Pemahaman atas konsep dan definisi anak sangat bervariasi di antara semua kategori partisipan anak-anak dan dewasa. Mayoritas partisipan anak menghadapi kesulitan dalam memahami konsep “anak” sebagaimana didefinisikan oleh Konvensi Hak-Hak Anak Perserikatan Bangsa-Bangsa dan mendefinisikan anak sebagai keturunan ibunya, sebagai manusia yang harus dirawat.
“Anak yang dilacurkan” didefinisikan oleh anak-anak sebagai berikut: seseorang yang bekerja melayani lelaki, seseorang yang dirusak/dijerumuskan (lead ashtray) oleh kawan-kawannya, seseorang yang masuk dalam pergaulan buruk, seseorang yang bebas yang dapat menghasilkan uang sendiri dan membiayai dirinya sendiri, seseorang yang kurang kasih sayang dan perhatian, seseorang yang masuk dalam penderitaan karena orangtua yang tidak bertanggung jawab, seorang pendosa, seorang yang telah tersasar ke jalan yang sesat, atau seseorang yang mencari uang dengan cara yang tidak halal (dapat diterima).
Faktor penyebab yang mendorong anak-anak jatuh menjadi korban pelacuran sangat erat terkait dengan pendidikan yang diberikan oleh keluarganya, yang membentuk pola perilaku seseorang. Ketidakmampuan suatu keluarga untuk melakukan fungsi-fungsi/tugas yang seharusnya mereka penuh, khususnya tugas atau fungsi memberikan perlindungan dan kasih saying, serta pendidikan dan sosialisasi anak, mungkin berakibat pada pemaksaan anak untuk masuk ke dalam jurang pelacuran. Sistem sosio-kultural yang berlaku pada mayoritas rakyat Indonesia sangat berkaitan dengan ketidak-setaraan gender dan berbagai bentuk ketidakadilan yang menimpa wanita. Ketidakadilan semacam itu diwujudkan dalam marginalisasi, subordinasi dan pemberian stereotype/cap wanita.
Faktor-faktor yang memberikan kontribusi dan mendorong masuknya anak-anak ke dalam dunia pelacuran, meliputi:
• Tradisi kawin usia muda dan mudahnya perceraian.
• Kuatnya kepercayaan di daerah tertentu bahwa berhubungan seks dengan anak yang masih perawan dapat membuat laki-laki awet muda dan meningkat kejantanannya.
• Fenomena migrasi desa-kota yang dilakukan oleh tenaga kerja tak terdidik.
• Gaya hidup perkotaan yang konsumtif.
• Hidup yang hanya memikirkan saat ini saja tanpa memikirkan masa depan.
Penyebab utama anak-anak jatuh ke dunia pelacuran yang diidentifikasi oleh anak adalah masalah-masalah ekonomi. Penyebab lainnya termasuk di antaranya rumah tangga yang tidak harmonis, keinginan untuk memperoleh uang secara cepat, pengaruh teman-teman, masalah-masalah dengan pacarya, faktor-faktor sosial, dan kebutuhan seks/biologi.
“Anak yang dilacurkan” didefinisikan oleh anak-anak sebagai berikut: seseorang yang bekerja melayani lelaki, seseorang yang dirusak/dijerumuskan (lead ashtray) oleh kawan-kawannya, seseorang yang masuk dalam pergaulan buruk, seseorang yang bebas yang dapat menghasilkan uang sendiri dan membiayai dirinya sendiri, seseorang yang kurang kasih sayang dan perhatian, seseorang yang masuk dalam penderitaan karena orangtua yang tidak bertanggung jawab, seorang pendosa, seorang yang telah tersasar ke jalan yang sesat, atau seseorang yang mencari uang dengan cara yang tidak halal (dapat diterima).
Faktor penyebab yang mendorong anak-anak jatuh menjadi korban pelacuran sangat erat terkait dengan pendidikan yang diberikan oleh keluarganya, yang membentuk pola perilaku seseorang. Ketidakmampuan suatu keluarga untuk melakukan fungsi-fungsi/tugas yang seharusnya mereka penuh, khususnya tugas atau fungsi memberikan perlindungan dan kasih saying, serta pendidikan dan sosialisasi anak, mungkin berakibat pada pemaksaan anak untuk masuk ke dalam jurang pelacuran. Sistem sosio-kultural yang berlaku pada mayoritas rakyat Indonesia sangat berkaitan dengan ketidak-setaraan gender dan berbagai bentuk ketidakadilan yang menimpa wanita. Ketidakadilan semacam itu diwujudkan dalam marginalisasi, subordinasi dan pemberian stereotype/cap wanita.
Faktor-faktor yang memberikan kontribusi dan mendorong masuknya anak-anak ke dalam dunia pelacuran, meliputi:
• Tradisi kawin usia muda dan mudahnya perceraian.
• Kuatnya kepercayaan di daerah tertentu bahwa berhubungan seks dengan anak yang masih perawan dapat membuat laki-laki awet muda dan meningkat kejantanannya.
• Fenomena migrasi desa-kota yang dilakukan oleh tenaga kerja tak terdidik.
• Gaya hidup perkotaan yang konsumtif.
• Hidup yang hanya memikirkan saat ini saja tanpa memikirkan masa depan.
Penyebab utama anak-anak jatuh ke dunia pelacuran yang diidentifikasi oleh anak adalah masalah-masalah ekonomi. Penyebab lainnya termasuk di antaranya rumah tangga yang tidak harmonis, keinginan untuk memperoleh uang secara cepat, pengaruh teman-teman, masalah-masalah dengan pacarya, faktor-faktor sosial, dan kebutuhan seks/biologi.