Tidak mudah menjadi seorang transgender. Banyak tantangan yang harus mereka hadapi. Bukan hanya tantangan dari keluarga, melainkan juga masyarakat. Namun, di tengah penolakan dan cibiran yang datang, mereka mampu eksis, bahkan sukses di bidangnya.
Sosok tinggi semampai itu berjalan di tengah lalu lalang pengunjung Surabaya Town Square (Sutos). Gerak tubuhnya tak berbeda dengan gerak-gerik seorang perempuan. Begitu pula gaya bicaranya. Mungkin orang mengira sosok itu perempuan tulen. Padahal, dia seorang waria (wanita di tubuh pria).
"Maaf nunggu, habis brifing," sapa Pauline Agusta ketika ditemui Jawa Pos di sebuah kedai kopi Kamis siang lalu (14/5).
Dengan kaus turtle neck cokelat berlengan pendek plus celana jins, waria 43 tahun itu tampak sangat merawat tubuh. "Namanya juga bergerak di dunia hiburan," tuturnya sembari tersenyum.
Dengan tinggi 175 cm dan berat 60 kg, bisa dibilang Pauline punya tubuh "ideal" sebagai seorang model. "Dulu lebih kurus lagi. Sekarang mungkin sudah tua. Jadi, rasanya agak gemuk. Padahal, saya sudah jaga makan lho," lanjut waria asli Surabaya tersebut.
Pauline sangat peduli dengan penampilan tubuh karena pekerjaan di dunia hiburan menuntut harus begitu. Dia pimpinan Plastic Show, grup penghibur beranggota sepuluh waria. Mereka bisa tampil lip-sync serta menjadi penari, penyanyi, atau komedian. Komplet.
Jika ramai, mereka bisa manggung dua kali dalam sepekan. Bukan hanya dalam kota, mereka juga sering dapat job di luar kota. Plastic Show sudah hampir sembilan tahun berkiprah. Awalnya, grup tersebut beranggota empat orang. Kini anggotanya bertambah menjadi 12 orang, termasuk dua pria kru bagian perlengkapan.
Waria yang terlahir dengan nama Paulus Mario itu mendirikan grup penghibur tersebut semata-mata untuk mengajak kawan-kawannya sesama waria mencari nafkah tanpa harus turun ke jalan.
Sebelum mendirikan Plastic Show, Pauline memang berpengalaman tampil di dunia hiburan semacam itu. Dia alumnus Apple Dolls. Selama sepuluh tahun Pauline menjadi anggota kelompok penghibur yang dipimpin Jane Budiyanto tersebut. Dia keluar dari Apple Dolls pada awal 2000 dan mendirikan grup sendiri, yang kemudian dinamai Plastic Show.
Berkat ketekunan, kegigihan, dan relasi yang banyak, Pauline dkk melangkah pasti. Order tampil berdatangan silih berganti. Mulai acara ulang tahun, pembukaan gerai, hingga pesta pernikahan. Mereka menunjukkan profesionalitas sebagai kelompok penghibur.
Intensitas tampil tersebut otomatis menuntut tambahan personel, bukan hanya pelakon, tapi juga anggota pendukung kelompok. Misalnya perancang kostum beserta aksesori. Hebatnya, tanpa diundang, waria yang ingin bergabung berdatangan melamar. Tapi, Pauline tak mau sembarangan memilih anggota baru. Dia harus menyeleksi dengan ketat.
Syarat utama bagi calon anggotanya tentu saja menyangkut kondisi fisik. Pauline hanya mau menerima waria dengan tinggi di atas 170 cm. Selain itu, posturnya harus mirip perempuan tulen. "Dadanya tidak boleh bidang seperti cowok," terangnya.
Selain itu, calon anggota harus bebas dari tindak kejahatan. Jika semua beres, sangat mungkin yang bersangkutan diterima menjadi anggota Plastic Show. Memang, dalam perjalanan, anggota Plastic Show kerap berganti, tapi bukan karena ada masalah. Umumnya, yang keluar ingin mandiri dan mendirikan grup serupa di kota lain. "Rata-rata sih kerasan. Tapi, karena anggota tersebut pindah ke kota lain, mereka keluar dan mendirikan grup di kotanya," ucap waria dengan potongan rambut pendek itu.
***
Selama ini Plastic Show menerima order untuk tampil pada acara pernikahan atau gathering perusahaan. Jenis pertunjukan yang ditampilkan sesuai dengan permintaan yang punya gawe, tidak selalu berbentuk kabaret. Tidak jarang mereka dapat job sebagai MC atau model fashion show.
Paling sering, mereka menari dengan lagu-lagu asing. Misalnya lagu-lagu Spanyol yang rancak atau soundtrack telenovela yang pernah ngetop, Marimar. Tidak jarang pula mereka meniru aksi para bintang, seperti Beyonce Knowles dalam akting di film Dreamgirls.
Sekali sebulan, mereka berkumpul dan melatih gerakan baru. Setiap kali ada undangan, mereka butuh waktu dua hari untuk persiapan. Setiap gerakan, kostum, hingga perlengkapan manggung dipersiapkan sendiri oleh Pauline. "Hampir semua kami bikin sendiri. Kami punya penjahit sendiri sih. Jadi, tidak perlu beli," jelasnya.
Saat beraksi di panggung, ada banyak aturan yang diterapkan oleh Pauline kepada anak buahnya. Salah satunya, mereka tidak boleh bercanda berlebihan. Penampilannya juga tidak boleh terlalu terbuka. "Biar ada beda antara kami dengan yang lain," tutur waria kelahiran Surabaya, 15 Agustus 1966, tersebut.
Soal tarif, Pauline mematok Rp 2,5 juta sampai Rp 7 juta. "Itu kalau turun semua, termasuk saya. Juga bergantung yang ditampilkan di panggung," ungkap dia.
Pauline memang tidak mau mencampuri kehidupan pribadi anak buahnya. Tapi, dia selalu berpesan agar anggota Plastic Show tidak terlibat di dunia malam. "Selama ini sih aman-aman saja. Soalnya, kami mainnya sering di acara pernikahan. Jadi, sore sudah selesai. Kalau di tempat dugem, jarang. Biasanya, habis tampil, capek lalu pulang," imbuhnya.
Selama 20 tahun menjalani hidup di dunia hiburan, Pauline menyatakan belum pernah mendapatkan perlakuan yang melecehkan dirinya atau kaumnya, selayaknya masyarakat memperlakukan kaum waria. "Nggak ada yang aneh-aneh kok. Mungkin masyarakat sudah maklum. Namanya juga waria," tambah dia.