Ajaran Sesat di Jakarta
Satu kelompok penganut ajaran sesat muncul di Jakarta, dipimpin seorang guru yang menyebut dirinya sebagai Satria Piningit Weteng Buwono. Ajaran dan ritualnya benar-benar nyeleneh, di antaranya, memerintahkan para anggotanya melakukan seks bebas dengan ditonton anggota lainnya.
A Koesmana, 58, warga Jalan Kebagusan II RT010/06, Jakarta Selatan, salah seorang mantan pengikut Satria Piningit itu, membenarkan adanya penyimpangan-penyimpangan dalam kelompok tersebut.
Pensiunan pegawai negeri sipil (PNS) ini mencontohkan perilaku menyimpang dari sang guru misalnya dari tata cara mandi. Sang guru yang mengaku bernama Agus Imam Sholihin alias Agus Noro Soekarno, 32 tahun, meminta pengikutnya untuk dimandikan olehnya, tak peduli lelaki ataupun perempuan. Alasannya, untuk penyucian diri.
”Saya juga disuruh telanjang lalu dimandikan oleh dia. Kalau tidak menuruti perintah, ada hukumannya,” kenang Koesmana.
Penyimpangan ini, kata Koesmana, belum seberapa. Yang lebih parah, para pengikut aliran ini juga disuruh bersetubuh di ruang tamu dengan disaksikan oleh anggota yang lainnya. Ini dilakukan secara bergantian.
Bahkan si Satria Piningit juga minta jatah tersendiri dengan mengajak istri-istri para anggota kelompok masuk ke dalam kamar. ”Namun hal itu tidak menimpa saya, karena istri saya menolak,” tegas Koesmana yang ditemui di rumahnya.
Ajaran sesat lainnya, adalah soal menjawab salam. Bila ada anggota tidak menjawab salam, langsung disuruh telanjang di ruang tamu selama sehari semalam tanpa diberi makan dan minum.”Laki-laki dan perempuan telanjang bulat selama seharian,” ucapnya.
Untuk ‘mengamankan’ kegiatannya, sang guru itu mewanti-wanti para anggotanya untuk tidak membocorkan kiprah mereka kepada orang lain. Kalau ada yang membocorkan, sang guru mengancam akan ada pertumpahan darah dalam keluarganya. ”Anak perempuan saya yang selalu membujuk saya untuk terus mengikuti ajaran ini,” jelas Koesmana sambil menangis mengenang anaknya.
Koesmana mengatakan ia mengikuti aliran ini di awal tahun 2002 ketika bertemu dengan Agus Imam Sholihin di Perumnas III, Bekasi Timur. Saat itu Agus menyatakan akan mengajarkan ilmu agama di rumahnya.
Pada bulan pertama, tidak ada yang aneh pada apa yang diajarkan Agus yang berambut gondrong itu. Namun pada bulan berikutnya, penyimpangan sedikit demi sedikit mulai terkuak. ”Semua yang diperintahkan oleh agama tidak boleh dilakukan dan ia mengaku titisan Tuhan. Semua pengikut wajib menuruti perintahnya. Bila membantah, bisa digugurkan masuk syurga, katanya.”
Karena makin aneh, oleh warga setempat kelompok ini pun diusir dan kemudian pindah ke Jalan Kebagusan, Jaksel, ke rumah Koesmana. Di markas barunya, Agus memasang sejumlah aksesoris yang didominasi warna merah. Fotonya dalam ukuran besar juga terpampang di sana.
Pada bulan Desember 2008, Ratna, 33, anak perempuan Koesmana yang kepincut doktrin Agus meninggal dunia karena sakit. Sejak itulah Koesmana keluar dari kelompok ini. Sejak anaknya meninggal, sang guru yang juga mengaku titisan Soekarno, hanya datang sekali waktu peringatan tiga hari kematian Ratna. Hingga kini Agus yang memiliki sekitar 40 anggota itu tak kedengaran kabarnya.
Namun dua pengikut Agus datang ke rumahnya untuk mengambil sejumlah barang-barang seperti buku-buku ajaran milik sang guru yang masih tertinggal.”Barang yang mereka maksud sudah tidak ada, namun mereka terus memaksa hingga diamankan polisi.”
Ketua RT 010/06 Kebagusan, Aswanawi, mengatakan warga sekitar selama ini mengetahui kegiatan di rumah tersebut sebagai pengajian biasa.
