PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk (HMSP) berencana menutup pabrik rokoknya di Malaysia. Aksi ini dilakukan seiring dengan pemberlakuan ASEAN Free Trade terhitung 1 Januari 2010.
Demikian disampaikan Corporate Secretary HMSP Suartini Harintho dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI).
Ia menjelaskan, kegiatan usaha perseroan di Malaysia dijalankan oleh anak usaha yang seluruhnya dimiliki secara tidak langsung yaitu PT Sampoerna JL Sdn Bhd (SJL) dan PT Sampoerna Distribusi (Malaysia) Sdn Bhd (SD). SJL ditunjuk SD untuk sebagai memproduksi rokok kretek perseroan.
Selain itu, SJL juga ditunjuk secara terpisah untuk melakukan produksi rokok kretek di Singapura, Brunei, dan Vanuatu. Ia menjelaskan, SD memperoleh sub-lisensi merek dagang untuk melakukan produksi dan penjualan rokok kretek di pasar domestik daerah duty free, duty paid dan excise tax paid.
Menurutnya, dengan diberlakukannya ASEAN Free Trade yang akan mengurangi bea tarif impor produk tembakau, perseroan berencana untuk memasok rokok kretek di pasar Malaysia, Singapura, Brunei dan Vanuatu secara langsung dari pabrik perseroan di Indonesia.
"Ini untuk mengambil keuntungan dari tarif impor yang lebih rendah. dan pengalihan ini juga dilakukan di pasar di luar Malaysia," ujarnya.
Dengan pengalihan ini, HMSP akan menutup semua kegiatan produksi SJL di Malaysia dan selanjutnya melakukan PHK terhadap karyawan SJL. Rencana ini masih tergantung persetujuan semua pihak yang terkait.
"Penutupan akan dilakukan sesuai dengan peraturan yang berlaku di Malaysia dan peraturan pasar modal Indonesia," imbuhnya.
Demikian disampaikan Corporate Secretary HMSP Suartini Harintho dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI).
Ia menjelaskan, kegiatan usaha perseroan di Malaysia dijalankan oleh anak usaha yang seluruhnya dimiliki secara tidak langsung yaitu PT Sampoerna JL Sdn Bhd (SJL) dan PT Sampoerna Distribusi (Malaysia) Sdn Bhd (SD). SJL ditunjuk SD untuk sebagai memproduksi rokok kretek perseroan.
Selain itu, SJL juga ditunjuk secara terpisah untuk melakukan produksi rokok kretek di Singapura, Brunei, dan Vanuatu. Ia menjelaskan, SD memperoleh sub-lisensi merek dagang untuk melakukan produksi dan penjualan rokok kretek di pasar domestik daerah duty free, duty paid dan excise tax paid.
Menurutnya, dengan diberlakukannya ASEAN Free Trade yang akan mengurangi bea tarif impor produk tembakau, perseroan berencana untuk memasok rokok kretek di pasar Malaysia, Singapura, Brunei dan Vanuatu secara langsung dari pabrik perseroan di Indonesia.
"Ini untuk mengambil keuntungan dari tarif impor yang lebih rendah. dan pengalihan ini juga dilakukan di pasar di luar Malaysia," ujarnya.
Dengan pengalihan ini, HMSP akan menutup semua kegiatan produksi SJL di Malaysia dan selanjutnya melakukan PHK terhadap karyawan SJL. Rencana ini masih tergantung persetujuan semua pihak yang terkait.
"Penutupan akan dilakukan sesuai dengan peraturan yang berlaku di Malaysia dan peraturan pasar modal Indonesia," imbuhnya.
