SURYA/SUDHARMA ADI
Bambang (40) warga Desa Mulyoagung, Kecamatan Kota , Kabupaten Bojonegero rela menato wajahnya demi diterima menjadi pegawai negeri sipil (PNS).
Entah ingin membuat resah warga Bojonegoro atau sekadar iseng, penipuan berkedok mencari calon PNS di lingkungan Pemkab terjadi di Kota Ledre. Yang mungkin unik dan membingungkan warga, penipuan ini tak mengambil materi dari korban, tetapi malah menato wajah korban hingga bekas tato tak bisa dihilangkan.
Kedua orang yang menjadi korban penipuan ini adalah Bambang (40), warga Desa Mulyoagung, Kecamatan Kota, dan Nanang (30), warga Desa Kalirejo, Kecamatan Kapas. Peristiwa itu bermula ketika Kepala Desa Mulyoagung Sawiyono mendapatkan SMS dari nomor ponsel seorang yang mengaku sebagai Asisten I (bidang pemerintahan) Pemkab Kamsuni. Setelah mendapat SMS, tak berapa lama kemudian orang itu lalu menelepon Sawiyono. SMS ataupun telepon itu pada intinya meminta bantuan Sawiyono untuk mencarikan sekitar delapan orang yang mau menjadi PNS di Pemkab Bojonegoro.
Tak tanggung-tanggung, penipu itu meminta orang yang mau bertugas sebagai intel di lingkup PNS Bojonegoro. Karena itu, orang tersebut butuh orang yang sesuai dengan kriteria sebagai intel, yaitu badan harus tinggi dan harus mau ditato.
Selama berkomunikasi, orang itu menggunakan nomor ponsel 081391132xxx. “Waktu itu saya ditelepon seseorang yang mengaku sebagai Pak Kamsuni. Karena memang mengira sebagai Pak Kamsuni, saya percaya saja,” tutur Sawiyono kepada Surya di Mapolsek Kota, Bojonegoro.
Dia juga mengaku, rasa percaya kepada seseorang di ponsel itu tak hanya pada bujuk rayuan, tetapi juga adanya pengaruh "ilmu" tertentu yang dirasakannya saat penipu itu menelepon. “Entah mengapa kok saya percaya begitu saja sama orang itu. Saya juga merasa setengah sadar saat mengikuti petunjuk dari orang itu,” tandasnya.
Penipu yang mencatut nama Asisten I Pemkab Bojonegoro itu tak hanya menghubungi dia satu-dua kali saja, tetapi hampir setiap 5-10 menit. Saat menghubungi, biasanya penipu itu menanyakan apakah Sawiyono sudah mendapatkan calon PNS atau belum. Selain itu, penipu itu juga memberi petunjuk apa yang harus dilakukan Sawiyono setelah mendapatkan calon PNS.
“Awalnya saya sempat bingung, siapa kira-kira yang mau menjadi PNS di Bojonegoro. Lalu, saya ajaklah dua orang yang kebetulan saya kenal, yaitu Bambang dan Nanang. Kalau untuk Bambang, saya kenal dekat karena dia menjadi Kaur Keuangan di Desa Mulyoagung,” paparnya.
Setelah mendapatkan dua orang, Sawiyono kembali ditelepon penipu itu. Setelah diberitahu jika ada dua orang yang mau jadi PNS, penipu itu lalu meminta Sawiyono membawa dua orang itu ke tukang tato yang cukup terkenal, yakni milik Abdul Wahid, Perumahan BTN Ngumpak Dalem, Kecamatan Dander. Dia langsung membawa Bambang ke tukang tato itu pada Jumat (10/10), sedangkan Nanang, setelah dikontak Sawiyono, dia segera menuju tempat tato itu.
“Saat ke tempat itu saya sering dipandu oleh orang itu menurut saja karena setengah sadar,” ujarnya.
Setelah menato dua orang itu, dia lalu kembali ke rumah. Kemudian, pada Jumat sekitar pukul 19.00, dia ikut tahlilan di tempat tetangga. Baru dari situ, pikirannya terbuka dan mulai sadar bahwa dia ditipu. “Saya lalu sadar, mengapa saya tak mengecek apa memang benar itu Asisten I atau bukan. Setelah memberi tahu kepada Camat (Subadri), baru saya tahu bahwa itu bukan nomor Pak Kamsuni. Saya lalu bilang ke Bambang dan Nanang bahwa itu tipuan,” ujarnya.
Ketika ditemui Surya di rumahnya, seorang korban, Bambang, mengaku jika dirinya sempat diberitahu Sawiyono jika butuh calon PNS. Saat dia berada di sawah, Sawiyono menghampiri dan mengajak menjadi PNS. “Memang saya tak berambisi jadi PNS. Namun, kalau memang ada kesempatan, tentu saja saya mau menjadi PNS di bagian intel,” katanya.
Ia mengakui, saat didatangi Sawiyono dan mengajaknya menjadi PNS, tanpa berpikir panjang dia langsung menyanggupinya. Dia juga tak berpikir terkait keinginan penipu itu yang mengharuskan menato wajah sebagai syarat agar masuk sebagai PNS di bagian intel. “Waktu itu saya juga setengah sadar sewaktu wajah saya ditato. Saya baru sadar bahwa itu semua tipuan pada Jumat malam. Tahu wajah saya ditato saya jadi syok dan menangis,” ujarnya.
Setelah hal ini, dia tak tahu harus berbuat apa untuk menghilangkan bekas tato yang menghias wajahnya. Pasalnya, tato yang ada di wajahnya adalah tato permanen yang sulit dibersihkan. “Saya belum tahu mau berbuat apa. Mungkin juga saya mau menuntut Kades agar menghilangkan tato di wajah saya ini,” tuturnya.
Kapolsek Kota, Bojonegoro, AKP Supriyono mengaku telah menerima laporan dari Kades Mulyoagung beserta dua korban penipuan PNS itu. Karena itu, pihaknya berjanji akan secepat mungkin menyelidiki kasus unik ini. Pasalnya, di Jatim, kasus penipuan ini yang ketiga kalinya. Yang pertama dan kedua terjadi di Ponorogo dan Jombang.
“Kami juga akan berkoordinasi dengan operator telepon untuk mengecek identitas penelepon itu. Pasalnya, saat nomor itu kami hubungi, nomornya aktif, tetapi tak diangkat,” pungkasnya.
kompas