Inilah pengakuan dua anak yg diperkosa ayah kandungnya, Joseph Fritz, hingga 1000 kali dan menyebabkan lahirnya 9 orang anak (dua meninggal). Wawancara khusus ini dilakukan sebelum si ayah dijatuhi hukuman seumur hidup oleh Pengadilan Negeri setempat. Kini kedua wanita yang salah satu indentitasnya blum diketahui, berada dalam perlindungan negara dan disembunyikan keberadaannya. Kemungkinannya adalah, mereka akan mendapat identitas baru dan pindah lokasi, tempat di mana orang tidak tahu siapa mereka dan bagaimana asal usulnya.
Wawancara ekslusif ini bukan hanya dilakukan pada kedua korban ini, tapi juga pada keluarganya, yakni, paman dan bibi korban. Dari sana terungkap kalau ternyata kasus ini sebenarnya telah diketahui pihak keluarga juga ibu korban. Namun mereka tak berdaya melakukan sesuatu yg dapat mencegah si ayah jahanan itu.
Tidak itu saja, terungkap juga kalau pihak keluarga sebenarnya telah berkali-kali melaporkan kejadian inces itu kepihak petugas layanan masyarakat juga polisi setempat, namun mereka tidak mengambiil tindakan apapun. Padahal kalau mereka bertindak, kejadiannya tentu tidak sampai separah sekarang ini.
Berikut pengakuan dua anak yg menjadi korban kebrutalan seks ayahnya, juga pengakuan pihak keluarga yg juga berjuang mengungkap kasus ini ke pihak yg berwenang meski mereka gagal. Tapi yg paling parah adalah si Ibu yg seharusnya menjadi orang yg paling bisa mencegah perbuatan suaminya, namun ia menutup mata atas semua kejadian yg menimpa anaknya.
Maka tak heran kalau si Ibu ini, meski tidak terlibat langsung, tetap ditangkap pihak kepolisian. Karena dia dicurigai tahu semua kejadian itu tapi membiarkannya.
Si anak dalam wawancara ekskusif dengan TheSun mengaku terpaksa harus berbohong kepada ibu mereka tentang siapa yg menghamili. Mereka mengaku dihamili oleh lelaki lain. "Kami tak berani mengatakan yang sebenarnya bahwa ayahlah pelaku sesungguhnya. Dia mengancam akan membunuh kami bila mengatakan itu. Selain itu, kami sendiripun ngeri untuk mengatakan yang sebenarnya. " kata anak tertua.
Selama 28 tahun mereka menderita oleh siksaaan ayahnya. "Kami memohon dengan sangat padanya untuk berhenti, tapi dia tidak peduli dan terus melakukan perbuatan kejam itu. Ketika ibu bertanya siapa bapak anak pertama saya, saya katakan pemuda setempat. Padahal itu adalah perbuatan ayah," ujar anak tertua.
"Terus terang, saya sampai tidak tahu lagi berapa kali sudah ayah memperkosa saya. Jumlahnya terlalu banyak! Ayah mengancam saya, bila saya katakan perbuatannya, saya akan kehilangan anak saya," tuturnya.
"Ayah mulai menyentuh saya saat saya berumur 5 tahun. Dan itu berlangsung terus selama bertahun tahun. Tapi awalnya saya tidak tahu kalau adik sayapun mengalami hal serupa. Saya sempat membayar (memberi uang) pada ayah dari penghasilan saya, hanya supaya dia berhenti memperkosa saya. Dan itu saya lakukan selama berberapa tahun. Sebab, tidak ada lagi cara keluar dari keadaan ini. Kami berjuang untuk memupuk keberanian dalam diri kami, untuk melaporkan perbuatannya pada pihak lain".
"Ayah saya orang yang tak punya perasaan dan belas kasihan. Ketika kami memohon-mohon padanya, ia justru menyuruh kami ke kamar tidur. Sekarang kami ingin hidup baru, kami tidak ingin seorangpun tahun siapa kami dan bagaimana kami dulu" Ungkapnya dengan berurai air mata.
Kedua perempuan yang masih menderita trauma berat mendapat perlindungan dan keberadaannya disembunyikan. The Sun sempat melakukan pembicaraan ekslusif dengan para korban beberapa hari sebelum dakwaan perkosaan terhadap ayahnya dijatuhkan.
Dengan menangis tersedu-sedu, kedua perempuan itu mengaku kalau mereka sangat mencintai anak-anak mereka, sekalipun mereka lahir dari kebencian. Saya tak tahu bagaimana harus mengatakan kepada mereka (anak-anak) tentang bapak mereka. Ini hal yang sangat sulit.
