ABG (Anak Baru Gede) adalah sebutan bagi remaja usia belasan tahun. Istilah kerennya sih teenager. Usia yang menurut para pakar psikologi berada di saat rawan karena penuh pemberontakan dan pencarian jati diri. Usia yang ibarat kembang yaitu sedang mekar-mekarnya, indah. Nah, keindahan inilah yang seringkali disalahgunakan untuk hal-hal yang nggak bener. Melacurkan diri adalah salah satunya.
Ketika browsing internet untuk mencari data tentang pelacuran ABG ini, saya langsung terhenyak. Mulai blog pribadi yang dikelola amatiran hingga media selevel Tempo, semuanya menyediakan data dan laporan lengkap tentang seluk beluk dunia esek-esek ala ABG ini. Seragam putih-biru alias SMP dan putih abu-abu atau SMA, lengkap ada semua. Mulai layanan tingkat amatir dengan harga cuma dibelikan makan siang hingga yang profesional sejumlah ratusan ribu bahkan jutaan, lengkap tersaji.
Saya pun memandang monitor komputer dengan nanar, bagaimanakah masa depan bangsa ini dengan polah ABG seperti ini? Tapi, tak ada masalah hadir tanpa solusi. So, kita telusuri yuk fenomena keberadaan pelacuran ABG ini untuk ditemukan akar masalahnya sehingga bisa dilakukan treatment untuk pengobatannya. Yuuuk!
ABG sayang, ABG malang
Melalui sejumlah wawancara dan investigasi, banyak di antara para ABG yang memutuskan dirinya melacur itu karena alasan ekonomi. Biaya sekolah yang mahal, harga buku yang tak murah serta kebutuhan hidup lainnya yang mendesak menjadi salah satu alasan yang dipilih untuk diberikan. Apalagi bila menjelang ujian yang jelas-jelas ada tagihan ini-itu dari pihak sekolah, walhasil jalanan jadi rame dipenuhi para ABG yang menjajakan diri.
Di antara mereka ada yang melakukannya tanpa sepengetahuan keluarga, tapi tidak sedikit yang mendapat restu orangtua. Bahkan ada seorang ibu yang sengaja menyelipkan kondom ke tas sekolah anaknya bila mereka akan keluar rumah. Nadzhubillah.
Kesulitan ekonomi bukan menjadi satu-satunya alasan para ABG jual diri. Tidak sedikit juga yang berasal dari kalangan atas bahkan ada anak pejabat terkenal yang sering muncul di TV nasional. Ketika diwawancarai, ia berkilah bahwa yang dilakukannya itu sebagai protes terhadap ayahnya yang jarang berada di rumah.
Tergiur gaya hidup yang konsumtif biar nggak dianggap kuno sama teman-teman sebaya juga bisa menjadi faktor yang lain. Punya HP keluaran model terbaru, MP4 Player, tas dan baju keluaran butik terkenal, jalan-jalan ke mal, bisa membuat para ABG lupa daratan. Persaingan antar teman juga bisa dijadikan alasan. Wih..si A kemarin habis jalan bareng sama om-om keren, si B nggak mau kalah hari ini menggandeng eksekutif papan atas ibu kota. Habis dikecewakan dan dinodai mantan pacar juga disebut-sebut sebagai alasan favorit para ABG ini. Ya, seabreg alasan bisa diberikan kalau sekadar sebagai pembenaran untuk perbuatan yang nggak bener. Ckckck...
Yuk berbenah!
Bro en Sis, kebebasan berekspresi dan bertingkah laku adalah sandaran yang tak dapat diganggu-gugat selama masyarakat masih menganut paham demokrasi ini. Para ABG ini pun sedang menyalurkan kebebasan sehingga payung hukum mana pun tak dapat menjeratnya. Paling pol yang bisa dilakukan pemerintah setempat adalah alasan usia yang masih di bawah umur. Lha kalo umur sudah cukup untuk melacur, pemerintah mau apa? Bahkan hukum pun telah ada dan sengaja dibuat untuk melindungi mereka yang menyebut dirinya sebagai PSK (Pekerja Seks Komersial).
Kebebasan lain yang diusung oleh demokrasi adalah bebas dalam kepemilikan. Harta bisa dimiliki dengan cara apapun juga, termasuk jalan haram sekalipun. Tak heran, bila lokalisasi prostitusi menjadi legal bin sah dalam kondisi seperti ini selama negara diuntungkan dari tarikan pajaknya. Apalagi bila dalih favorit yang sering dipakai alasan mulai dikeluarkan ‘keberadaan lokalisasi memberi nafkah pada banyak lapisan masyarakat’. Ciloko tenan kalo sudah begini.
