Ajaran Eden—aliran kepercayaan baru yang bisa merasuki kejiwaan, mulai muncul di Kota Medan. Terbukti, seorang bocah yang diduga menjadi penganut aliran ini, kemarin (20/3) mencoba bunuh diri dengan melompat dari lantai III gedung sekolahnya.
Beruntung, Ashari—Kepala Sekolah (Kepsek) SMP Swasta Wahidin Sudiro Husodo di Jl.Yos Sudarso, Simpang Kantor, Kec. Medan Labuhan yang melihat aksi itu, melancarkan kebolehannya sebagai kiper.
Bak merangkul bola dari tendangan lawan, Ashari berhasil menangkap tubuh Yuco Saturnus (14) yang terjun bebas di depan orang ramai. Meski berhasil diselamatkan dari maut, warga perumahan Griya Marelan, Titipapan itu menderita patah di pergelangan kaki.
Informasi yang dihimpun POSMETRO MEDAN, sebelum meluluskan niatnya, Yuco terlebih dahulu meninggalkan surat wasiat di buku catatannya. Siswa yang duduk di bangku kelas unggulan III B itu pamit mau bunuh diri agar bisa masuk sorga.
Isi surat berbahasa Inggris yang ditulis tangan di buku catatan Yuco, kira-kira berbunyi :
“Selamat tinggal teman. Aku akan pergi ke surga. Semua orang membenci saya, termasuk orang dekat saya. Lebih baik saya mati dan pergi ke surga. Sebab di sana lebih enak. Dan saya akan bereinkarnasi dengan kehidupan yang lebih baik.”
Setelah menemukan catatan ini, barulah muncul pengakuan-pengakuan dari rekannya. Ternyata permintaan maaf dan pamitan, juga dikirimkan Yuco kepada rekan-rekannya melalui pesan singkat (SMS). Isinya nyaris sama dengan catatan di buku tadi.
Dibeberkan rekan-rekannya, seperti biasa pagi itu Yuco datang dengan menumpang angkutan bus sekolah. Dia dan rekan sekelasnya langsung naik ke ruang kelas di lantai III.
Sesuai jadwal, pagi itu siswa unggulan kelas III B akan melaksanakan mata pelajaran olahraga. Yuco yang menjabat ketua kelas, membiarkan rekan-rekannya turun ke lantai dasar.
Ditunggu-tunggu, bocah berdarah Tionghoa ini tak juga muncul. Kata empat siswa yang terakhir keluar dari ruangan, Yuco mereka lihat berdiri di depan kelas. “Dia tampak diam,” kata mereka.
Tiba-tiba para siswa yang sudah berada di lantai dasar, melihat Yuco sedang memanjat dinding lantai III. Dia mengambil posisi berbalik, dengan wajah ke arah kelas. Tak lama kedua tangan direntangkannya.
Melihat itu, para siswa di lantai satu berteriak. Mereka berusaha memberi peringatan pada Yuco agar tidak bertindak nekad. Tapi itu diabaikan. Yuco terjun bebas dengan kepala ke bawah.
Hanya berselang detik, Ashari sigap dan berlari menuju arah jatuhnya Yuco. Brukkk...mantan kipper kesebelasan PSP Bogor itu, merangkul Yuco dari hempasan ke lantai sekolah.
Kepala bocah Lisnawati itu boleh selamat dari benturan, tapi pergelangan kaki kirinya patah. Seketika itu juga, bocah itu diberi pertolongan medis. Karena kondisinya yang lumayan parah, Yuco dirujuk ke Rumah Sakit Deli untuk penanganan intensif.
Sementara itu para siswa di sana menuturkan, Yuco dikenal sebagai anak yang pendiam. Selain itu, dia juga diakui kepintarannya. “Kami nggak nyangka dia nekad kek gitu. Memang sebelumnya teman-teman di kirim SMS yang isinya aneh. Tapi sms itu sudah kami hapus. Soalnya kami fikir, gak mungkin Yuco berbuat kek gitu. Rupanya dia nekad juga. Kami sangat menyayangkannya,” ujar Andre (14) diamini para sohibnya.
Hal senada juga diutarakan Ashari. Karena peristiwa itu, barulah dia sadar dengan perubahan Yuco beberapa bulan terakhir. Bocah pintar itu belakangan selalu bertingkah aneh.
Salah satu kejanggalan sikapnya, Yuco selalu berbicara seolah ingin bunuh diri. Kalau bunuh diri, dia akan masuk surga. Katanya hal itu diajarkan Eden. “Dia juga sering melamun, selalu berbicara tentang Surga dan Eden. Teman-temannya pun heran dengan SMS yang dikirimnya,” ungkap Ashari yang masih terlihat shock dengan pertarungan maut itu.
