Niatnya mengambil barang tanpa ketahuan, aksinya justru tertangkap kamera seorang fotografer. Bahkan, foto tersebut diiklankan secara luas di Selandia Baru. Maksudnya, untuk mencari tahu siapa gerangan sosok maling itu.
Cerita dimulai saat si pencuri sibuk mencopoti peralatan elektronik yang dipakai untuk menerangi papan reklame di Auckland, Selandia Baru. Tanpa sadar, perbuatannya tepergok seorang fotografer yang sedang berjalan-jalan di kawasan tersebut. Langsung saja ia menjepret aksi maling itu.
Nah, si fotografer tahu bahwa peralatan yang dicuri milik Mark Venter yang menjalankan OTW Advertising, salah satu perusahaan iklan tertua di Selandia Baru, sehingga ia pun membawa hasil jepretannya ke Venter. Dasar Venter biasa berkutat dengan iklan, foto tersebut dibuatnya menjadi iklan besar dengan tulisan sebagai berikut, “Siapakah pencuri ini. Ada imbalan 500 dollar,” demikian bunyi iklan tersebut.
Menurut Venter, foto tersebut merupakan keuntungan besar yang sayang untuk dilewatkan begitu saja. “Kita semua pernah kecolongan. Namun, biasanya mereka tidak pernah meninggalkan nomer telepon ini,” tutur Venter.
Venter menuturkan, ia menerima lebih dari 100 telepon semenjak iklan tersebut dipampang di kawasan strategis di Auckland, enam hari lalu. Sayangnya, dari banyak telepon yang masuk, hanya seputar dukungan atas kampanyenya tersebut daripada informasi mengenai siapa si pencuri tersebut.
(kompas.com)
Cerita dimulai saat si pencuri sibuk mencopoti peralatan elektronik yang dipakai untuk menerangi papan reklame di Auckland, Selandia Baru. Tanpa sadar, perbuatannya tepergok seorang fotografer yang sedang berjalan-jalan di kawasan tersebut. Langsung saja ia menjepret aksi maling itu.
Nah, si fotografer tahu bahwa peralatan yang dicuri milik Mark Venter yang menjalankan OTW Advertising, salah satu perusahaan iklan tertua di Selandia Baru, sehingga ia pun membawa hasil jepretannya ke Venter. Dasar Venter biasa berkutat dengan iklan, foto tersebut dibuatnya menjadi iklan besar dengan tulisan sebagai berikut, “Siapakah pencuri ini. Ada imbalan 500 dollar,” demikian bunyi iklan tersebut.
Menurut Venter, foto tersebut merupakan keuntungan besar yang sayang untuk dilewatkan begitu saja. “Kita semua pernah kecolongan. Namun, biasanya mereka tidak pernah meninggalkan nomer telepon ini,” tutur Venter.
Venter menuturkan, ia menerima lebih dari 100 telepon semenjak iklan tersebut dipampang di kawasan strategis di Auckland, enam hari lalu. Sayangnya, dari banyak telepon yang masuk, hanya seputar dukungan atas kampanyenya tersebut daripada informasi mengenai siapa si pencuri tersebut.
(kompas.com)