Foto ilustrasi
Belakangan ini, pasar Desa Sukorejo, Kecamatan Kota Bojonegoro, diduga sudah beralih fungsi. Banyak warga pendatang menghuni lapak, dan warga sekitar menduga banyak lapak dipakai untuk mesum.
Pantauan beritajatim.com di lapangan, pasar yang terletak tepat disamping lapangan Desa Sukorejo atau berada di Jl Munginsidi Kota Bojonegoro itu sekangan kondisinya mengenaskan.
Selain sepi dan tak ada aktivitas layaknya pasar tradisonal, para pedagang yang kebanyakan warga sekitar sudah berpindah berjualan di pasar krempyeng yang lokasinya lebih strategis. Yakni dijalur masuk jalan Munginsidi.
Saat ini bekas lapak lebih banyak dipakai untuk tempat tinggal mereka yang tidak mempunyai tempat di Kota Bojonegoro. Total seluruh lapak yang ada sejumlah 72 dan semuanya telah terisi oleh para pendatang.
Salah seorang warga pendatang asal Desa Suwaloh, Kecamatan Balen, Bojonegoro, Nur Chamid mengatakan, sejauh ini apa yang dikeluhkan warga bahwa bekas lapak dipakai untuk ajang prostitusi tidak benar.
"Sebenarnya masih ada yang berjualan, namun kondisinya tidak selaris dahulu," katanya memelas.
Ditegaskan, bahwa selama menempati lapak pasar Sukorejo, para pendatang harus mengeluarkan yang sewa sebenar Rp 250.000. Setiap bulannya mereka masih harus merogoh kocek lagi sebesar Rp 30.000.
"Kami terus menyetor uang retribusi kepada pihak PD Pasar Pemkab Bojonegoro. Sehingga, kami menempati lapak pasar ini legal," sambungnya.
Sementara itu Kepala Pasar Sukorejo Machfud Harsada membantah kalau keberadaan pasar dipakai lokasi prostitusi. "Kami sedang mengupayakan agar pasar Sukorejo yang dahulunya ramai bisa kembali normal," lanjutnya.
Ditanya mengenai pungutan liar didalam pasar, ia membantah keras-keras. Sebab, selama ini hasil dari retribusi selalu masuk ke Pemkab Bojonegoro.
"Untuk 21 lapak dibagian depan pasar dikenakan Rp 1000 rupiah perharinya dan yang dibelakang Rp 800 perhari," tegas Machfud.
http://www.beritajatim.com/?url=http://www.beritajatim.com/index.php/tahun/2009/bulan/04/tgl/24/idnews/9b4520a57720d9530f9752b8f0de2774&newsid=66576
Belakangan ini, pasar Desa Sukorejo, Kecamatan Kota Bojonegoro, diduga sudah beralih fungsi. Banyak warga pendatang menghuni lapak, dan warga sekitar menduga banyak lapak dipakai untuk mesum.
Pantauan beritajatim.com di lapangan, pasar yang terletak tepat disamping lapangan Desa Sukorejo atau berada di Jl Munginsidi Kota Bojonegoro itu sekangan kondisinya mengenaskan.
Selain sepi dan tak ada aktivitas layaknya pasar tradisonal, para pedagang yang kebanyakan warga sekitar sudah berpindah berjualan di pasar krempyeng yang lokasinya lebih strategis. Yakni dijalur masuk jalan Munginsidi.
Saat ini bekas lapak lebih banyak dipakai untuk tempat tinggal mereka yang tidak mempunyai tempat di Kota Bojonegoro. Total seluruh lapak yang ada sejumlah 72 dan semuanya telah terisi oleh para pendatang.
Salah seorang warga pendatang asal Desa Suwaloh, Kecamatan Balen, Bojonegoro, Nur Chamid mengatakan, sejauh ini apa yang dikeluhkan warga bahwa bekas lapak dipakai untuk ajang prostitusi tidak benar.
"Sebenarnya masih ada yang berjualan, namun kondisinya tidak selaris dahulu," katanya memelas.
Ditegaskan, bahwa selama menempati lapak pasar Sukorejo, para pendatang harus mengeluarkan yang sewa sebenar Rp 250.000. Setiap bulannya mereka masih harus merogoh kocek lagi sebesar Rp 30.000.
"Kami terus menyetor uang retribusi kepada pihak PD Pasar Pemkab Bojonegoro. Sehingga, kami menempati lapak pasar ini legal," sambungnya.
Sementara itu Kepala Pasar Sukorejo Machfud Harsada membantah kalau keberadaan pasar dipakai lokasi prostitusi. "Kami sedang mengupayakan agar pasar Sukorejo yang dahulunya ramai bisa kembali normal," lanjutnya.
Ditanya mengenai pungutan liar didalam pasar, ia membantah keras-keras. Sebab, selama ini hasil dari retribusi selalu masuk ke Pemkab Bojonegoro.
"Untuk 21 lapak dibagian depan pasar dikenakan Rp 1000 rupiah perharinya dan yang dibelakang Rp 800 perhari," tegas Machfud.
http://www.beritajatim.com/?url=http://www.beritajatim.com/index.php/tahun/2009/bulan/04/tgl/24/idnews/9b4520a57720d9530f9752b8f0de2774&newsid=66576