Harga bahan bakar minyak (BBM) bakal mencekik leher! Untuk BBM jenis premium (bensin) diprediksikan akan naik dari Rp 4.500 menjadi Rp 6.000 per liter. Solar yang tadinya Rp 4.300 bakal jadi Rp 5.500 per liter. Sedangkan minyak tanah melonjak Rp 300, dari Rp 2.000 menjadi Rp 2.300 per liter. Estimasi kenaikan harga BBM ini, dibocorkan Kantor Berita Antara, Selasa (29/4) malam.
Masih menurut sumber yang diperoleh Antara, Departemen Keuangan melakukan kajian kenaikan harga BBM bersubsidi tersebut untuk Juni 2008, menyusul kenaikan harga minyak dunia yang hampir menembus 120 dolar AS per barel. Kenaikan sebesar itu akan memberi ruang fiskal cukup longgar bagi APBN sebesar Rp 21,491 triliun serta menambah penghematan anggaran menjadi Rp 25,877 triliun.
"Dari penghematan anggaran akibat kenaikan harga BBM itu, sebagian besar Rp 11,5 triliun akan dialokasikan untuk pemberian program Bantuan Langsung Tunai kepada 19,1 juta rumah tangga miskin untuk periode Juni 2008-Mei 2009 sebesar Rp100.000 per rumah tangga," katanya.
Selain itu, juga akan digunakan untuk penambahan cadangan risiko Rp 3 triliun dari yang sudah dicadangkan pada APBN P sebesar Rp 8,254 triliun, pengurangan defisit Rp 8,377 triliun, dan tambahan subsidi beras untuk masyarakat miskin sebesar Rp 3 triliun.
Menghadapi isu rencana kenaikan BBM, para pengusaha Kaltim resah. Yang paling mereka takutkan adalah bakal membengkaknya biaya produksi karena naiknya ongkos transportasi. Ketua Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Provinsi Kaltim Fauzi Bahtar menilai, secara umum kenaikan BBM akan berdampak biaya transportasi yang memicu naiknya harga jual produk.
Menurutnya, mumpung kenaikan BBM belum terjadi, maka para pengusaha perlu menghitung lagi kebutuhan bahan dasar dan efesiensi biaya produksi. "Solusinya harus efesiensi pada biaya produksi dan menghilangkan biaya birokrasi untuk perizinan bagi para pengusaha," ujarnya, kemarin.
Resah oleh ancaman naiknya biaya transportasi juga diungkapkan Iing T Abram, pemilik Raisya Catering di Balikpapan. "Sampai sekarang saya masih mengelola usaha rantangan, baik di perumahan maupun perkantoran. Ada sekitar 500-an pelanggan sehari. Ditambah lagi dengan pesanan khusus. Semuanya sistem antar di tempat. Otomatis, BBM menjadi bagian penting dalam menentukan harga produk," ujar Iing.
Ibu empat anak ini mengaku mengalokasikan dana Rp 300.000 untuk bensin dua mobil box dan dua motor untuk mengantar rantangan dan alokasi pembelian solar Rp 100.000 untuk kendaraan operasional. Semuanya hitungan per hari. Biaya BBM tersebut, ternyata masih ditambah lagi dengan alokasi pembelian solar untuk genset jika listrik mati, minimal Rp 50.000 per jerigen.
"Saya maunya BBM tidak naik. Tapi kalaupun naik, saya mau bertahan dulu semampu saya bertahan. Kalau memang sudah terdesak, apa boleh buat. Terpaksa saya naikkan harga produk," ujar Iing.
Kalangan pengusaha tahu tempe di Balikpapan pun mengeluh. Belum lama ini, mereka sudah dipusingkan dengan harga kedelai yang melambung, kini mereka pun harus menghadapi isu kenaikan harga BBM.
Mereka pun berupaya menekan penggunaan BBM hanya untuk kendaraan saja. "Untuk memasak, kami pakai kayu sisa yang dibeli seharga Rp 800.000 per truk, dengan kapasitas pemakaian 1-2 bulan. Minyak tanah sudah mahal, dijatah pula," ujar Amir, produsen tempe dan tahu di kawasan Somber, Balikpapan Utara.
Tak hanya pengusaha, sopir angkutan umum (angkot) di Balikpapan pun ikut resah. Kenaikan harga BBM akan sangat berpengaruh terhadap penghasilan. Padahal pendapatan mereka semakin hari semakin tak menentu, karena penumpang lebih memilih sepeda motor daripada angkot.
