Kaum wanita di kawasan terpencil Papua Nugini membunuh bayi lelaki mereka dalam satu dasawarsa terakhir, dalam upaya mereka mencegah anak lelaki yang mereka lahirkan membuat perang suku semakin berlarut-larut, sebuah laporan menyatakan.
Perselisihan antar-suku, yang telah berkobar lebih dari 20 tahun, telah menyebabkan banyak wanita di Okapa, Gimi, sebuah kawasan Pegunungan Timur, mengalami kesulitan memberi makan anak mereka karena kaum pria pergi berperang, tulis koran The National.
Dua wanita setempat, Rona Luke dan Kipiyona Belas, mengungkapkan pembunuhan anak bayi tersebut dalam sesi latihan perdamaian dan rekonsiliasi di Goroka pekan lalu, kata The National.
Mereka mengemukakan kepada koran itu bahwa kaum wanita dalam komunitas mereka memutuskan untuk berhenti memiliki anak lelaki, dengan harapan langkah mereka dapat mengurangi stok lelaki dalam suku mereka ke titik di mana kaum pria akhirnya terpaksa mundur dari medan perang.
"Karena itu, seluruh kaum wanita sepakat untuk membunuh semua bayi lelaki, karena di suku mereka terdapat jumlah lelaki yang memadai untuk maju berperang, padahal perang suku telah membawa kesengsaraan pada mereka," kata koran itu.
Mereka tidak bisa menyebutkan berapa banyak bayi lelaki telah dibunuh dalam konflik antar-suku, namun Luke menyatakan beberapa ibu kehilangan putra mereka dalam periode 10 tahun.
"Dia tak kuasa menahan air matanya saat menceritakan kembali pengalamannya, sambil mengatakan tindakan mereka merupakan kejahatan besar, tatapi mereka harus berbuat begitu", tulis The National pada pekan lalu.
sumber artikel
Perselisihan antar-suku, yang telah berkobar lebih dari 20 tahun, telah menyebabkan banyak wanita di Okapa, Gimi, sebuah kawasan Pegunungan Timur, mengalami kesulitan memberi makan anak mereka karena kaum pria pergi berperang, tulis koran The National.
Dua wanita setempat, Rona Luke dan Kipiyona Belas, mengungkapkan pembunuhan anak bayi tersebut dalam sesi latihan perdamaian dan rekonsiliasi di Goroka pekan lalu, kata The National.
Mereka mengemukakan kepada koran itu bahwa kaum wanita dalam komunitas mereka memutuskan untuk berhenti memiliki anak lelaki, dengan harapan langkah mereka dapat mengurangi stok lelaki dalam suku mereka ke titik di mana kaum pria akhirnya terpaksa mundur dari medan perang.
"Karena itu, seluruh kaum wanita sepakat untuk membunuh semua bayi lelaki, karena di suku mereka terdapat jumlah lelaki yang memadai untuk maju berperang, padahal perang suku telah membawa kesengsaraan pada mereka," kata koran itu.
Mereka tidak bisa menyebutkan berapa banyak bayi lelaki telah dibunuh dalam konflik antar-suku, namun Luke menyatakan beberapa ibu kehilangan putra mereka dalam periode 10 tahun.
"Dia tak kuasa menahan air matanya saat menceritakan kembali pengalamannya, sambil mengatakan tindakan mereka merupakan kejahatan besar, tatapi mereka harus berbuat begitu", tulis The National pada pekan lalu.
sumber artikel