Bisnis Alat Kebutuhan Seks di Cina !

Hampir tidak ada orang yang berani menghubungi dokter. Walaupun demikian, sejak tahun lalu, di Cina aids merupakan penyebab kematian utama, dari berbagai penyakit akibat infeksi. Guna mendobrak tabu ini, pemerintah Cina akhir pekan ini mensponsori Pameran Peralatan Kebutuhan Seks di Beijing.

sextoy240.jpg"Sangat mengesankan", kata Tan Jingrong. "Saya sebenarnya datang karena ingin tahu saja. Kini, saya berpikir-pikir akan membuka toko seperti itu". Tan saat ini menganggur. Ia melihat peluang baik untuk membuka toko peralatan kebutuhan seks.

Subsidi pemerintah
Sebagaimana ribuan pengunjung lainnya, ia memanfa'atkan kesempatan gratis untuk melihat Pameran Peralatan kebutuhan Seks di Beijing. Pemerintah Cina mensubsidi pameran ini, dalam rangka suatu kampanye baru. Departemen Kesehatan Cina ingin masalah seks bisa dibicarakan secara terbuka. Agar orang-orang yang mengidap penyakit seks menular, tidak ragu-ragu menghubungi dokter. Saat ini, sepertiga wanita dan pria Cina, jika menduga ketularan penyakit kelamin, tidak berani menghubungi dokter.

Toko seks
Walaupun sensor negara ketat membatasi 'pornografi' dan acara 'vulgair' di televisi dan internet, lebih dari 2.000 toko seks bebas membuka usaha mereka. Toko mereka menggunakan nama 'toko kesehatan'.

Perusahaan 'Emir Health Care' dari Ningbo, milik Wang Zhouyang, ikut hadir dalam pameran ini menampilkan berbagai vibrator dalam warna-warna pastel, dalam berbagai bentuk dan ukuran. "Model kecil ini sangat populer di Jepang", katanya mengenai sebuah vibrator kecil berhiaskan mutiara. Kemudian ia mengambil sebuah brosur, sambil menjelaskan model-model besar lebih laku di Amerika. Dan pada tahun-tahun mendatang, peningkatan permintaan, akan datang dari Cina sendiri.

Malu
"Beijing agak ketinggalan ketimbang kota-kota pesisir seperti Shenzhen dan Shanghai. Tapi, sekarang, permintaan di Beijing ini terus meningkat". Setengah tahun lalu, Wang membeli 'Emir Health Care', ketika akibat krisis ekonomi, ia kehilangan pekerjaannya sebagai tehnikus listrik. "Istri dan putra saya, pada mulanya tidak setuju. Mereka malu, dan sulit menerima hal ini", kata Wang. Namun kini setelah ternyata penghasilan penjualan vibrator berwarna pastel ini baik, pandangan keluarga juga berubah.

Menurut Li Yinhe, selebritis sekaligus pakar seksuologi Cina, secara diam-diam selama beberapa tahun belakangan, berlangsung revolusi seksual. Padahal belum lama berselang, para pedagang film erotis atau foto porno dikirim ke kamp kerja paksa. Pada masa revolusi kebudayaan (1966-1976), ada ancaman hukuman bagi berciuman di muka umum, atau menggenakan pakaian seksi. Pada tahun 1980-an, hal-hal tersebut sedikit demi sedikit mulai berubah.

Tak terbayangkan
"Dari generasi berusia duapuluh tahunan sekarang ini, yang tinggal di kota besar seperti Beijing, Shanghai dan Guangzhou, sebagian besar telah melakukan hubungan seks sebelum menikah. Hal itu tak terbayangkan pada masa kami muda dulu", kata Li, lahir tahun 1952.

Walaupun demikian, menurut Li masih perlu banyak perbaikan. "Metode penerangan sekarang lebih banyak atas dorongan kekhawatiran akan penyakit kelamin", kata Li. "Padahal, penerangan tentang seks, juga harus menyangkut nilai keintiman dan kenikmatan". Menurut Li, dalam hal ini Cina punya tradisi panjang.

Dildo antik
"Zaman dulu, orang memandang seks sebagai sesuatu yang sangat alamiah, bukan hal yang buruk. Mendambakan seks dianggap sebagai hal yang wajar, sebagaimana halnya kebutuhan untuk makan". Bukti-bukti nyata bisa dilihat di Panjiayuan, pasar barang anti dan loak di Beijing. Di pasar ini orang akan menjumpai berbagai dildo antik, atau tiruan terbuat dari porselen atau tulang, dalam berbagai warna. Para pedagang di sini tidak tampak canggung atau malu-malu jika orang bertanya tentang cara penggunaan. Dagang adalah dagang. Dan justru pada masa krisis seperti sekarang ini akan tampak jelas, bahwa seks laku.

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Belajar Bahasa Inggris