Aksi mengerikan dipertontonkan Samsuddin (35) di hadapan mertua dan iparnya usai santap sahur kemarin.
Pria asal Desa Alue Ie Tarek, Kecamatan Baktia, Aceh Utara itu nekat mengkhatamkan hidup dengan menggorok lehernya sendiri. Dia sempat mondar-mandir sambil senyum dengan darah mengucur deras dari leher. Bahkan dia juga sempat menimba air untuk membersihkan darahnya. Karena kehabisan darah, Samsuddin akhirnya tewas dalam perjalanan menuju RS Cut Meutia, Lhokseumawe.
Faisal (30), adik ipar Samsuddin, kepada Metro Aceh (Grup Sumutcyber) menjelaskan, pagi itu, sekira pukul 05.30 WIB, ia dan keluarga lainnya sedang beristirahat di kamar masing-masing usai santap sahur bersama. Sedangkan Samsuddin berada di luar rumah.
Sekira pukul 06.00 WIB, ibu mertua Samsuddin, Juwairiah (60), tiba-tiba berteriak memanggil Faisal. Dengan sigap, Faisal menuju pintu belakang dan saat dibuka, dia terkejut melihat ibunya menyerahkan sebilah pisau berlumur darah. Belum sempat bertanya, ibunya langsung nyeletuk. “Lihat abang mu sudah menggorok lehernya. Ini pisaunya diserahkan ke ibu,” ujar Faisal mengutip pernyataan ibunya saat itu.
Spontan Faisal kaget dan berniat menemui Samsuddin. Belum melangkah, ibunya tiba-tiba pingsan dan terjatuh ke lantai. Nyaris bersamaan, Samsuddin tiba-tiba terlihat di depan pintu sambil berdiri. Anehnya, dengan kondisi leher tergorok, Samsuddin malah melemparkan senyum ke Faisal yang terbengong-bengong melihat gelagat aneh iparnya itu.
Belum hilang kekagetannya atas tingkah aneh iparnya itu, Samsuddin makin aneh. Dia mondar-mandir di depan rumah yang saat itu masih gelap. Tak lama, Samsuddin pergi ke sumur serta menimba air untuk membersihkan darah di lehernya. “Dia bilang, bekas besetan pisau di lehernya itu terasa panas. Makanya ia mencoba membasuh dengan air,” ujar Faisal.
Dalam posisi panik, tiba-tiba Faisal melihat sahabatnya Rusli melintas di depan rumah mengendarai sepeda motor. Kemudian ida memanggil kawannya itu untuk membawa abang iparnya ke puskesmas setempat. Saat dibawa, Samsuddin tidak melawan dan selama diperjalanan menuju puskesmas hanya cengengesan saja.Karena mengalami pendarahan hebat, Samsuddin dilarikan dengan ambulan ke RS Cut Meutia di Buket Rata Lhokseumawe.
Namun saat dalam perjalanan sampai di Kuede Bayu, Samsuddin menghembuskan nafas terakhir. Salah satu petugas Puskesmas Baktia yang sempat merawatnya mengaku besetan pisau di leher kira-kira 15 cm dan mengenai urat besar sehingga darah mengucur deras. “Kami tidak bisa berbuat apa-apa oleh sebab itu langsung kita rujuk.. Namun nahas, korban tidak mampu bertahan dan meninggal saat dalam perjalanan ke sana karena kehabisan darah,” ujar petugas yang tidak ingin disebutkan identitasnya itu.
Istri korban Salamiati (30) mengakui, korban sudah lama mengalami gangguan kejiwaan, dan anehnya ia serta keluarga korban tidak mengetahui penyebab ayah empat anak itu bisa senekat itu, apalagi dalam bulan Ramadhan ini. “Udah tiga kali kumat dan ini yang paling parah. Saya dan keluarga sudah berusaha keras mengobati sampai ke RSJ Banda Aceh sebanyak dua kali, tapi gak berhasil,”ujarnya.
Bahkan, Samsuddin sempat dibawa pulang ke kampong halamannya di Desa Mesjid, Kecamatan Nurussalam, Aceh Timur oleh keluarganya sendiri. “Tetapi 15 hari lalu kembali ke sini untuk berobat ke salah satu dokter ahli jiwa,” ujar Salmiati dengan nada sedih.
Sementara itu, Kapolres Aceh Utara, AKBP Yosi Muhamartha melalui Kapolek Baktia Iptu Chairul Ikhsan kepada wartawan membenarkan kejadian itu dan pihaknya akan menyelidiki kematian korban, walaupun untuk sementara keterangan yang diterima korban menggorok leher sendiri karena stres.