"Ya kalau bisa, tidak usah naiklah. Apalagi kebijakan tarif juga tidak sejalan dengan kenaikan harga BBM serta kenaikan ongkos penumpang," ujar Metal sopir angkot nomor 3. Ia menambahkan ketika bensin Rp 2.400 per liter, ongkos angkot sebesar Rp 1.800. Setelah bensin naik jadi Rp 4.500/liter ongkos Rp 2.500. "Itukan gak seimbang dengan kenaikan bensin," tambahnya
Sitoner salah satu sopir angkot nomor 1, menuturkan bahw a kalau pemerintah akan menaikkan harga BBM maka kenaikan ongkos penumpang menjadi keharusan. "Mau tidak mau kalau BBM naik ya ongkos harus naik dong," katanya.
Menurut Acok, sopir angkot nomor 3 dan Tosir, kenaikan BBM seharusnya tidak terjadi karena hal tersebut akan berdampak pada ekonomi bawah "Seharusnya pemerintah melakukan terobosan atau cara lain, daripada menaikkan harga BBM, karena kalau harga BBM rakyat kecil yang jadi korban," pungkasnya.
Belum diputuskan
Isu rencana kenaikan BBM pada 1 Juni 2008 membuat kaget Ketua DPR Agung Laksono. DPR juga belum diajak bicara. "Saya nggak pernah dengar itu. Kok nggak dikonsultasikan dulu dengan DPR. Tapi itu domain pemerintah. Namun karena menyangkut hal strategis, dan berkaitan dengan masyarakat harusnya dikonsultasikan. Saya selaku ketua DPR saya tidak setuju," kata Agung.
Agung berharap pemerintah mencarikan solusi lain, selain menaikkan harga BBM. Mengenai solusinya, Agung menyerahkan semua pada pemerintah yang berwenang menaikkan harga BBM. Agung menegaskan untuk memastikan isu rencana kenaikan BBM pada 1 Juni 2008, pihaknya akan melakukan komunikasi dengan pemerintah.
Skenario kenaikan harga BBM seiring dengan lonjakan harga minyak mentah dunia yang saat ini mendekati 120 dolar AS per barel diam-diam sudah tertuang dalam APBN-Perubahan 2008. Dalam APBN-P 2008, pemerintah diberikan keleluasaan dari parlemen untuk menaikkan harga BBM bila meroketnya harga minyak mentah dunia sudah tidak bisa dikendalikan lagi oleh pemerintah.
"Opsi itu (kenaikan harga BBM) sebenarnya sudah ada di dalam APBN-P kita,," jelas Menteri Keuangan Sri Mulyani.
Sementara itu Meneg PPN/Kepala Bappenas Paskah Suzetta menegaskan hingga saat ini pemerintah belum memutuskan untuk menaikkan harga BBM. Bahkan ia memastikan, pemerintah tidak akan menaikkan harga BBM sampai dengan kuartal kedua (Agustus) tahun ini.
"Pemerintah tetap akan berpegang pada asumsi harga minyak sebesar 95 dolar AS per barel seperti tertera dalam APBN-P 2008. Tidak ada skenario menaikan harga minyak," tegasnya, kemarin.
Melonjaknya harga minyak dunia, menurut dia, belum menjadi alasan pemerintah untuk menaikan harga BBM dalam negeri. Kenaikan harga minyak dunia yang terjadi saat ini, kata Paskah, baru terjadi dalam tahap mingguan. "Itu tidak bisa menjadi ukuran," katanya.
Sementara itu, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Purnomo Yusgiantoro mengatakan opsi kenaikan harga BBM merupakan opsi paling akhir menyelematkan APBN-P 2008 dari kenaikan harga minyak mentah dunia. "Presiden sudah sampaikan keputusan menaikkan BBM opsi terakhir," katanya.
