Kebiasaan kakek yang satu ini nyeleneh tapi juga menakjubkan. Meski usianya sudah 70 tahun, Mbah Ganti tiap hari hobi minum minyak tanah (mitan). Malahan, kata Mbah Ganti, kebiasaan minum mitan itu sudah lama dilakukannya. Sejak dia berusia sekitar 5 tahun.
“Rasanya segar seperti minum air putih. Agak sepet sedikit tapi kalau sudah terbiasa, tidak terasa. Bahkan, habis minum minyak tanah, pegal-pegal hilang,” tutur Mbah Ganti saat ditemui Surya di rumahnya di Desa Boreh Bangle RT 2/RW 1, Kecamatan Merakurak, Tuban.
Lelaki tua yang masih bersemangat itu menuturkan, awal mula kebiasaan minum mitan terjadi ketika secara tak sengaja dirinya menyenggol jatuh lampu teplok di dapur rumahnya saat bermain. Karena takut dimarahi ibunya, Ganti kecil segera membersihkan minyak yang tumpah.
Saat itu pula dia mencium bau mitan, dan terpikat. Ganti kemudian mencicipi tetesan minyak tanah di sumbu lampu. Sejak itu, ganti secara diam-diam sering mencicipi tetesan mitan dari sumbu, bahkan langsung menyeruputnya dari botol mitan pada lampu teplok.
“Pernah, kapas saya celupkan ke minyak tanah, terus saya makan. Enak juga,” ucap Mbah Ganti dengan agak terkekeh.
Lama-kelamaan orangtuanya mengetahui dan sempat memarahi Ganti. Namun karena mitan itu tak mendatangkan sakit apapun bagi Ganti, akhirnya orangtuanya membiarkan Ganti menenggak mitan. Sekarang, tiap hari Ganti meminum mitan antara 0,5 liter hingga 1 liter. Minyak tanah itu diwadahi dalam botol bir.
“Saya minumnya tidak sekaligus tapi seteguk seteguk. Biasanya, menjelang malam, minyak tanah sebotol habis,” kata Mbah Ganti yang bertelanjang dada saat ditemui Surya.
Apakah minum minyak tanah tak membuatnya sakit?
Pria yang masih terlihat sisa-sisa keperkasaannya meski sudah keriput itu mengaku, hingga kini dirinya tak pernah mendapat masalah setelah minum mitan. Malahan, jika tidak meminum mitan, tenggorokan Mbah Ganti terasa kering dan badannya loyo. Baginya, minum mitan ibarat minum arak atau bir, yang bisa menambah semangat untuk bekerja.
“Justru dengan minum minyak tanah, saya tambah akas, makin lincah sewaktu kerja di sawah,” ujar lelaki yang memiliki 7 anak dan 3 cucu ini.
Salah seorang putri Mbah Ganti, Rasinah, 45, mengakui telah mengetahui kebiasaan bapaknya itu sejak dirinya masih kecil. Karena itulah, Rasinah dan anak-anaknya tak bisa melarang kebiasaan aneh bapaknya itu. “Mau bagaimana lagi, wong sudah lama minumnya,” jelas Rasinah.
Warga desa setempat juga maklum dengan kebiasaan Mbah Ganti.
Menurut Rasinah, hingga saat ini bapaknya tak pernah mengeluh kena penyakit berat, seperti gangguan pencernaan atau ginjal -yang mungkin terjadi akibat mengkonsumsi mitan. Malah, ucap Rasinah, jika tidak meminum mitan, bapaknya malas berangkat kerja di sawah.
“Sehabis sarapan dan meneguk minyak tanah, bapak bisa kerja di sawah sejak subuh hingga jam empat sore,” ucap Rasinah, nomor tiga dari 7 anak Ganti.
Tentu, seperti manusia normal, lanjut Rasinah, bapaknya juga pernah sakit. Namun sejauh ini hanya sakit ringan seperti sakit kepala atau flu. Jika sudah demikian, Mbah Ganti lebih memilih dipijati daripada minum obat, untuk menyembuhkan sakitnya.
“Saya juga heran, nyatanya selama ini setelah dipijat, sakitnya berkurang dan sembuh,” tutur Rasinah.
Meski demikian, Mbah Ganti juga masih meminum air putih dan menyukai pula minum kopi. Yang tak disukainya adalah minum teh. Dengan hobinya minum mitan itu, Mbah Ganti sedih jika mitan sempat mengalami kelangkaan dan harganya dinaikkan seperti beberapa bulan lalu.
“Saat minyak tanah menghilang dari toko-toko, saya coba meminum bensin. Ternyata enak, ada gurihnya. Tapi, karena harganya lebih mahal, ya bangkrut kalau terus minum bensin,” ucap Mbah Ganti sambil tersenyum.
Lantas bagaimana air kencingnya?
“Nggak tahu ya, kok biasa saja. Tidak ada bau minyak tanah,” jawab Mbah Ganti.
“Tapi, saya menghindari rokok.”
Sementara itu, ahli penyakit dalam RSU Dr Soetomo Surabaya, Prof dr HR Moh Yogiantoro Sp PD KGH, menyatakan apa yang dialami oleh Mbah Ganti itu adalah suatu kondisi yang disebut entoksi kronis. Dalam kondisi demikian, tubuh sudah melampaui batas terpapar racun (minyak tanah) sehingga telah mampu beradaptasi.
Hanya saja meski dari tampak luar Mbah Ganti tidak mengalami masalah, kata Prof Yogiantoro, di organ dalam tubuhnya dipastikan ada yang rusak akibat peracunan minyak tanah yang terus-menerus.