Petugas Negara Harus Tanggung Jawab
Joseph Fritz, ayah bejad itu, selasa kemarin dijatuhi hukuman seumur hidup oleh Pengadilan Negeri Sheffield Crown. Terbongkarnya kasus yang menggegerkan seluruh dunia ini, benar-benar membuat inggris 'malu'. Sampai-sampai PM Inggris Brown berkomentar pedas tentang lemahnya pengawasan serta kinerja polisi dan para pekerja sosial.
Kasus ini juga memicu dibentuknya tim penyelidik independen yang akan meneliti tentang kinerja pelayanan masyarakat, polisi dan dokter, yang dianggap telah gagal melaksanakan tugasnya.
Bagaimana mungkin, mereka (para pelayan masyarakat) itu tidak 'melihat' adanya keanehan, seorang ayah memiliki begitu banyak anak dari dua putri kandungnya. Ayah jahat ini telah menyebabkan kedua putrinya 19 kali hamil, dan 9 kali melahirkan. Dua orang meninggal. Kehamilan terakhir berhakhir setelah mereka mengalami keguguran.
Dalam dengar pendapat di pengadilan, terungkap sebenarnya ada satu orang yang dapat menyelamatkan kedua wanita malang itu, yakni, Ibu mereka. Tapi sayang, si Ibu tidak peduli dan seolah membutakan matanya pada kenyataan di hadapannya.
As part of the police probe into her husband's abuse, she was arrested on suspicion of child cruelty although never charged.
The mother left the family home when her daughters were still teenagers, leaving them at the mercy of their father.
Si Ibu juga telah ditangkap karena dianggap memiliki 'peran' dalam kasus ini, meski tidak langsung. Dia dicurigai tahu tentang kekejaman yang meminpa anak-anaknya namun menutup mata. Si Ibu pergi dari rumah dan meninggalkan anak-anaknya yang masih berusia remaja pada ayah mereka.Ketika diperiksa polisi musim panas lalu, si Ibu menyangkal keterlibatannya. Meskipun dia mengakui kalau suaminya kerap melakukan kekerasan
Si Ibu diduga tahu apa yang sebenarnya dialami oleh anak-anaknya namun tidak melakukan tindakan apapun untuk membantu anak-anaknya. Ibu sebenarnya punya kemampuan untuk mencegah namun itu tidak dilakukannya.
Pihak keluarga mencela layanan masyarakat yang tidak melakukan apapun padahal telah berkali-kali dilaporkan. Paman korban mengatakan, mereka (keluarga) sebenarnya sudah melakukan sesuatu (melaporkan) tapi laporan itu tak pernah ditindaklanjuti. Padahal seharusnya kejadian ini sudah bisa dihentikan sejak 20 tahun lalu.
Istri pamannya mengatakan, sejak 20 tahun lalu ia telah melaporkan kejadian ini pada layanan masyarakat, sesaat ketika ia tiba di rumah itu dan mendengar laki-laki itu (Fritz) memerintahkan anaknya yg sedang memakai baju untuk ke tempat tidur.
"Saya tidak percaya mendengar hal itu keluar dari mulutnya (Fritz). Saat itu tidak ada orang lain di rumah itu. Saya langsung telp ke layanan masyarakat dan menceritakan yang terjadi, namun petugas menyatakan, mereka memerlukan bukti," kata wanita itu.
Berkali-kali ia mencoba menghubungipihak layanan masyarakat dan memaksa mereka mengambil tindakan atas apa yang terjadi. Namuns etiap kali melapor, dia selalu diterimapetugas yang berbeda. Ada kesan seperti di ping-pong.
Selama setahun ia 'menonton' kengerian itu, sampai suatu ketika ia melihat ibu Fritz --sekarang sudah meninggal--- melaporkan perbuatan anaknya ke polisi karena ia memergoki anaknya (Fritz) meniduri putrinya sendiri. Fritz marah dan mengatakan pada istrinya kalau ibunya sudah melaporkan dirinya ke polisi.
Tahun berikutnya, ketika pihak keluarga mengetahui salah seorang anak hamil dan keguguran, kembali mereka mengadu ke petugas layanan masyarakat. Tapi lagi-lagi petugaskurang peduli.
"Saya menjadi ketakutan karena tahu bahwa ini merupakan perbuatan jahat yang tidak bisa dibiarkan. Laki-laki itu memang jahat, tapi pelayanan masyarakat juga telah lalai. Harusnya mereka bisa melakukan sesuatu sejak lama," ungkapnya.
Sebenarnya pihak keluarga selama bertahun-tahun telah berusaha mengadukan masalah ini ke semua pihak yg berwenang, baik ke petugas layanan masyarakat maupun ke polisi namun mereka tidak mengambil tindakan apapun, sampai akhirnya kasus ini berlarut-larut, dua anak perempuan itu memiliki banyak anak. ***TheSun
http://www.thesun.co.uk/sol/homepage/news/article1981149.ece
Jayne Ludlam of Sheffield Council speaks to reporters outside the city's Crown Court after the case/The Sun |