Kita nggak mungkin tinggal diam dengan maraknya fenomena pelacuran ABG. Karena sungguh adzab Allah tidak saja akan menimpa mereka yang berbuat kerusakan di muka bumi, tapi semua bakal kena termasuk mereka yang alim. Allah Swt. berfirman:
“Dan peliharalah dirimu dari pada siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zalim saja di antara kamu. Dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaanNya.” (QS al-Anfaal [8]: 25)
Apalagi dalam keadaan ini, para ABG hanyalah korban dari sistem rusak yang sedang berlangsung di tengah-tengah kita. Jadi sayang sekali bila generasi muda tidak diselamatkan sejak dini mulai detik ini.
Peran serta orangtua yang bekerjasama dengan para guru harus digalang. Orangtua tak bisa menimpakan pendidikan anak-anaknya melulu kepada pihak sekolah saja. Begitu juga sebaliknya. Kedua elemen ini harus bahu-membahu meningkatkan kepedulian terhadap para ABG ini. Kepedulian ini pun harus ada ujud nyatanya dengan melakukan pendekatan kepada individu-individu ABG.
Akan lebih baik bila kedua elemen ini mengajak institusi keislaman yang jelas-jelas visi dan misinya mengerti masalah remaja. Tidak bisa dipungkiri usia orangtua dan guru yang termasuk ‘angkatan lama’ mengalami kendala dalam memahami gejolak jiwa remaja. Para ABG ini butuh sosok yang memahami dunia mereka dan berjalan mengiringi proses kedewasaan mereka. Sehingga tak perlu ada sikap ketakutan tanpa dasar pada pihak orangtua atau guru bila ada sosok yang peduli dengan dunia remaja. Waspada memang perlu tapi hendaklah disertai dengan sikap bijak. Berkomunikasi dan ‘sharing’ visi misi adalah langkah bijaksana daripada melarang tanpa alasan munculnya mereka yang berusaha peduli untuk menyelamatkan generasi ini.
Selalu ada ‘Second Chance’
Selama nafas masih ada dalam diri kita, tak pernah ada kata terlambat untuk bertaubat. Begitu juga bila kamu menemui atau mempunyai teman yang pernah menempuh keadaan di atas, maka janganlah dicibir atau dijauhi. Dekatilah mereka dengan kasih sayang dan tanpa ada prasangka. Karena selalu ada kesempatan lain dalam kehidupan bila kita memang benar-benar berniat untuk berubah. Ulurkan persahabatan tulus pada mereka yang telah sadar dan mau berubah. Namun bila yang terjadi adalah sebaliknya, dalam artian para ABG ini tak berniat kembali ke jalan yang benar, maka sungguh, Allah telah melihat upayamu dan bukan hasilmu.
Permasalahan ini memang tak bisa diselesaikan secara individual saja. Tak akan cukup hanya melibatkan pihak orangtua, para guru dan pihak sekolah, serta orang-orang yang peduli dengan masa depan remaja, namun dibutuhkan lebih daripada itu. Pemerintah sebagai pembuat kebijakan dan pengurus urusan rakyatnya harus juga peduli terhadap keselamatan moral dan akhlak generasi muda. Fakta di lapangan banyak berbicara bahwa maraknya pelacuran ABG melibatkan para oknum yang seharusnya melindungi tapi malah menarik untung dari transaksi haram ini.
Sindikat perdagangan ABG untuk dilacurkan juga harus ditindak dengan setegas-tegasnya. Bukan seperti yang terjadi sekarang ini, oknum yang seharusnya bertugas melindungi warga masyarakat, malah terlibat memperdagangkan ABG demi gepokan rupiah. Dan yang parah adalah pejabat-pejabat bermental rusak yang malah minta ‘disediakan’ ABG bila mereka melakukan kunjungan ke daerah-daerah.
Pemerintah harus serius menangani masalah pelacuran ABG ini, bukan sekadar ngurusi kursi apalagi menjelang pemilu begini. Pelacuran ABG merupakan puncak gunung es dari permasalahan yang lebih mendasar. Selebihnya masih banyak hal yang harus dibenahi mulai dari tingkat perekonomian masyarakat, moralnya, sistem pergaulan yang diadopsi, dll. Semua hal yang disebutkan di atas itu cuma cabang saja dari sebuah akar masalah yaitu ideologi suatu bangsa. Selama kita masih bangga dengan ideologi nano-nano alias kapitalis, sosialis dan agama dicampur aduk kayak sekarang ini, maka jangan pernah berharap bahwa masalah akan selesai.
