Kasus penembakan Direktur PT Putra Rajawali Banjaran (PRB) Nasrudin Zulkarnaen merupakan upaya mengalihkan perhatian atas rencana Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) mengusut kasus dugaan korupsi yang dilakukan Komisi Pemilihan Umum (KPU).
Pengamat militer dari Solo MT Arifin mengatakan bahwa penembakan bos PT PRB itu tidak sekedar dilatarbelakangi permasalahan asmara segitiga yang melibatkan pula nama Ketua KPK Antasari Azhar.
“Ini bukan sekedar asmara segitiga, ada skenario lebih besar, karena rencana KPK memeriksa dugaan kasus korupsi di KPU,” ujarnya kepada bisnis.com, kemarin.
Apalagi, jelas dia, Nasrudin dianggap memiliki sejumlah informasi kuat terkait berbagai dugaan kasus korupsi di berbagai lembaga.
Dia melihat penahanan Antasari Azhar sebagai tersangka kasus ini, melibatkan unsur kekuasaan yang lebih tinggi.
“Kalau yang memerintahkan melakukan penahanan cuma setingkat menteri tidak mungkin,” ungkapnya.
Lebih lanjut, dia menyatakan, meletupnya kasus tersebut hanya sebagai upaya mengalihkan perhatian publik.
Terlebih, dia menuturkan kejadiannya berbarengan dengan berlangsungnya pesta demokrasi di dalam negeri, sehingga berbagai spekulasi yang berkembang sangat rentan dengan peta pergeseran kekuasaan dalam negeri.
MT Arifin juga melihat nama Antasari Azhar hanya sebagai korban dari konspirasi politik kelas kakap yang didesain oleh petinggi di tingkat pusat.
Selain itu, dia melihat pernyataan melalui berbagai media yang dilontarkan anggota tim advokasi keluarga Nasrduin Boyamin Saiman sangat tidak proporsional.
“Kewenangannya sudah melebih penyidik, sedangkan posisi dia sebagai tim advokasi keluarga. Ini jelas provokatif karena menyudutkan satu pihak,” pungkasnya.
Sumber : bisnis.com
Pengamat militer dari Solo MT Arifin mengatakan bahwa penembakan bos PT PRB itu tidak sekedar dilatarbelakangi permasalahan asmara segitiga yang melibatkan pula nama Ketua KPK Antasari Azhar.
“Ini bukan sekedar asmara segitiga, ada skenario lebih besar, karena rencana KPK memeriksa dugaan kasus korupsi di KPU,” ujarnya kepada bisnis.com, kemarin.
Apalagi, jelas dia, Nasrudin dianggap memiliki sejumlah informasi kuat terkait berbagai dugaan kasus korupsi di berbagai lembaga.
Dia melihat penahanan Antasari Azhar sebagai tersangka kasus ini, melibatkan unsur kekuasaan yang lebih tinggi.
“Kalau yang memerintahkan melakukan penahanan cuma setingkat menteri tidak mungkin,” ungkapnya.
Lebih lanjut, dia menyatakan, meletupnya kasus tersebut hanya sebagai upaya mengalihkan perhatian publik.
Terlebih, dia menuturkan kejadiannya berbarengan dengan berlangsungnya pesta demokrasi di dalam negeri, sehingga berbagai spekulasi yang berkembang sangat rentan dengan peta pergeseran kekuasaan dalam negeri.
MT Arifin juga melihat nama Antasari Azhar hanya sebagai korban dari konspirasi politik kelas kakap yang didesain oleh petinggi di tingkat pusat.
Selain itu, dia melihat pernyataan melalui berbagai media yang dilontarkan anggota tim advokasi keluarga Nasrduin Boyamin Saiman sangat tidak proporsional.
“Kewenangannya sudah melebih penyidik, sedangkan posisi dia sebagai tim advokasi keluarga. Ini jelas provokatif karena menyudutkan satu pihak,” pungkasnya.
Sumber : bisnis.com