Satu kelompok penganut ajaran sesat muncul di Jakarta, dipimpin seorang guru yang menyebut dirinya sebagai Satria Piningit Weteng Buwono. Ajaran dan ritualnya benar-benar nyeleneh, di antaranya, memerintahkan para anggotanya melakukan seks bebas dengan ditonton anggota lainnya.
A Koesmana, 58, warga Jalan Kebagusan II RT010/06, Jakarta Selatan, salah seorang mantan pengikut Satria Piningit itu, membenarkan adanya penyimpangan-penyimpangan dalam kelompok tersebut.
Pensiunan pegawai negeri sipil (PNS) ini mencontohkan perilaku menyimpang dari sang guru misalnya dari tata cara mandi. Sang guru yang mengaku bernama Agus Imam Sholihin alias Agus Noro Soekarno, 32 tahun, meminta pengikutnya untuk dimandikan olehnya, tak peduli lelaki ataupun perempuan. Alasannya, untuk penyucian diri.
”Saya juga disuruh telanjang lalu dimandikan oleh dia. Kalau tidak menuruti perintah, ada hukumannya,” kenang Koesmana.
Penyimpangan ini, kata Koesmana, belum seberapa. Yang lebih parah, para pengikut aliran ini juga disuruh bersetubuh di ruang tamu dengan disaksikan oleh anggota yang lainnya. Ini dilakukan secara bergantian.
Bahkan si Satria Piningit juga minta jatah tersendiri dengan mengajak istri-istri para anggota kelompok masuk ke dalam kamar. ”Namun hal itu tidak menimpa saya, karena istri saya menolak,” tegas Koesmana yang ditemui di rumahnya.
Ajaran sesat lainnya, adalah soal menjawab salam. Bila ada anggota tidak menjawab salam, langsung disuruh telanjang di ruang tamu selama sehari semalam tanpa diberi makan dan minum.”Laki-laki dan perempuan telanjang bulat selama seharian,” ucapnya.
Untuk ‘mengamankan’ kegiatannya, sang guru itu mewanti-wanti para anggotanya untuk tidak membocorkan kiprah mereka kepada orang lain. Kalau ada yang membocorkan, sang guru mengancam akan ada pertumpahan darah dalam keluarganya. ”Anak perempuan saya yang selalu membujuk saya untuk terus mengikuti ajaran ini,” jelas Koesmana sambil menangis mengenang anaknya.
Koesmana mengatakan ia mengikuti aliran ini di awal tahun 2002 ketika bertemu dengan Agus Imam Sholihin di Perumnas III, Bekasi Timur. Saat itu Agus menyatakan akan mengajarkan ilmu agama di rumahnya.
Pada bulan pertama, tidak ada yang aneh pada apa yang diajarkan Agus yang berambut gondrong itu. Namun pada bulan berikutnya, penyimpangan sedikit demi sedikit mulai terkuak. ”Semua yang diperintahkan oleh agama tidak boleh dilakukan dan ia mengaku titisan Tuhan. Semua pengikut wajib menuruti perintahnya. Bila membantah, bisa digugurkan masuk syurga, katanya.”
Karena makin aneh, oleh warga setempat kelompok ini pun diusir dan kemudian pindah ke Jalan Kebagusan, Jaksel, ke rumah Koesmana. Di markas barunya, Agus memasang sejumlah aksesoris yang didominasi warna merah. Fotonya dalam ukuran besar juga terpampang di sana.
Pada bulan Desember 2008, Ratna, 33, anak perempuan Koesmana yang kepincut doktrin Agus meninggal dunia karena sakit. Sejak itulah Koesmana keluar dari kelompok ini. Sejak anaknya meninggal, sang guru yang juga mengaku titisan Soekarno, hanya datang sekali waktu peringatan tiga hari kematian Ratna. Hingga kini Agus yang memiliki sekitar 40 anggota itu tak kedengaran kabarnya.
Namun dua pengikut Agus datang ke rumahnya untuk mengambil sejumlah barang-barang seperti buku-buku ajaran milik sang guru yang masih tertinggal.”Barang yang mereka maksud sudah tidak ada, namun mereka terus memaksa hingga diamankan polisi.”
Ketua RT 010/06 Kebagusan, Aswanawi, mengatakan warga sekitar selama ini mengetahui kegiatan di rumah tersebut sebagai pengajian biasa.