Karena sungguh, kebenaran selamanya tak akan pernah bisa diaduk-aduk dengan kebatilan. Yang muncul akhirnya adalah kompromi-kompromi yang tidak masuk akal. Pelacuran ABG diperangi dengan alasan mereka masih di bawah umur. Lha kalo sudah dewasa, itu artinya mereka boleh melacurkan dirinya lagi? Malah sudah disediakan tuh lokalisasinya dengan stempel pelacuran sah dan resmi atas ijin negara. Benar-benar kacau balau kalo sudah begini urusannya. Maka tak heran, bila negeri ini tak putus dirundung malang. Seperti kata Om Ebiet G Ade dalam sebuah lagunya: “Mungkin Tuhan mulai bosan melihat tingkah kita yang selalu salah dan bangga dengan dosa-dosa...” Silakan renungkan ya.
Namun, selalu ada kesempatan kedua alias second chance bila kita mau bertaubat. Taubat dengan sebenar-benarnya taubat. Bukan tobat jenis tomat alias sekarang tobat besok kumat lagi, halah. Ini sama saja dengan mempermainkan Allah, tul kan? Taubat nasuha ini bukan saja dilakukan oleh individu ABG yang sudah terlanjur menempuh jalan haram, tapi juga harus dilakukan oleh segenap masyarakat dan negara. Barengan, gitu lho.
Yakinlah, selalu ada peluang untuk meniti jalan lurus demi meraih ridho ilahi. Jangan cuma bangga sebagai negara dengan jumlah muslim terbanyak di dunia, bila ternyata pelacuran terbesar pun ada di negara ini. Naudzhubillah.
Tak ada jalan lain untuk keluar dari kemelut ini kecuali menjalankan resep dari Yang Mahamempunyai Solusi yaitu Allah Rabbul Izzati. Resep itu harus dijalankan dengan keseluruhan, bukan separuh-separuh diambil yang enak-enak dan membawa manfaat saja. Karena resep yang cuma diminum separuh bukannya menyembuhkan, malah menimbulkan munculnya penyakit-penyakit baru.
Islam harus diterapkan secara keseluruhan atau kaaffah. Sangat tidak adil bila Islam hanya diambil ibadah ritualnya dan dibuang aspek sosial kemasyarakatan, pendidikan, ekonomi, pidana, pemerintahan, politik, dan lain sebagainya. Karena sungguh, tak ada satu sisi pun dalam kehidupan ini yang tak ada aturannya dalam Islam. Apalagi hanya untuk menuntaskan masalah pelacuran ABG, Islam sangat punya jawabannya. Benar itu. Ditanggung!
Pertanyaannya, apakah kita mau mengambil Islam saja sebagai solusi kehidupan? Ataukah kita masih bangga dan silau dengan sekularisme dan hukum pidana yang bersumber darinya? Hanya orang bebal dan tidak mempunyai akal saja yang masih percaya pada kapitalisme-sekularisme yang jelas-jelas kerusakannya itu. So, bagi kamu-kamu yang merasa dirimu orang pintar, cukup Islam saja sebagai solusi dan the way of life sekarang dan selamanya. Dijamin pasti tokcer. Dengan Islam, ABG pun bisa tumbuh berkembang menempuh jalan kedewasaan di jalan yang benar. Bila sudah begini, cerahlah masa depan suatu bangsa dan negara. Jadi, ambil Islam sebagai cara hidup. Campakkan demokrasi, sekularisme dan kapitalisme sebagai biang kerok pelacuran ABG. Yuuukkk! [ria: riafariana@yahoo.com]
Ketika browsing internet untuk mencari data tentang pelacuran ABG ini, saya langsung terhenyak. Mulai blog pribadi yang dikelola amatiran hingga media selevel Tempo, semuanya menyediakan data dan laporan lengkap tentang seluk beluk dunia esek-esek ala ABG ini. Seragam putih-biru alias SMP dan putih abu-abu atau SMA, lengkap ada semua. Mulai layanan tingkat amatir dengan harga cuma dibelikan makan siang hingga yang profesional sejumlah ratusan ribu bahkan jutaan, lengkap tersaji.
Saya pun memandang monitor komputer dengan nanar, bagaimanakah masa depan bangsa ini dengan polah ABG seperti ini? Tapi, tak ada masalah hadir tanpa solusi. So, kita telusuri yuk fenomena keberadaan pelacuran ABG ini untuk ditemukan akar masalahnya sehingga bisa dilakukan treatment untuk pengobatannya. Yuuuk!
