PULUHAN orangtua murid sebuah TK di Tambora Jakarta Barat nyaris mengeroyok Yusuf Kurniawan (25), seorang guru ngaji yang disangka menyodomi 26 anak.
Yusuf ditangkap di kampung halamannya, Garut Jawa Barat tanpa perlawanan. Begitu ditangkap, dia langsung digelandang ke Mapolrestro Jakarta Barat.
Saat itulah, orangtua anak mengeluarkan segala kebenciannya kepada guru tersebut. Maklum, mereka merasa masa depan anak-anaknya sudah dirusak oleh guru yang seharusnya membuat anak mereka pintar.
Nyonya Halia (28) yang merupakan ibunda Fh (7), salah seorang korban, meminta agar Yusuf dihukum mati. “Perbuatannya merusak masa depan anak-anak kami, hukum mati saja” kata Halia.
Mendengar makian itu, Yusuf tak berdaya. Dia hanya menundukkan kepala dan terus berusaha menutupi wajahnya dengan tangan yang telah diborgol.
Bersamaan dengan penangkapan itu, anak-anak yang diduga sebagai korban sodomi menjalani pemeriksaan visum di Rumah Sakit Ciptomangunkusumo Jakarta.
Menurut informasi yang dihimpun di lapangan, para murid yang rata-rata berumur 5-7 tahun itu disodomi secara bergiliran. Perbuatan bejat ini tidak tercium hampir tiga bulan lamanya, setelah akhirnya ada orangtua yang melaporkan peristiwa ini kepada Ny Mia, ketua yayasan TK tersebut, Rabu (9/4) siang.
Mendengar laporan dari orangtua korban, Mia terperanjat. Dia tidak menyangka bahwa Yusuf mempunyai kelainan seksual dan tega menyodomi para murid yang belajar ngaji kepadanya. “Sehari-harinya orang ini berprilaku baik. Sama sekali tidak mencurigakan,” katanya.
Dari laporan itu akhirnya diketahui bahwa sebagian besar murid lelaki di TK tersebut telah menjadi korban penyimpangan seksual sang guru.
Orangtua murid kemudian beramai-ramai mendatangi Mapolsektro Tambora untuk melaporkan kejadian tersebut. Petugas Polsektro Tambora mengalihkan kasus ini ke Polrestro Jakbar. Dan akhirnya Yusuf ditangkap.
Kini, anak-anak korban sodomi trauma. Seorang anak, sebuh saja Joko, sering mengurung diri karena menjadi bahan ejekan teman-temannya.
“Dia sering mengurung diri di rumah dan hanya mau keluar saat sekolah. Karena teman-temannya sering ngejek-ngejek,” tutur orangtua Joko.(kcm/WK/dtc)
Yusuf ditangkap di kampung halamannya, Garut Jawa Barat tanpa perlawanan. Begitu ditangkap, dia langsung digelandang ke Mapolrestro Jakarta Barat.
Saat itulah, orangtua anak mengeluarkan segala kebenciannya kepada guru tersebut. Maklum, mereka merasa masa depan anak-anaknya sudah dirusak oleh guru yang seharusnya membuat anak mereka pintar.
Nyonya Halia (28) yang merupakan ibunda Fh (7), salah seorang korban, meminta agar Yusuf dihukum mati. “Perbuatannya merusak masa depan anak-anak kami, hukum mati saja” kata Halia.
Mendengar makian itu, Yusuf tak berdaya. Dia hanya menundukkan kepala dan terus berusaha menutupi wajahnya dengan tangan yang telah diborgol.
Bersamaan dengan penangkapan itu, anak-anak yang diduga sebagai korban sodomi menjalani pemeriksaan visum di Rumah Sakit Ciptomangunkusumo Jakarta.
Menurut informasi yang dihimpun di lapangan, para murid yang rata-rata berumur 5-7 tahun itu disodomi secara bergiliran. Perbuatan bejat ini tidak tercium hampir tiga bulan lamanya, setelah akhirnya ada orangtua yang melaporkan peristiwa ini kepada Ny Mia, ketua yayasan TK tersebut, Rabu (9/4) siang.
Mendengar laporan dari orangtua korban, Mia terperanjat. Dia tidak menyangka bahwa Yusuf mempunyai kelainan seksual dan tega menyodomi para murid yang belajar ngaji kepadanya. “Sehari-harinya orang ini berprilaku baik. Sama sekali tidak mencurigakan,” katanya.
Dari laporan itu akhirnya diketahui bahwa sebagian besar murid lelaki di TK tersebut telah menjadi korban penyimpangan seksual sang guru.
Orangtua murid kemudian beramai-ramai mendatangi Mapolsektro Tambora untuk melaporkan kejadian tersebut. Petugas Polsektro Tambora mengalihkan kasus ini ke Polrestro Jakbar. Dan akhirnya Yusuf ditangkap.
Kini, anak-anak korban sodomi trauma. Seorang anak, sebuh saja Joko, sering mengurung diri karena menjadi bahan ejekan teman-temannya.
“Dia sering mengurung diri di rumah dan hanya mau keluar saat sekolah. Karena teman-temannya sering ngejek-ngejek,” tutur orangtua Joko.(kcm/WK/dtc)