jam tiga sore kamu sudah ada disini Rendy”, katanya lagi. Aku cepat mengiyakan.
Besoknya sesuai janji aku sudah berada dirumahnya, tanpa membuang waktu Jimmy menjelaskan kepadaku tentang bagaimana menjadi penari penghibur dan memintaku menirukan beberapa contoh liukan tarian, gaya tarian tersebut menurutku agak seronok karena aku harus menari sambil sesekali menggenggam kemaluanku sendiri dan meliuk-liukkan tubuhku mengikuti irama musik. Sebagian besar penyewa adalah tante-tante dengan kelompok arisannya tambah Jimmy.
Sore itu juga, aku diajak Jimmy untuk datang ke-sekumpulan Tante-tante yang sedang arisan disebuah apartemen. Gelak tawa dan dentuman musik memenuhi ruangan, aroma tembakau kental diseluruh ruangan. Setiap tangan membawa gelas yang berisi minuman beralkohol.
Setelah berbasa-basi sejenak, Jimmy mulai berdiri dan pelan-pelan meliuk-liukkan tubuhnya mengikuti alunan musik, kemudian Tante-tante tersebut mulai berteriak “ buka, buka, buka....”, dan Jimmy perlahan mulai membuka kemejanya. Membuangnya kelantai. Nampak kaos ketat tanpa tangan membungkus tubuhnya, kaos ketat tersebut juga dibuangnya.
Makin riuh saja seisi ruangan saat melihat gaya Jimmy dan perlahan membuka resliting celananya dan membuang celana panjang itu kelantai, hingga hanya nampak celana g string membungkus kemaluannya. Suasana benar-benar riuh rendah, penuh teriakan kagum melihat indahnya tubuh Jimmy. Ruangan semakin bergemuruh saat Jimmy mulai menari sambil sesekali menyentuh kemaluannya sendiri. Tepuk tangan dan teriakan-teriakan kecil berbentuk pujian terdengar dari bibir para tante tersebut.
Tiga Jam kami berada disana dan aku bertugas menjadi asisten Jimmy membawakan tas dan keperluan menarinya. Saat itu kulihat Jimmy dibayar 2 juta rupiah. Bukan uang yang sedikit untuk bekerja selama tiga jam saja. Hari itu aku mendapat uang dua ratus lima puluh ribu dari Jimmy sebagai tip. Dan sejak saat itu aku memilih profesi baru sebagai penari laki-laki pemuas Tante-tante girang guna membiayai persalinan istriku.