ABG sayang, ABG malang
Melalui sejumlah wawancara dan investigasi, banyak di antara para ABG yang memutuskan dirinya melacur itu karena alasan ekonomi. Biaya sekolah yang mahal, harga buku yang tak murah serta kebutuhan hidup lainnya yang mendesak menjadi salah satu alasan yang dipilih untuk diberikan. Apalagi bila menjelang ujian yang jelas-jelas ada tagihan ini-itu dari pihak sekolah, walhasil jalanan jadi rame dipenuhi para ABG yang menjajakan diri.
Di antara mereka ada yang melakukannya tanpa sepengetahuan keluarga, tapi tidak sedikit yang mendapat restu orangtua. Bahkan ada seorang ibu yang sengaja menyelipkan kondom ke tas sekolah anaknya bila mereka akan keluar rumah. Nadzhubillah.
Kesulitan ekonomi bukan menjadi satu-satunya alasan para ABG jual diri. Tidak sedikit juga yang berasal dari kalangan atas bahkan ada anak pejabat terkenal yang sering muncul di TV nasional. Ketika diwawancarai, ia berkilah bahwa yang dilakukannya itu sebagai protes terhadap ayahnya yang jarang berada di rumah.
Tergiur gaya hidup yang konsumtif biar nggak dianggap kuno sama teman-teman sebaya juga bisa menjadi faktor yang lain. Punya HP keluaran model terbaru, MP4 Player, tas dan baju keluaran butik terkenal, jalan-jalan ke mal, bisa membuat para ABG lupa daratan. Persaingan antar teman juga bisa dijadikan alasan. Wih..si A kemarin habis jalan bareng sama om-om keren, si B nggak mau kalah hari ini menggandeng eksekutif papan atas ibu kota. Habis dikecewakan dan dinodai mantan pacar juga disebut-sebut sebagai alasan favorit para ABG ini. Ya, seabreg alasan bisa diberikan kalau sekadar sebagai pembenaran untuk perbuatan yang nggak bener. Ckckck...
Yuk berbenah!
Bro en Sis, kebebasan berekspresi dan bertingkah laku adalah sandaran yang tak dapat diganggu-gugat selama masyarakat masih menganut paham demokrasi ini. Para ABG ini pun sedang menyalurkan kebebasan sehingga payung hukum mana pun tak dapat menjeratnya. Paling pol yang bisa dilakukan pemerintah setempat adalah alasan usia yang masih di bawah umur. Lha kalo umur sudah cukup untuk melacur, pemerintah mau apa? Bahkan hukum pun telah ada dan sengaja dibuat untuk melindungi mereka yang menyebut dirinya sebagai PSK (Pekerja Seks Komersial).
Kebebasan lain yang diusung oleh demokrasi adalah bebas dalam kepemilikan. Harta bisa dimiliki dengan cara apapun juga, termasuk jalan haram sekalipun. Tak heran, bila lokalisasi prostitusi menjadi legal bin sah dalam kondisi seperti ini selama negara diuntungkan dari tarikan pajaknya. Apalagi bila dalih favorit yang sering dipakai alasan mulai dikeluarkan ‘keberadaan lokalisasi memberi nafkah pada banyak lapisan masyarakat’. Ciloko tenan kalo sudah begini.
Kita nggak mungkin tinggal diam dengan maraknya fenomena pelacuran ABG. Karena sungguh adzab Allah tidak saja akan menimpa mereka yang berbuat kerusakan di muka bumi, tapi semua bakal kena termasuk mereka yang alim. Allah Swt. berfirman:
“Dan peliharalah dirimu dari pada siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zalim saja di antara kamu. Dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaanNya.” (QS al-Anfaal [8]: 25)
Apalagi dalam keadaan ini, para ABG hanyalah korban dari sistem rusak yang sedang berlangsung di tengah-tengah kita. Jadi sayang sekali bila generasi muda tidak diselamatkan sejak dini mulai detik ini.
Peran serta orangtua yang bekerjasama dengan para guru harus digalang. Orangtua tak bisa menimpakan pendidikan anak-anaknya melulu kepada pihak sekolah saja. Begitu juga sebaliknya. Kedua elemen ini harus bahu-membahu meningkatkan kepedulian terhadap para ABG ini. Kepedulian ini pun harus ada ujud nyatanya dengan melakukan pendekatan kepada individu-individu ABG.
