Penikmat Syahwat Merajalela di KRL, Gadis Sekolah dan Mahasiswi Jadi Sasaran!
Transportasi massal seperti Kereta Listrik (KRL) dan Kereta Diesel (KRD) merupakan primadona bagi sebagian besar warga Ibukota. Namun pelayanan angkutan murah meriah tersebut masih saja mengabaikan keselamatan, moral mau pun etika penumpangnya.
Ratusan ribu warga Ibukota Jakarta, Bekasi, Bogor, Depok dan Tangerang setiap hari menggunakan jasa angkutan KRL. Karena selain memang murah, dengan KRL penumpang yang sebagian besar karyawan, mahasiswa dan pelajar bisa mencapai tujuan dengan lebih cepat ketimbang angkutan umum lainnya seperti bis kota, yang sering kali terjebak dalam kemacetan.
Namun tragisnya, jangan pernah berharap nyaman naik KRL khususnya bagi kaum hawa. Banyak penumpang wanita kerap menjadi korban pelecehan seksual. Kasus pelecehan seksual kemarin, menimpa sejumlah penumpang wanita KRL/KRD jurusan Tanah Abang – Rangkasbitung. Meski menjadi korban pelecehan seksual, tetapi mereka umumnya tidak bisa berbuat apa-apa, apalagi melaporkan kepada pihak yang berwajib. Korban hanya bisa pasrah dan sekadar menggerutu.
Pelecehan seksual terjadi selama dalam perjalanan dilakukan penumpang laki-laki terhadap perempuan. Biasanya pelaku melakukan aksi pelecehan seksual di saat penumpang kereta berjubel dan banyak berdiri.
Cara melakukan pelecehan, pelaku sungguh tidak punya malu. Walau di tempat keramaian, petualang seks di KRL mengawalinya dengan membuka resleting celana dan memelorotkan celana dalam miliknya, terus menggesek-gesekkan `burungnya` ke pantat penumpang wanita yang sama-sama berdiri.
Sasaran pelecehan seksual adalah wanita muda, tentunya saja cantik dan bodi menggairahkan. Pelaku seperti orang gila bila sedang melancarkan aksinya. Wanita yang menjadi korban pelecehan seksual ada yang sadar, tetapi ada pula tidak mengerti kalau dirinya tengah dijadikan sasaran oknum pemburu nikmat syahwat. Selama dalam perjalanan sang pelaku terus berupaya menjalankan aksinya. Meski kadang korban berusaha menghindari tapi pelaku terus memepetnya sampai maaf, si pelaku yang `sakit` ejakulasi.
Karuan saja banyak penumpang kereta khususnya wanita yang menjadi korban mengeluh dengan mempertanyakan leluasanya pelaku pelecehan seksual tersebut. “Saya kaget tiba-tiba ada laki-laki yang megangin pantat dan menyentuh bagian tubuh saya yang lain dengan sengaja,” ujar Viza, siswa sebuah SMA di Tanah Abang.
Meski disentuh dan digerayangi, Viza mengaku tak berani berteriak apalagi melawan lantaran kereta penumpangnya berjubel dan didominasi kaum laki-laki. “Saya gak berani berteriak karena malu, lagian kalo negor malah ditertawain sama penumpang lain,” ucapnya menuturkann pengalanman buruk yang dialami.
Korban pelecehan seksual lainnya menimpa Winda. Hanya saja modus pelecehan seksual ini berbeda dengan yang dialami kebanyakan. Winda dengan polos mengisahkan seorang pria pernah mepertontonkan anunya.
“Saya kaget bukan kepalang, bapak itu waras apa gila ya, dia dengan sengaja memperlihatkan kemaluannya dari balik resleting sambil menatap tajam saya,” ujar Winda, warga Kebon Melati, Tanah Abang. Winda yang masih remaja dan bertubuh seksi ini, mengaku hingga kini masih trauma dan teringat terus kejadian tersebut. “Saya kapok naik kereta lagi,” ujarnya.
Seringnya terjadi pelecehan seksual di atas KRL ini, diakui Sarijo, satu kondektur KRL Ia mengaku pihaknya dan kondektur lainnya tidak berani menegor lantaran penumpang kereta ke arah Rangkasbitung tersebut terkenal galak dan banyak preman. “Jangankan saya menegor mereka disaat seperti itu, orang kalau dimintain karcis saja lebih galakan dia,” katanya.
