Geng Nyik Nyik yang beranggota segerombolan siswi brutal ternyata bukan barang baru di SMAN 1 Gondang Kabupaten Tulungagung. Seorang alumnus sekolah itu mengungkapkan cikal bakal geng itu sudah bercokol sejak 2005. Rizki, alumnus itu, menuturkan, saat ia lulus dari SMAN 1 Gondang pada 2005, sudah ada geng yang gemar berkelahi, berbuat onar dan melakukan kekerasan terhadap adik kelasnya. Namun, beda dengan sekarang, waktu itu anggota geng bukan cuma perempuan, tetapi juga laki-laki. ”Kalau sekarang anggotanya cewek-cewek,” kata Rizki saat ditemui Surya.
Dituturkannya, selalu saja ada keoranan yang dilakukan geng ini. Tetapi paling banyak adalah mengincar adik kelas. Geng yang sebagian besar anggotanya siswa kelas III, sebagian lagi kelas II, kerap minta uang kepada adik kelasnya secara paksa atau melakukan 'titah' ketua geng. ”Kalau tidak dituruti pasti dikeroyok,” katanya.
Perihal nama Nyik Nyik, seorang siswa kelas I, sebut saja namanya Reno, diambil dari julukan sang pemimpin geng, yaitu Prs, siswa III warga Desa Kedungwaru. Di geng ini ada juga pemimpin kelas II yang 'dijabat' tiga orang, yaitu Jvt, Ppt dan Lli.
Reno mengaku pernah menyaksikan pengoyokan oleh Geng Nyik Nyik. “Waktu itu ada pertengkaran mulut antara Jvt dengan siswa kelas I. Namun saat mengeroyok langsung dikerubuti siswa lainnya,” ungkap Reno.
Secara fisik, kata Reno, susah membedakan anggota geng ini dengan siswa yang tidak terlibat, karena mereka tidak mengenakan tanda-tanda khusus. Namun, hampir bisa dipastikan geng ini selalu bergerombol untuk kegiatan apa pun di luar kelas, baik itu makan di kantin ketika istirahat atau kabur dari kelas alias membolos.
Soal kekompakan, Geng Nyik Nyik tidak perlu diragukan. Seorang anggota geng yang melanggar aturan sekolah tidak perlu terlalu khawatir karena teman-temannya pasti akan melindungi. ”Jadi kalau ada yang dimarahi guru, yang lainnya membela supaya tidak dihukum,” ceritanya.
Aksi kekerasan itu bukannya tanpa jejak. Saat ini beredar rekaman video soal penamparan oleh Jvt terhadap seorang siswa kelas I, yaitu Vt, pada 15 Oktober 2008. Rekaman yang dibuat menggunakan kamera ponsel dan berdurasi 2 menit 28 detik itu terlihat jelas bagaimana tangan Jvt menggampar wajah Vt. Dalam rekaman lain yang berdurasi 59 detik, Jvt memelonco seorang siswi kelas I.
Sebenarnya petugas Polsek Gondang dan Polres Tulungagung, langsung mendatangi sekolah dan melakukan pengumpulan informasi. Namun karena sedang ada ulangan, para polisi itu hanya sebentar di sana, lalu pergi. Kapolsek Gondang, AKP Mujiharto kepada wartawan mengatakan, hasil penyelidikannya menyimpulkan Geng Nyik Nyik tidak pernah ada.
”Dan itu juga bukan aksi kekerasan seperti Geng Nero yang ramai diberitakan di Jawa Tengah,” kata Mujiharto.
Menurutnya, insiden yang terjadi hanya perkelahian antarsiswa dan itu sudah diselesaikan secara kekeluargaan oleh sekolah. Di hadapan para orangtua yang didatangkan ke sekolah, para siswa yang terlibat diminta membuat surat pernyataan tidak akan mengulangi perkelahian itu.
Kasat Reskrim Polres Tulungagung, AKP Slamet Riadi mengungkapkan hal yang sama. Menurutnya, Geng Nyik-Nyik tidak ada. Ia malah menyalahkan wartawan yang dianggapnya membesar-besarkan persoalan. “Itu kan bisa-bisanya wartawan saja, buktinya geng itu tidak ada,” tegasnya sambil meninggalkan sekolah SMAN I Gondang.
Diberitakan sebelumnya, kasus mirip Geng Nero di Pati Jawa Tengah itu terungkap ketika dua siswi kelas I, Oi dan Vt, mengadu ke orangtua mereka bahwa telah menjadi korban aksi kekerasan Geng Nyik Nyik. Orangtua kedua korban itu kemudian mendatangi sekolah dan minta membubarkan aktivitas Geng Nyik Nyik atau melapor polisi. “Saya tidak tahan lagi diperlakukan kasar, karena itu saya lapor ke orang tua,” ujar Oi pada wartawan.
Sebagai bukti, Oi menunjukkan rekaman penamparan di kamar mandi sekolah itu. “Ada teman yang diam-diam merekam aksi ini, dan menjadi bukti di sekolah ini ada sekelompok siswi yang kerap melakukan kekerasan,” paparnya.
Ketua Komisi A DPRD Kabupaten Tulungagung, Imam Turmudzi, berbeda pendapat dengan polisi. Ia malah minta polisi mengusut tuntas aksi kekerasan yang mencoreng dunia pendidikan daerah itu. “Harus diusut sampai tuntas, jangan ditutup-tutupi. Ini menjadi tugas dinas terkait dan kepolisian. Sekolah harus membuka diri,” ujarnya
Menurut politisi PKB ini, seorang pelajar tidak pantas bertingkah seperti preman. ”Kalau memang masih bisa dibina, ya dibina lah dengan baik. Kalau tidak, hukum yang bicara. Dinas pendidikan harus bertanggung jawab juga,” katanya.
