Tragis benar nasib Naomi Hill. Terlahir sebagai anak yang menderita cerebral palsy alias kelainan saraf, perjalanan hidup gadis berusia empat tahun tersebut berakhir di tangan ibundanya sendiri, Joanne Hill.
Pembunuhan itu sudah terjadi cukup lama, yaitu pada 26 November 2007. Tapi, Joanne sebagai terdakwa tunggal dalam kasus tersebut baru mulai menjalani sidang kemarin di Pengadilan Chester, London.
Dalam dakwaannya, jaksa penuntut Michael Chambers mengatakan, Joanne malu atas kondisi anaknya. Karena itu, dia berniat dan berencana membunuhnya. "Joanne Hill tak tahan memiliki anak yang menderita cerebral palsy dan memengaruhi kemampuannya untuk berjalan," katanya.
Joanne, lanjut Chambers, juga pernah mengajukan usul kepada suaminya, Simon, agar Naomi diadopsi orang lain. "Namun, sang suami menolaknya dengan tegas," ujarnya.
Cara Joanne mengakhiri hidup Naomi dan bereaksi sesudahnya menunjukkan bahwa wanita yang bekerja di agen periklanan itu berdarah dingin. Bayangkan, sesudah membunuh si anak dengan menahan kepalanya untuk beberapa lama di bawah air, dia mengenakannya baju, menggendong, lalu meletakkannya di jok belakang mobil. Selanjutnya, dia berkeliling kota selama delapan jam.
Di tengah perjalanan, dia membeli sebotol anggur dan mampir untuk mengisi bensin. Di saat Joanne berbincang dengan salah seorang petugas pom bensin, CCTV di tempat tersebut memperlihatkan Naomi yang sudah meninggal "duduk" di kursi belakang mobil.
Setelah puas berkeliling, Joanne, yang beberapa hari sebelum membunuh ketahuan berselingkuh, membawa anaknya ke Countess of Chester Hospital. Sambil menggendong anaknya ke ruang gawat darurat, dia berteriak, "Tolong, anak saya sepertinya sudah mati." Paramedis yang menolongnya tak lama kemudian menyatakan bahwa siswa pre-school di North Wales itu memang sudah meninggal.
(Daily Mail/ard/dia/ttg)