Pihak kereta api selama ini pernah menyediakan gerbong khusus untuk wanita, tapi pada akhirnya gerbong tersebut dihapus lagi. Karena ternyata masih sangat sulit mengharapkan disiplin dari penumpang KRL. Walapun sudah dibuat khusus bagi wanita, ternyata tetap saja diserobot penumpang pria.
Selamat Nurdin, Sekretris Fraksi PKS DPRD DKI, meminta PT Kereta Api Indonesia (KAI) menangkap pelaku pelecehan seksual. “Jangan dibiarkan pelecehan seksual di kereta terus terjadi,” tegasnya. Anggota dewan cukup vokal ini, mengaku sering mendengar adanya pelecehan seksual di kereta. Tetapi pihak PT KAI sepertinya tidak ada upaya menangkap pelakunya.
Nurdin berjanji mengusulkan ke pimpinan dewan agar berkunjung ke PT KAI, karena tidak menutup kemungkinan yang menjadi korban pelecehan seksual adalah warga Jakarta. “Tangkap pelaku pelecehan seksual,” tandasnya.
Diyakini Nurdin pelecahan seksual bukan hanya terjadi pada kereta jurusan Tanah Abang – Rangkas Bitung saja. “Kereta jarak pendek dengan penumpang berjubel sangat rawan dengan pelecehan seksual,” sambungnya.
Nakum AR, Ketua Fraksi PDI-P DPRD DKI, melontarkan kritik keras terhadap manajemen kereta yang semakin hari dinilai kian amburadul. “Seharusnya ada perlindungan dong, terhadap penumpang wanita dari ancaman pelecehan seksual,” katanya.
Penilaian Nakum sejauh ini pihak PT KAI sepertinya tidak ada upaya menangkap pelaku pelecehan seksual. “Kami sering mendengar pelecahan seksual sudah sering terjadi, tapi ya didiamkan saja,” sambungnya.
Persoalan kejahatan di kereta , lanjut Nakum, sebenarnya bukan hanya menyangkut pelecehan seksual semata. Misalnya, pencopetan dan pejambretan juga banyak terjadi.[poskota]
Transportasi massal seperti Kereta Listrik (KRL) dan Kereta Diesel (KRD) merupakan primadona bagi sebagian besar warga Ibukota. Namun pelayanan angkutan murah meriah tersebut masih saja mengabaikan keselamatan, moral mau pun etika penumpangnya.
Ratusan ribu warga Ibukota Jakarta, Bekasi, Bogor, Depok dan Tangerang setiap hari menggunakan jasa angkutan KRL. Karena selain memang murah, dengan KRL penumpang yang sebagian besar karyawan, mahasiswa dan pelajar bisa mencapai tujuan dengan lebih cepat ketimbang angkutan umum lainnya seperti bis kota, yang sering kali terjebak dalam kemacetan.
Namun tragisnya, jangan pernah berharap nyaman naik KRL khususnya bagi kaum hawa. Banyak penumpang wanita kerap menjadi korban pelecehan seksual. Kasus pelecehan seksual kemarin, menimpa sejumlah penumpang wanita KRL/KRD jurusan Tanah Abang – Rangkasbitung. Meski menjadi korban pelecehan seksual, tetapi mereka umumnya tidak bisa berbuat apa-apa, apalagi melaporkan kepada pihak yang berwajib. Korban hanya bisa pasrah dan sekadar menggerutu.
Pelecehan seksual terjadi selama dalam perjalanan dilakukan penumpang laki-laki terhadap perempuan. Biasanya pelaku melakukan aksi pelecehan seksual di saat penumpang kereta berjubel dan banyak berdiri.
Cara melakukan pelecehan, pelaku sungguh tidak punya malu. Walau di tempat keramaian, petualang seks di KRL mengawalinya dengan membuka resleting celana dan memelorotkan celana dalam miliknya, terus menggesek-gesekkan `burungnya` ke pantat penumpang wanita yang sama-sama berdiri.