Surya Online
Dituturkannya, selalu saja ada keoranan yang dilakukan geng ini. Tetapi paling banyak adalah mengincar adik kelas. Geng yang sebagian besar anggotanya siswa kelas III, sebagian lagi kelas II, kerap minta uang kepada adik kelasnya secara paksa atau melakukan 'titah' ketua geng. ”Kalau tidak dituruti pasti dikeroyok,” katanya.
Perihal nama Nyik Nyik, seorang siswa kelas I, sebut saja namanya Reno, diambil dari julukan sang pemimpin geng, yaitu Prs, siswa III warga Desa Kedungwaru. Di geng ini ada juga pemimpin kelas II yang 'dijabat' tiga orang, yaitu Jvt, Ppt dan Lli.
Reno mengaku pernah menyaksikan pengoyokan oleh Geng Nyik Nyik. “Waktu itu ada pertengkaran mulut antara Jvt dengan siswa kelas I. Namun saat mengeroyok langsung dikerubuti siswa lainnya,” ungkap Reno.
Secara fisik, kata Reno, susah membedakan anggota geng ini dengan siswa yang tidak terlibat, karena mereka tidak mengenakan tanda-tanda khusus. Namun, hampir bisa dipastikan geng ini selalu bergerombol untuk kegiatan apa pun di luar kelas, baik itu makan di kantin ketika istirahat atau kabur dari kelas alias membolos.
Soal kekompakan, Geng Nyik Nyik tidak perlu diragukan. Seorang anggota geng yang melanggar aturan sekolah tidak perlu terlalu khawatir karena teman-temannya pasti akan melindungi. ”Jadi kalau ada yang dimarahi guru, yang lainnya membela supaya tidak dihukum,” ceritanya.
Aksi kekerasan itu bukannya tanpa jejak. Saat ini beredar rekaman video soal penamparan oleh Jvt terhadap seorang siswa kelas I, yaitu Vt, pada 15 Oktober 2008. Rekaman yang dibuat menggunakan kamera ponsel dan berdurasi 2 menit 28 detik itu terlihat jelas bagaimana tangan Jvt menggampar wajah Vt. Dalam rekaman lain yang berdurasi 59 detik, Jvt memelonco seorang siswi kelas I.
Sebenarnya petugas Polsek Gondang dan Polres Tulungagung, langsung mendatangi sekolah dan melakukan pengumpulan informasi. Namun karena sedang ada ulangan, para polisi itu hanya sebentar di sana, lalu pergi. Kapolsek Gondang, AKP Mujiharto kepada wartawan mengatakan, hasil penyelidikannya menyimpulkan Geng Nyik Nyik tidak pernah ada.
”Dan itu juga bukan aksi kekerasan seperti Geng Nero yang ramai diberitakan di Jawa Tengah,” kata Mujiharto.
Menurutnya, insiden yang terjadi hanya perkelahian antarsiswa dan itu sudah diselesaikan secara kekeluargaan oleh sekolah. Di hadapan para orangtua yang didatangkan ke sekolah, para siswa yang terlibat diminta membuat surat pernyataan tidak akan mengulangi perkelahian itu.
Kasat Reskrim Polres Tulungagung, AKP Slamet Riadi mengungkapkan hal yang sama. Menurutnya, Geng Nyik-Nyik tidak ada. Ia malah menyalahkan wartawan yang dianggapnya membesar-besarkan persoalan. “Itu kan bisa-bisanya wartawan saja, buktinya geng itu tidak ada,” tegasnya sambil meninggalkan sekolah SMAN I Gondang.
Diberitakan sebelumnya, kasus mirip Geng Nero di Pati Jawa Tengah itu terungkap ketika dua siswi kelas I, Oi dan Vt, mengadu ke orangtua mereka bahwa telah menjadi korban aksi kekerasan Geng Nyik Nyik. Orangtua kedua korban itu kemudian mendatangi sekolah dan minta membubarkan aktivitas Geng Nyik Nyik atau melapor polisi. “Saya tidak tahan lagi diperlakukan kasar, karena itu saya lapor ke orang tua,” ujar Oi pada wartawan.
Sebagai bukti, Oi menunjukkan rekaman penamparan di kamar mandi sekolah itu. “Ada teman yang diam-diam merekam aksi ini, dan menjadi bukti di sekolah ini ada sekelompok siswi yang kerap melakukan kekerasan,” paparnya.
Ketua Komisi A DPRD Kabupaten Tulungagung, Imam Turmudzi, berbeda pendapat dengan polisi. Ia malah minta polisi mengusut tuntas aksi kekerasan yang mencoreng dunia pendidikan daerah itu. “Harus diusut sampai tuntas, jangan ditutup-tutupi. Ini menjadi tugas dinas terkait dan kepolisian. Sekolah harus membuka diri,” ujarnya
Menurut politisi PKB ini, seorang pelajar tidak pantas bertingkah seperti preman. ”Kalau memang masih bisa dibina, ya dibina lah dengan baik. Kalau tidak, hukum yang bicara. Dinas pendidikan harus bertanggung jawab juga,” katanya.
Surya Online