“Tapi pasti ada yang rusak, kalau mendapat paparan minyak tanah terus menerus setidaknya ada kerusakan lolal di usus atau liver. Ini perlu diwaspadai,” kata Yogiantoro .
Sumber artikel
“Rasanya segar seperti minum air putih. Agak sepet sedikit tapi kalau sudah terbiasa, tidak terasa. Bahkan, habis minum minyak tanah, pegal-pegal hilang,” tutur Mbah Ganti saat ditemui Surya di rumahnya di Desa Boreh Bangle RT 2/RW 1, Kecamatan Merakurak, Tuban.
Lelaki tua yang masih bersemangat itu menuturkan, awal mula kebiasaan minum mitan terjadi ketika secara tak sengaja dirinya menyenggol jatuh lampu teplok di dapur rumahnya saat bermain. Karena takut dimarahi ibunya, Ganti kecil segera membersihkan minyak yang tumpah.
Saat itu pula dia mencium bau mitan, dan terpikat. Ganti kemudian mencicipi tetesan minyak tanah di sumbu lampu. Sejak itu, ganti secara diam-diam sering mencicipi tetesan mitan dari sumbu, bahkan langsung menyeruputnya dari botol mitan pada lampu teplok.
“Pernah, kapas saya celupkan ke minyak tanah, terus saya makan. Enak juga,” ucap Mbah Ganti dengan agak terkekeh.
Lama-kelamaan orangtuanya mengetahui dan sempat memarahi Ganti. Namun karena mitan itu tak mendatangkan sakit apapun bagi Ganti, akhirnya orangtuanya membiarkan Ganti menenggak mitan. Sekarang, tiap hari Ganti meminum mitan antara 0,5 liter hingga 1 liter. Minyak tanah itu diwadahi dalam botol bir.
“Saya minumnya tidak sekaligus tapi seteguk seteguk. Biasanya, menjelang malam, minyak tanah sebotol habis,” kata Mbah Ganti yang bertelanjang dada saat ditemui Surya.
Apakah minum minyak tanah tak membuatnya sakit?
Pria yang masih terlihat sisa-sisa keperkasaannya meski sudah keriput itu mengaku, hingga kini dirinya tak pernah mendapat masalah setelah minum mitan. Malahan, jika tidak meminum mitan, tenggorokan Mbah Ganti terasa kering dan badannya loyo. Baginya, minum mitan ibarat minum arak atau bir, yang bisa menambah semangat untuk bekerja.
“Justru dengan minum minyak tanah, saya tambah akas, makin lincah sewaktu kerja di sawah,” ujar lelaki yang memiliki 7 anak dan 3 cucu ini.
Salah seorang putri Mbah Ganti, Rasinah, 45, mengakui telah mengetahui kebiasaan bapaknya itu sejak dirinya masih kecil. Karena itulah, Rasinah dan anak-anaknya tak bisa melarang kebiasaan aneh bapaknya itu. “Mau bagaimana lagi, wong sudah lama minumnya,” jelas Rasinah.
Warga desa setempat juga maklum dengan kebiasaan Mbah Ganti.
Menurut Rasinah, hingga saat ini bapaknya tak pernah mengeluh kena penyakit berat, seperti gangguan pencernaan atau ginjal -yang mungkin terjadi akibat mengkonsumsi mitan. Malah, ucap Rasinah, jika tidak meminum mitan, bapaknya malas berangkat kerja di sawah.
“Sehabis sarapan dan meneguk minyak tanah, bapak bisa kerja di sawah sejak subuh hingga jam empat sore,” ucap Rasinah, nomor tiga dari 7 anak Ganti.
Tentu, seperti manusia normal, lanjut Rasinah, bapaknya juga pernah sakit. Namun sejauh ini hanya sakit ringan seperti sakit kepala atau flu. Jika sudah demikian, Mbah Ganti lebih memilih dipijati daripada minum obat, untuk menyembuhkan sakitnya.
“Saya juga heran, nyatanya selama ini setelah dipijat, sakitnya berkurang dan sembuh,” tutur Rasinah.
Meski demikian, Mbah Ganti juga masih meminum air putih dan menyukai pula minum kopi. Yang tak disukainya adalah minum teh. Dengan hobinya minum mitan itu, Mbah Ganti sedih jika mitan sempat mengalami kelangkaan dan harganya dinaikkan seperti beberapa bulan lalu.
“Saat minyak tanah menghilang dari toko-toko, saya coba meminum bensin. Ternyata enak, ada gurihnya. Tapi, karena harganya lebih mahal, ya bangkrut kalau terus minum bensin,” ucap Mbah Ganti sambil tersenyum.
Lantas bagaimana air kencingnya?
“Nggak tahu ya, kok biasa saja. Tidak ada bau minyak tanah,” jawab Mbah Ganti.
“Tapi, saya menghindari rokok.”
Sementara itu, ahli penyakit dalam RSU Dr Soetomo Surabaya, Prof dr HR Moh Yogiantoro Sp PD KGH, menyatakan apa yang dialami oleh Mbah Ganti itu adalah suatu kondisi yang disebut entoksi kronis. Dalam kondisi demikian, tubuh sudah melampaui batas terpapar racun (minyak tanah) sehingga telah mampu beradaptasi.
Hanya saja meski dari tampak luar Mbah Ganti tidak mengalami masalah, kata Prof Yogiantoro, di organ dalam tubuhnya dipastikan ada yang rusak akibat peracunan minyak tanah yang terus-menerus.
“Tapi pasti ada yang rusak, kalau mendapat paparan minyak tanah terus menerus setidaknya ada kerusakan lolal di usus atau liver. Ini perlu diwaspadai,” kata Yogiantoro .
Sumber artikel