Menurut Purnomo, keputusan menaikkan harga BBM bukan perkara mudah karena ujungnya adalah keputusan politik. "Keputusan politik itu berat," katanya. Saat ini pemerintah mengkaji sejumlah opsi mencegah kenaikan harga BBM diantaranya menekan volume konsumsi BBM bersubsidi dengan berbagai program penghematan. Seperti penggunaan kartu kendali (smart card), konversi minyak tanah ke gas, penghematan penggunaan listrik. Selain itu mengurangi anggaran belanja kementrian dan lembaga negara serta menambah defisit APBN lebih besar dari jatahnya 2,1 persen produk domestik bruto.
kebanyakan
Pengamat ekonomi, Tony A Prasetyantono mengatakan, kenaikan sebesar 28,7 persen untuk harga BBM seperti isu yang beredar, dinilai berlebihan dan dapat mengakibatkan kepanikan di masyarakat. Ia setuju dengan kajian pemerintah untuk meningkatkan harga BBM, karena hal itu selain mengurangi subsidi, juga diharapkan akan membuat koreksi terhadap permintaan BBM, sehingga subsidi yang diberikan juga semakin berkurang. Namun demikian, katanya, pemerintah harus melihat kondisi objektif dan kondisi psikologis masyarakat, sebelum menaikkan harga BBM.
"Yang logis secara psikologis, kenaikan BBM itu menurut saya tak lebih dari Rp1.000. Sebab secara psikologis dan objektif masih dapat diterima masyarakat," katanya.
Menurut dia, peningkatan harga BBM yang lebih dari Rp 1.000 akan menambah runyam perekonomian. "Dan ini juga nantinya justru membuat masalah baru. Alih-alih menyelamatkan defisit, tapi justru akan menambah perkara," katanya.
Dikatakannya, kenaikan BBM pada 2004 berbeda dengan sekarang. Sebab, 2004 tidak ada krisis perekonomian global, sedangkan kini, tidak hanya harga BBM yang terus melambung, tetapi juga dibayangi resesi ekonomi AS yang memukul pertumbuhan ekonomi di berbagai negara.
Sedangkan Ekonom Institute for Development of Economic and Finance (Indef) Aviliani mengungkapkan, meski kebijakan kenaikan harga BBM tidak populis bagi masyarakat, tetapi mempunyai efek positif bagi kesinambungan perekonomian nasional.
Aviliani menjelaskan pemerintah akan sangat terbebani oleh subsidi bila tidak menaikkan harga BBM, dan berimbas pada sektor pembangunan lainnya. "Bakal tidak ada kegiatan ekonomi pada kegiatan infrastruktur. Program pengentasan kemiskinan tidak bisa dilakukan karena tidak ada anggaran yang cukup untuk itu," jelasnya bila pemerintah tidak menaikkan harga BBM. (sar/bud/m21/persda network/aco/ade/ant)
Masih menurut sumber yang diperoleh Antara, Departemen Keuangan melakukan kajian kenaikan harga BBM bersubsidi tersebut untuk Juni 2008, menyusul kenaikan harga minyak dunia yang hampir menembus 120 dolar AS per barel. Kenaikan sebesar itu akan memberi ruang fiskal cukup longgar bagi APBN sebesar Rp 21,491 triliun serta menambah penghematan anggaran menjadi Rp 25,877 triliun.
"Dari penghematan anggaran akibat kenaikan harga BBM itu, sebagian besar Rp 11,5 triliun akan dialokasikan untuk pemberian program Bantuan Langsung Tunai kepada 19,1 juta rumah tangga miskin untuk periode Juni 2008-Mei 2009 sebesar Rp100.000 per rumah tangga," katanya.
Selain itu, juga akan digunakan untuk penambahan cadangan risiko Rp 3 triliun dari yang sudah dicadangkan pada APBN P sebesar Rp 8,254 triliun, pengurangan defisit Rp 8,377 triliun, dan tambahan subsidi beras untuk masyarakat miskin sebesar Rp 3 triliun.
Menghadapi isu rencana kenaikan BBM, para pengusaha Kaltim resah. Yang paling mereka takutkan adalah bakal membengkaknya biaya produksi karena naiknya ongkos transportasi. Ketua Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Provinsi Kaltim Fauzi Bahtar menilai, secara umum kenaikan BBM akan berdampak biaya transportasi yang memicu naiknya harga jual produk.
Menurutnya, mumpung kenaikan BBM belum terjadi, maka para pengusaha perlu menghitung lagi kebutuhan bahan dasar dan efesiensi biaya produksi. "Solusinya harus efesiensi pada biaya produksi dan menghilangkan biaya birokrasi untuk perizinan bagi para pengusaha," ujarnya, kemarin.