Sasaran pelecehan seksual adalah wanita muda, tentunya saja cantik dan bodi menggairahkan. Pelaku seperti orang gila bila sedang melancarkan aksinya. Wanita yang menjadi korban pelecehan seksual ada yang sadar, tetapi ada pula tidak mengerti kalau dirinya tengah dijadikan sasaran oknum pemburu nikmat syahwat. Selama dalam perjalanan sang pelaku terus berupaya menjalankan aksinya. Meski kadang korban berusaha menghindari tapi pelaku terus memepetnya sampai maaf, si pelaku yang `sakit` ejakulasi.
Karuan saja banyak penumpang kereta khususnya wanita yang menjadi korban mengeluh dengan mempertanyakan leluasanya pelaku pelecehan seksual tersebut. “Saya kaget tiba-tiba ada laki-laki yang megangin pantat dan menyentuh bagian tubuh saya yang lain dengan sengaja,” ujar Viza, siswa sebuah SMA di Tanah Abang.
Meski disentuh dan digerayangi, Viza mengaku tak berani berteriak apalagi melawan lantaran kereta penumpangnya berjubel dan didominasi kaum laki-laki. “Saya gak berani berteriak karena malu, lagian kalo negor malah ditertawain sama penumpang lain,” ucapnya menuturkann pengalanman buruk yang dialami.
Korban pelecehan seksual lainnya menimpa Winda. Hanya saja modus pelecehan seksual ini berbeda dengan yang dialami kebanyakan. Winda dengan polos mengisahkan seorang pria pernah mepertontonkan anunya.
“Saya kaget bukan kepalang, bapak itu waras apa gila ya, dia dengan sengaja memperlihatkan kemaluannya dari balik resleting sambil menatap tajam saya,” ujar Winda, warga Kebon Melati, Tanah Abang. Winda yang masih remaja dan bertubuh seksi ini, mengaku hingga kini masih trauma dan teringat terus kejadian tersebut. “Saya kapok naik kereta lagi,” ujarnya.
Seringnya terjadi pelecehan seksual di atas KRL ini, diakui Sarijo, satu kondektur KRL Ia mengaku pihaknya dan kondektur lainnya tidak berani menegor lantaran penumpang kereta ke arah Rangkasbitung tersebut terkenal galak dan banyak preman. “Jangankan saya menegor mereka disaat seperti itu, orang kalau dimintain karcis saja lebih galakan dia,” katanya.
Pihak kereta api selama ini pernah menyediakan gerbong khusus untuk wanita, tapi pada akhirnya gerbong tersebut dihapus lagi. Karena ternyata masih sangat sulit mengharapkan disiplin dari penumpang KRL. Walapun sudah dibuat khusus bagi wanita, ternyata tetap saja diserobot penumpang pria.
Selamat Nurdin, Sekretris Fraksi PKS DPRD DKI, meminta PT Kereta Api Indonesia (KAI) menangkap pelaku pelecehan seksual. “Jangan dibiarkan pelecehan seksual di kereta terus terjadi,” tegasnya. Anggota dewan cukup vokal ini, mengaku sering mendengar adanya pelecehan seksual di kereta. Tetapi pihak PT KAI sepertinya tidak ada upaya menangkap pelakunya.
Nurdin berjanji mengusulkan ke pimpinan dewan agar berkunjung ke PT KAI, karena tidak menutup kemungkinan yang menjadi korban pelecehan seksual adalah warga Jakarta. “Tangkap pelaku pelecehan seksual,” tandasnya.
Diyakini Nurdin pelecahan seksual bukan hanya terjadi pada kereta jurusan Tanah Abang – Rangkas Bitung saja. “Kereta jarak pendek dengan penumpang berjubel sangat rawan dengan pelecehan seksual,” sambungnya.
Nakum AR, Ketua Fraksi PDI-P DPRD DKI, melontarkan kritik keras terhadap manajemen kereta yang semakin hari dinilai kian amburadul. “Seharusnya ada perlindungan dong, terhadap penumpang wanita dari ancaman pelecehan seksual,” katanya.
Penilaian Nakum sejauh ini pihak PT KAI sepertinya tidak ada upaya menangkap pelaku pelecehan seksual. “Kami sering mendengar pelecahan seksual sudah sering terjadi, tapi ya didiamkan saja,” sambungnya.
Persoalan kejahatan di kereta , lanjut Nakum, sebenarnya bukan hanya menyangkut pelecehan seksual semata. Misalnya, pencopetan dan pejambretan juga banyak terjadi.[poskota]