Di Deli Serdang, Sumatra Utara, misalnya. Belum lama ini seorang bocah menjadi korban pencabulan. Bunga, sebut saja begitu, menjadi korban tetangganya, Judika Lumbangaol. Kasus ini terungkap saat bocah berusia enam tahun itu dimandikan neneknya. Bunga mengaku sakit pada kemaluannya. Sang nenek, Rahmaida Simanjuntak, kemudian membawa masalah ini kepada polisi.
Saat diperiksa di Kantor Kepolisian Percut Sei Tuan, Deli Serdang, Judika mengaku pencabulan itu terjadi dua hari lalu. Remaja 19 tahun ini mengaku nekat mencabuli bocah tetangganya itu lantaran tidak dapat mengendalikan nafsunya. Ini lantaran dia sering melihat situs porno di internet.
Dalam survei yang digelar di 12 kota besar pada tahun silam, Komisi Nasional Perlindungan Anak alias Komnas Anak mendapatkan hasil yang mencengangkan. Dari lebih 4.500 remaja yang disurvei, 97 persen di antaranya mengaku pernah menonton film porno.
Sebanyak 93,7 persen remaja sekolah menengah pertama dan sekolah menengah atas mengaku pernah berciuman serta happy petting alias bercumbu berat. Yang lebih menyeramkan lagi, 62,7 persen remaja SMP mengaku sudah tidak perawan lagi. Bahkan, 21,2 persen remaja SMA mengaku pernah melakukan aborsi.
Perilaku seks di kalangan remaja itu membuat Komnas Anak miris. "Ini cukup mengkhawatirkan kita," ucap Sekretaris Jenderal Komnas Anak Arist Merdeka Sirait.
Untuk mengatasi masalah tersebut, Komnas Anak secara tegas menyatakan remaja perlu dibekali dengan pendidikan seks. Masyarakat sudah waktunya untuk tidak lagi menganggap seks sebagai sesuatu yang tabu. Dengan rumusan yang benar, pendidikan seks diyakini mampu membekali para remaja sehingga tidak terjerumus dalam seks bebas.(ANS/Tim Liputan 6 SCTV)