Resah oleh ancaman naiknya biaya transportasi juga diungkapkan Iing T Abram, pemilik Raisya Catering di Balikpapan. "Sampai sekarang saya masih mengelola usaha rantangan, baik di perumahan maupun perkantoran. Ada sekitar 500-an pelanggan sehari. Ditambah lagi dengan pesanan khusus. Semuanya sistem antar di tempat. Otomatis, BBM menjadi bagian penting dalam menentukan harga produk," ujar Iing.
Ibu empat anak ini mengaku mengalokasikan dana Rp 300.000 untuk bensin dua mobil box dan dua motor untuk mengantar rantangan dan alokasi pembelian solar Rp 100.000 untuk kendaraan operasional. Semuanya hitungan per hari. Biaya BBM tersebut, ternyata masih ditambah lagi dengan alokasi pembelian solar untuk genset jika listrik mati, minimal Rp 50.000 per jerigen.
"Saya maunya BBM tidak naik. Tapi kalaupun naik, saya mau bertahan dulu semampu saya bertahan. Kalau memang sudah terdesak, apa boleh buat. Terpaksa saya naikkan harga produk," ujar Iing.
Kalangan pengusaha tahu tempe di Balikpapan pun mengeluh. Belum lama ini, mereka sudah dipusingkan dengan harga kedelai yang melambung, kini mereka pun harus menghadapi isu kenaikan harga BBM.
Mereka pun berupaya menekan penggunaan BBM hanya untuk kendaraan saja. "Untuk memasak, kami pakai kayu sisa yang dibeli seharga Rp 800.000 per truk, dengan kapasitas pemakaian 1-2 bulan. Minyak tanah sudah mahal, dijatah pula," ujar Amir, produsen tempe dan tahu di kawasan Somber, Balikpapan Utara.
Tak hanya pengusaha, sopir angkutan umum (angkot) di Balikpapan pun ikut resah. Kenaikan harga BBM akan sangat berpengaruh terhadap penghasilan. Padahal pendapatan mereka semakin hari semakin tak menentu, karena penumpang lebih memilih sepeda motor daripada angkot.
"Ya kalau bisa, tidak usah naiklah. Apalagi kebijakan tarif juga tidak sejalan dengan kenaikan harga BBM serta kenaikan ongkos penumpang," ujar Metal sopir angkot nomor 3. Ia menambahkan ketika bensin Rp 2.400 per liter, ongkos angkot sebesar Rp 1.800. Setelah bensin naik jadi Rp 4.500/liter ongkos Rp 2.500. "Itukan gak seimbang dengan kenaikan bensin," tambahnya
Sitoner salah satu sopir angkot nomor 1, menuturkan bahw a kalau pemerintah akan menaikkan harga BBM maka kenaikan ongkos penumpang menjadi keharusan. "Mau tidak mau kalau BBM naik ya ongkos harus naik dong," katanya.
Menurut Acok, sopir angkot nomor 3 dan Tosir, kenaikan BBM seharusnya tidak terjadi karena hal tersebut akan berdampak pada ekonomi bawah "Seharusnya pemerintah melakukan terobosan atau cara lain, daripada menaikkan harga BBM, karena kalau harga BBM rakyat kecil yang jadi korban," pungkasnya.
Belum diputuskan
Isu rencana kenaikan BBM pada 1 Juni 2008 membuat kaget Ketua DPR Agung Laksono. DPR juga belum diajak bicara. "Saya nggak pernah dengar itu. Kok nggak dikonsultasikan dulu dengan DPR. Tapi itu domain pemerintah. Namun karena menyangkut hal strategis, dan berkaitan dengan masyarakat harusnya dikonsultasikan. Saya selaku ketua DPR saya tidak setuju," kata Agung.
Agung berharap pemerintah mencarikan solusi lain, selain menaikkan harga BBM. Mengenai solusinya, Agung menyerahkan semua pada pemerintah yang berwenang menaikkan harga BBM. Agung menegaskan untuk memastikan isu rencana kenaikan BBM pada 1 Juni 2008, pihaknya akan melakukan komunikasi dengan pemerintah.
Skenario kenaikan harga BBM seiring dengan lonjakan harga minyak mentah dunia yang saat ini mendekati 120 dolar AS per barel diam-diam sudah tertuang dalam APBN-Perubahan 2008. Dalam APBN-P 2008, pemerintah diberikan keleluasaan dari parlemen untuk menaikkan harga BBM bila meroketnya harga minyak mentah dunia sudah tidak bisa dikendalikan lagi oleh pemerintah.
