Direktur PT Putra Rajawali Banjaran, Nasrudin Zulkarnaen, dihabisi secara terencana. Pembunuhan ini diduga melibatkan sembilan orang. Satu di antara tersangka itu, menurut versi polisi, adalah Antasari Azhar, Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang kini dinonaktifkan.
Bahkan Antasari disangka sebagai aktor intelektual di balik pembunuhan itu, sehingga dijebloskan di kamar tahanan Polda Metro Jaya, Senin lalu. Tiga hari sebelum ditahan, Antasari masih menerima teman sejawatnya sesama pimpinan KPK di kediamannya, di Perumahan Giriloka 2, Bumi Serpong Damai, Tangerang, Banten.
Pada hari itu, puluhan wartawan juga berkerumun di depan gerbang Perumahan Giriloka 2, menunggu kemunculan Antasari. Sayang, dia sedang sakit flu sehingga seharian tak keluar rumah. Beruntung, selepas magrib, Antasari bersedia menerima dua wartawan Gatra Taufik Alwie dan M. Agung Riyadi. Selama wawancara, Antasari sesekali berdiskusi dengan para kuasa hukumnya.
"Kalau diperiksa polisi, nanti saya harus menyiapkan koper. Biasanya status saksi dan tersangka itu jaraknya tipis sekali," kata Antasari sembari tertawa. Ia mengaku siap menghadapi kasus ini. Berikut petikan wawancara Gatra dengan Antasari, tiga hari sebelum ditetapkan sebagai tersangka.
Anda dituduh terlibat pembunuhan Nasrudin, bagaimana sebenarnya persoalannya?
Ini sebuah rangkaian panjang yang sulit dijelaskan. Namun terkait dengan kasus-kasus yang ditangani KPK. Jadi, ada skenario besar untuk menjatuhkan saya. Saya sudah katakan, saya tidak terlibat dalam kasus itu.
Apakah termasuk kasus yang melibatkan kejaksaan, seperti kasus Artalyta dan Urip?
Bisa jadi itu salah satunya. Yang jelas, banyak pihak yang ingin menjatuhkan saya.
Anda sendiri mengenal Nasrudin? Sejak kapan?
Ya, kalau dibilang kenal, saya kenal, tetapi belum terlalu lama. Saya mengenalnya beberapa bulan setelah saya menjadi Ketua KPK. Dia datang kepada saya mengeluhkan masalah. Katanya, dia mendapat SK Menteri BUMN yang ditandatangani Sugiharto. Tapi, pada saat pergantian ke Menteri Sofyan Djalil, dia tidak dilantik sebagai direktur SDM. Kemudian dia sering menyampaikan informasi kepada KPK mengenai kasus korupsi, seperti kasus RNI yang belum selesai. Dia memang beberapa kali memberi data soal korupsi.
Di mana biasanya Nasrudin menemui Anda?
Pertemuan selalu di kantor, karena itu lebih transparan. Jangan (bertanya) terlalu dalamlah, nanti mengganggu proses penyidikan.
Kalau dengan Sigid Haryo Wibisono, bagaimana perkenalannya?
Dia mengajak kerja sama membuat rubrik khusus tentang KPK di korannya, koran Merdeka. Itu sedang diproses dan saya tidak tahu hasilnya bagaimana.
Anda juga pernah bertemu dengan Rani Juliani?
Pernah, tetapi tidak lebih dari 10 menit. Pada saat itu, Rani datang bersama Nasrudin menemui saya.
Di mana Nasrudin dan Rani menemui Anda?
Ya, di suatu tempatlah. Tapi, soal di mananya, nanti saya jelaskan dalam pemeriksaan.
Kabarnya, Anda bertemu Rani ketika bermain golf?
Tidak. Saya memang hobi main golf, terutama pada saat masih aktif di kejaksaan. Olahraga saya hanya itu dan treadmill, meski mukul-nya masih melenceng-melenceng. Sekarang paling hanya sebulan sekali main golf. Itu pun hanya dengan tetangga dan saudara-saudara.
Apakah benar Anda mengirim ancaman kepada Nasrudin lewat SMS?
Itu tidak benar. Itu kan hanya pengakuan pihak sana. Masih harus dibuktikan lagi kebenarannya. Pada saat ini, kan teknologi sangat canggih, apa pun bisa dibikin.
Anda siap menghadapi masalah ini?
Dalam Islam diajarkan, puncak ujian adalah kesabaran. Saya harus sabar menghadapi semua ini. Saya mohon doa dari keluarga dan teman-teman, juga masyarakat.
Majalah Gatra