Pria asal Desa Alue Ie Tarek, Kecamatan Baktia, Aceh Utara itu nekat mengkhatamkan hidup dengan menggorok lehernya sendiri. Dia sempat mondar-mandir sambil senyum dengan darah mengucur deras dari leher. Bahkan dia juga sempat menimba air untuk membersihkan darahnya. Karena kehabisan darah, Samsuddin akhirnya tewas dalam perjalanan menuju RS Cut Meutia, Lhokseumawe.
Faisal (30), adik ipar Samsuddin, kepada Metro Aceh (Grup Sumutcyber) menjelaskan, pagi itu, sekira pukul 05.30 WIB, ia dan keluarga lainnya sedang beristirahat di kamar masing-masing usai santap sahur bersama. Sedangkan Samsuddin berada di luar rumah.
Sekira pukul 06.00 WIB, ibu mertua Samsuddin, Juwairiah (60), tiba-tiba berteriak memanggil Faisal. Dengan sigap, Faisal menuju pintu belakang dan saat dibuka, dia terkejut melihat ibunya menyerahkan sebilah pisau berlumur darah. Belum sempat bertanya, ibunya langsung nyeletuk. “Lihat abang mu sudah menggorok lehernya. Ini pisaunya diserahkan ke ibu,” ujar Faisal mengutip pernyataan ibunya saat itu.
Spontan Faisal kaget dan berniat menemui Samsuddin. Belum melangkah, ibunya tiba-tiba pingsan dan terjatuh ke lantai. Nyaris bersamaan, Samsuddin tiba-tiba terlihat di depan pintu sambil berdiri. Anehnya, dengan kondisi leher tergorok, Samsuddin malah melemparkan senyum ke Faisal yang terbengong-bengong melihat gelagat aneh iparnya itu.
Belum hilang kekagetannya atas tingkah aneh iparnya itu, Samsuddin makin aneh. Dia mondar-mandir di depan rumah yang saat itu masih gelap. Tak lama, Samsuddin pergi ke sumur serta menimba air untuk membersihkan darah di lehernya. “Dia bilang, bekas besetan pisau di lehernya itu terasa panas. Makanya ia mencoba membasuh dengan air,” ujar Faisal.
Dalam posisi panik, tiba-tiba Faisal melihat sahabatnya Rusli melintas di depan rumah mengendarai sepeda motor. Kemudian ida memanggil kawannya itu untuk membawa abang iparnya ke puskesmas setempat. Saat dibawa, Samsuddin tidak melawan dan selama diperjalanan menuju puskesmas hanya cengengesan saja.Karena mengalami pendarahan hebat, Samsuddin dilarikan dengan ambulan ke RS Cut Meutia di Buket Rata Lhokseumawe.
Namun saat dalam perjalanan sampai di Kuede Bayu, Samsuddin menghembuskan nafas terakhir. Salah satu petugas Puskesmas Baktia yang sempat merawatnya mengaku besetan pisau di leher kira-kira 15 cm dan mengenai urat besar sehingga darah mengucur deras. “Kami tidak bisa berbuat apa-apa oleh sebab itu langsung kita rujuk.. Namun nahas, korban tidak mampu bertahan dan meninggal saat dalam perjalanan ke sana karena kehabisan darah,” ujar petugas yang tidak ingin disebutkan identitasnya itu.
Istri korban Salamiati (30) mengakui, korban sudah lama mengalami gangguan kejiwaan, dan anehnya ia serta keluarga korban tidak mengetahui penyebab ayah empat anak itu bisa senekat itu, apalagi dalam bulan Ramadhan ini. “Udah tiga kali kumat dan ini yang paling parah. Saya dan keluarga sudah berusaha keras mengobati sampai ke RSJ Banda Aceh sebanyak dua kali, tapi gak berhasil,”ujarnya.
Bahkan, Samsuddin sempat dibawa pulang ke kampong halamannya di Desa Mesjid, Kecamatan Nurussalam, Aceh Timur oleh keluarganya sendiri. “Tetapi 15 hari lalu kembali ke sini untuk berobat ke salah satu dokter ahli jiwa,” ujar Salmiati dengan nada sedih.
Sementara itu, Kapolres Aceh Utara, AKBP Yosi Muhamartha melalui Kapolek Baktia Iptu Chairul Ikhsan kepada wartawan membenarkan kejadian itu dan pihaknya akan menyelidiki kematian korban, walaupun untuk sementara keterangan yang diterima korban menggorok leher sendiri karena stres.