"Opsi itu (kenaikan harga BBM) sebenarnya sudah ada di dalam APBN-P kita,," jelas Menteri Keuangan Sri Mulyani.
Sementara itu Meneg PPN/Kepala Bappenas Paskah Suzetta menegaskan hingga saat ini pemerintah belum memutuskan untuk menaikkan harga BBM. Bahkan ia memastikan, pemerintah tidak akan menaikkan harga BBM sampai dengan kuartal kedua (Agustus) tahun ini.
"Pemerintah tetap akan berpegang pada asumsi harga minyak sebesar 95 dolar AS per barel seperti tertera dalam APBN-P 2008. Tidak ada skenario menaikan harga minyak," tegasnya, kemarin.
Melonjaknya harga minyak dunia, menurut dia, belum menjadi alasan pemerintah untuk menaikan harga BBM dalam negeri. Kenaikan harga minyak dunia yang terjadi saat ini, kata Paskah, baru terjadi dalam tahap mingguan. "Itu tidak bisa menjadi ukuran," katanya.
Sementara itu, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Purnomo Yusgiantoro mengatakan opsi kenaikan harga BBM merupakan opsi paling akhir menyelematkan APBN-P 2008 dari kenaikan harga minyak mentah dunia. "Presiden sudah sampaikan keputusan menaikkan BBM opsi terakhir," katanya.
Menurut Purnomo, keputusan menaikkan harga BBM bukan perkara mudah karena ujungnya adalah keputusan politik. "Keputusan politik itu berat," katanya. Saat ini pemerintah mengkaji sejumlah opsi mencegah kenaikan harga BBM diantaranya menekan volume konsumsi BBM bersubsidi dengan berbagai program penghematan. Seperti penggunaan kartu kendali (smart card), konversi minyak tanah ke gas, penghematan penggunaan listrik. Selain itu mengurangi anggaran belanja kementrian dan lembaga negara serta menambah defisit APBN lebih besar dari jatahnya 2,1 persen produk domestik bruto.
kebanyakan
Pengamat ekonomi, Tony A Prasetyantono mengatakan, kenaikan sebesar 28,7 persen untuk harga BBM seperti isu yang beredar, dinilai berlebihan dan dapat mengakibatkan kepanikan di masyarakat. Ia setuju dengan kajian pemerintah untuk meningkatkan harga BBM, karena hal itu selain mengurangi subsidi, juga diharapkan akan membuat koreksi terhadap permintaan BBM, sehingga subsidi yang diberikan juga semakin berkurang. Namun demikian, katanya, pemerintah harus melihat kondisi objektif dan kondisi psikologis masyarakat, sebelum menaikkan harga BBM.
"Yang logis secara psikologis, kenaikan BBM itu menurut saya tak lebih dari Rp1.000. Sebab secara psikologis dan objektif masih dapat diterima masyarakat," katanya.
Menurut dia, peningkatan harga BBM yang lebih dari Rp 1.000 akan menambah runyam perekonomian. "Dan ini juga nantinya justru membuat masalah baru. Alih-alih menyelamatkan defisit, tapi justru akan menambah perkara," katanya.
Dikatakannya, kenaikan BBM pada 2004 berbeda dengan sekarang. Sebab, 2004 tidak ada krisis perekonomian global, sedangkan kini, tidak hanya harga BBM yang terus melambung, tetapi juga dibayangi resesi ekonomi AS yang memukul pertumbuhan ekonomi di berbagai negara.
Sedangkan Ekonom Institute for Development of Economic and Finance (Indef) Aviliani mengungkapkan, meski kebijakan kenaikan harga BBM tidak populis bagi masyarakat, tetapi mempunyai efek positif bagi kesinambungan perekonomian nasional.
Aviliani menjelaskan pemerintah akan sangat terbebani oleh subsidi bila tidak menaikkan harga BBM, dan berimbas pada sektor pembangunan lainnya. "Bakal tidak ada kegiatan ekonomi pada kegiatan infrastruktur. Program pengentasan kemiskinan tidak bisa dilakukan karena tidak ada anggaran yang cukup untuk itu," jelasnya bila pemerintah tidak menaikkan harga BBM. (sar/bud/m21/persda network/aco/ade/ant)