Karena kondisi mentalnya tak stabil, pihak sekolah meminta agar kedua orang tua Yuco memeriksakannya ke tenaga ahli. “Kasihan anak itu. Dia pintar. Entah kenapa jiwanya jadi labil dan nekad berbuat kek gitu,” akhir Ashari. (posmetro-medan.com)
Beruntung, Ashari—Kepala Sekolah (Kepsek) SMP Swasta Wahidin Sudiro Husodo di Jl.Yos Sudarso, Simpang Kantor, Kec. Medan Labuhan yang melihat aksi itu, melancarkan kebolehannya sebagai kiper.
Bak merangkul bola dari tendangan lawan, Ashari berhasil menangkap tubuh Yuco Saturnus (14) yang terjun bebas di depan orang ramai. Meski berhasil diselamatkan dari maut, warga perumahan Griya Marelan, Titipapan itu menderita patah di pergelangan kaki.
Informasi yang dihimpun POSMETRO MEDAN, sebelum meluluskan niatnya, Yuco terlebih dahulu meninggalkan surat wasiat di buku catatannya. Siswa yang duduk di bangku kelas unggulan III B itu pamit mau bunuh diri agar bisa masuk sorga.
Isi surat berbahasa Inggris yang ditulis tangan di buku catatan Yuco, kira-kira berbunyi :
“Selamat tinggal teman. Aku akan pergi ke surga. Semua orang membenci saya, termasuk orang dekat saya. Lebih baik saya mati dan pergi ke surga. Sebab di sana lebih enak. Dan saya akan bereinkarnasi dengan kehidupan yang lebih baik.”
Setelah menemukan catatan ini, barulah muncul pengakuan-pengakuan dari rekannya. Ternyata permintaan maaf dan pamitan, juga dikirimkan Yuco kepada rekan-rekannya melalui pesan singkat (SMS). Isinya nyaris sama dengan catatan di buku tadi.
Dibeberkan rekan-rekannya, seperti biasa pagi itu Yuco datang dengan menumpang angkutan bus sekolah. Dia dan rekan sekelasnya langsung naik ke ruang kelas di lantai III.
Sesuai jadwal, pagi itu siswa unggulan kelas III B akan melaksanakan mata pelajaran olahraga. Yuco yang menjabat ketua kelas, membiarkan rekan-rekannya turun ke lantai dasar.
Ditunggu-tunggu, bocah berdarah Tionghoa ini tak juga muncul. Kata empat siswa yang terakhir keluar dari ruangan, Yuco mereka lihat berdiri di depan kelas. “Dia tampak diam,” kata mereka.
Tiba-tiba para siswa yang sudah berada di lantai dasar, melihat Yuco sedang memanjat dinding lantai III. Dia mengambil posisi berbalik, dengan wajah ke arah kelas. Tak lama kedua tangan direntangkannya.
Melihat itu, para siswa di lantai satu berteriak. Mereka berusaha memberi peringatan pada Yuco agar tidak bertindak nekad. Tapi itu diabaikan. Yuco terjun bebas dengan kepala ke bawah.
Hanya berselang detik, Ashari sigap dan berlari menuju arah jatuhnya Yuco. Brukkk...mantan kipper kesebelasan PSP Bogor itu, merangkul Yuco dari hempasan ke lantai sekolah.
Kepala bocah Lisnawati itu boleh selamat dari benturan, tapi pergelangan kaki kirinya patah. Seketika itu juga, bocah itu diberi pertolongan medis. Karena kondisinya yang lumayan parah, Yuco dirujuk ke Rumah Sakit Deli untuk penanganan intensif.
Sementara itu para siswa di sana menuturkan, Yuco dikenal sebagai anak yang pendiam. Selain itu, dia juga diakui kepintarannya. “Kami nggak nyangka dia nekad kek gitu. Memang sebelumnya teman-teman di kirim SMS yang isinya aneh. Tapi sms itu sudah kami hapus. Soalnya kami fikir, gak mungkin Yuco berbuat kek gitu. Rupanya dia nekad juga. Kami sangat menyayangkannya,” ujar Andre (14) diamini para sohibnya.
Hal senada juga diutarakan Ashari. Karena peristiwa itu, barulah dia sadar dengan perubahan Yuco beberapa bulan terakhir. Bocah pintar itu belakangan selalu bertingkah aneh.
Salah satu kejanggalan sikapnya, Yuco selalu berbicara seolah ingin bunuh diri. Kalau bunuh diri, dia akan masuk surga. Katanya hal itu diajarkan Eden. “Dia juga sering melamun, selalu berbicara tentang Surga dan Eden. Teman-temannya pun heran dengan SMS yang dikirimnya,” ungkap Ashari yang masih terlihat shock dengan pertarungan maut itu.
Karena kondisi mentalnya tak stabil, pihak sekolah meminta agar kedua orang tua Yuco memeriksakannya ke tenaga ahli. “Kasihan anak itu. Dia pintar. Entah kenapa jiwanya jadi labil dan nekad berbuat kek gitu,” akhir Ashari. (posmetro-medan.com)