Rp 100 juta. Itulah harga yang diduga dibayar oleh Artalyta Suryani alias Ayin untuk mendapatkan fasilitas luks di Rumah Tahanan (Rutan) Pondok Bambu, Jakarta Timur. Bukan hanya Artylita, napi berduit lainnya bisa mendapatkan fasilitas seperti itu asal ada duitnya.
Mantan tahanan Rutan Pondok Bambu yang tak mau disebutkan namanya kepada Surabaya Post menyatakan, praktik semacam ini bukan hal baru di Lapas. Semua hal bisa didapat asal sanggup membayar sejumlah uang yang diminta petugas Lapas. ’’Saya tidak heran kalau Ayin dapat fasilitas ini. Ini bukan modus baru. Praktik ini sudah berlangsung lama,” kata tahanan wanita yang terjerat kasus narkoba ini via handphone.
Mewahnya fasilitas Artalyta terungkap dari sidak Satgas Pemberantasan Mafia Hukum di Rutan Perempuan Pondok Bambu, Minggu (10/1) tadi malam. Ayin tepergok sedang menjalani perawatan kulit wajah oleh dua dokter ahli di dalam kamarnya yang mewah.
Sel yang lebih pantas disebut sebagai kamar hotel berbintang itu berukuran 8 x 8 meter, dilengkapi AC, televisi, kulkas, meja kantor, ponsel pintar blackberry, dan sofa. Satgas yang melihat sendiri sel mewah Ayin itu adalah Yunus Husain, Denny Indrayana, Irjen Herman Effendi, dan Mas Ahmad Santosa. Kabarnya, Ayin juga sering menggelar rapat di ruangannya itu, juga mendapat izin keluar, di antaranya melayat dan periksa gigi.
Kemudian, setelah di ruangan Arthalyta, di lantai 3, Satgas lalu menuju blok lain. Di lantai 2 Satgas menemukan kasus yang sama. Bahkan di ruangan Aling, tahanan kasus narkotika, memiliki fasilitas karaoke, televisi, dan ruang lebih besar. Hal yang sama juga terjadi pada tahanan lain, Darmawati Dareho, Ines, dan Ery.
Sumber Surabaya Post di Rutan Pondok Bambu yang juga penyanyi panggilan itu mengatakan, tahanan kaya juga bisa meminta petugas Rutan mendatangkan pemuas nafsu (gigolo). surabaya.post