Pantas Mana , Gus Dur atau Soeharto !


Siapa yang pantas di jadikan pahlawan nasional ?

Siapa yang pantas di jadikan pahlawan nasional ?. Mungkin pertanyaan tersebut sekarang menjadi topik pembicaraan yang sedang hangat hangatnya. Sebagai pengingat kembali, kini para tokoh politik sedang sibuk menyiapkan pengajuan beberapa tokoh nasional Indonesia yaitu Soeharto (di ajukan oleh partai Golkar) dan yang belum lama ini telah tiada Abdurrahman Wahid atau yang di kenal dengan Gus Dur (di ajukan oleh partai PKB) untuk di jadikan sebagai pahlawan nasional. Pengajuan ini di lakukan katanya agar penerus bangsa kita bisa lebih menghormati jasa jasa tokoh tokoh nasional sebelumnya.

Namun “drama” pengajuan tokoh tokoh nasional tersebut terkesan hanya bersifat politis saja. Seolah olah tiap partai saling berlomba menunjukkan bahwa tokoh dari partainya lah yang berhak menerima gelar pahlawan nasional.

Memang pengajuan Soeharto sebagai pahlawan nasional jauh hari sudah di lakukan sebelum pengajuan Gus Dur. Namun entah kenapa pengajuan tersebut tidak ada proses kelanjutannya. Nah sekarang Partai Golkar kembali mengajukan Soeharto untuk di jadikan pahlawan nasional…mumpung…Adanya isu Gus Dur yang juga ingin di jadikan sebagai pahlawan nasional.
Dukungan terhadap PKB sekarang memang lebih besar dari pada Golkar, Partai besar lainnya seperti PDIP juga mendukung PKB dalam pengajuan Gus Dur sebagai pahlawan nasional.
Lalu seberapakah pentingkah sebuah gelar pahlawan nasional, toh yang Si di beri gelar tidak dapat merasakan apa apa.

Memang sejarah negara termasuk tokoh tokoh di dalamnya perlu di ingat dan di pelajari oleh penerus bangsanya, agar bisa di jadikan sebagai inspirator dalam membawa negaranya ke kondisi yang lebih baik. Oleh karena itu sejak kecil kita sudah di berikan pendidikan mengenai sejarah Indonesia dari masa kerajaan sampai masa kemerdekaan. Pemberian label pahlawan nasional bertujuan untuk menghormati perjuangan dan jasanya terhadap negara ini. Namun jangan salah, label pahlawan nasional merupakan wujud penilaian semua lapisan masyarakat, bukan penilaian partai, bukan penilaian golongan tertentu atau golongan minoritas. Sehingga perlu kehatian hatian dalam memberikan label pahlawan nasional.

Lalu bagaimana jalan keluarnya, tidak lain tidak bukan buka sejarah selebar lebarnya, seluas luasnya, sedalam dalamnya dan yang terpenting sejujur jurnya. Sebab banyak sejarah kita yang di tulis tidak dalam kondisi sepenuhnya atau hanya menggunakan satu pandangan saja.
Seperti sejarah Gajah Mada, kita hanya mengetahuinya sebagai pemersatu dan pencetus Nusantara. Namun bagi daerah lain Gajah Mada di anggap tidak lebih dari seorang penjajah. Begitu juga dengan kisah Tan Malaka.

Setelah semuanya itu terbuka lebar, jelas dan apa adanya. Biar masyarakat yang menilai, sehingga ada proses pendewasaan untuk masyarakat kita. Yang selama ini di kenal gemar menggunakan tren yang bernama “ikut ikutan”.
Seperti yang sering di katakana oleh Gus Dur semasa hidupnya “Gitu aja repot…”
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Belajar Bahasa Inggris