Akan lebih baik bila kedua elemen ini mengajak institusi keislaman yang jelas-jelas visi dan misinya mengerti masalah remaja. Tidak bisa dipungkiri usia orangtua dan guru yang termasuk ‘angkatan lama’ mengalami kendala dalam memahami gejolak jiwa remaja. Para ABG ini butuh sosok yang memahami dunia mereka dan berjalan mengiringi proses kedewasaan mereka. Sehingga tak perlu ada sikap ketakutan tanpa dasar pada pihak orangtua atau guru bila ada sosok yang peduli dengan dunia remaja. Waspada memang perlu tapi hendaklah disertai dengan sikap bijak. Berkomunikasi dan ‘sharing’ visi misi adalah langkah bijaksana daripada melarang tanpa alasan munculnya mereka yang berusaha peduli untuk menyelamatkan generasi ini.
Selalu ada ‘Second Chance’
Selama nafas masih ada dalam diri kita, tak pernah ada kata terlambat untuk bertaubat. Begitu juga bila kamu menemui atau mempunyai teman yang pernah menempuh keadaan di atas, maka janganlah dicibir atau dijauhi. Dekatilah mereka dengan kasih sayang dan tanpa ada prasangka. Karena selalu ada kesempatan lain dalam kehidupan bila kita memang benar-benar berniat untuk berubah. Ulurkan persahabatan tulus pada mereka yang telah sadar dan mau berubah. Namun bila yang terjadi adalah sebaliknya, dalam artian para ABG ini tak berniat kembali ke jalan yang benar, maka sungguh, Allah telah melihat upayamu dan bukan hasilmu.
Permasalahan ini memang tak bisa diselesaikan secara individual saja. Tak akan cukup hanya melibatkan pihak orangtua, para guru dan pihak sekolah, serta orang-orang yang peduli dengan masa depan remaja, namun dibutuhkan lebih daripada itu. Pemerintah sebagai pembuat kebijakan dan pengurus urusan rakyatnya harus juga peduli terhadap keselamatan moral dan akhlak generasi muda. Fakta di lapangan banyak berbicara bahwa maraknya pelacuran ABG melibatkan para oknum yang seharusnya melindungi tapi malah menarik untung dari transaksi haram ini.
Sindikat perdagangan ABG untuk dilacurkan juga harus ditindak dengan setegas-tegasnya. Bukan seperti yang terjadi sekarang ini, oknum yang seharusnya bertugas melindungi warga masyarakat, malah terlibat memperdagangkan ABG demi gepokan rupiah. Dan yang parah adalah pejabat-pejabat bermental rusak yang malah minta ‘disediakan’ ABG bila mereka melakukan kunjungan ke daerah-daerah.
Pemerintah harus serius menangani masalah pelacuran ABG ini, bukan sekadar ngurusi kursi apalagi menjelang pemilu begini. Pelacuran ABG merupakan puncak gunung es dari permasalahan yang lebih mendasar. Selebihnya masih banyak hal yang harus dibenahi mulai dari tingkat perekonomian masyarakat, moralnya, sistem pergaulan yang diadopsi, dll. Semua hal yang disebutkan di atas itu cuma cabang saja dari sebuah akar masalah yaitu ideologi suatu bangsa. Selama kita masih bangga dengan ideologi nano-nano alias kapitalis, sosialis dan agama dicampur aduk kayak sekarang ini, maka jangan pernah berharap bahwa masalah akan selesai.
Karena sungguh, kebenaran selamanya tak akan pernah bisa diaduk-aduk dengan kebatilan. Yang muncul akhirnya adalah kompromi-kompromi yang tidak masuk akal. Pelacuran ABG diperangi dengan alasan mereka masih di bawah umur. Lha kalo sudah dewasa, itu artinya mereka boleh melacurkan dirinya lagi? Malah sudah disediakan tuh lokalisasinya dengan stempel pelacuran sah dan resmi atas ijin negara. Benar-benar kacau balau kalo sudah begini urusannya. Maka tak heran, bila negeri ini tak putus dirundung malang. Seperti kata Om Ebiet G Ade dalam sebuah lagunya: “Mungkin Tuhan mulai bosan melihat tingkah kita yang selalu salah dan bangga dengan dosa-dosa...” Silakan renungkan ya.
Namun, selalu ada kesempatan kedua alias second chance bila kita mau bertaubat. Taubat dengan sebenar-benarnya taubat. Bukan tobat jenis tomat alias sekarang tobat besok kumat lagi, halah. Ini sama saja dengan mempermainkan Allah, tul kan? Taubat nasuha ini bukan saja dilakukan oleh individu ABG yang sudah terlanjur menempuh jalan haram, tapi juga harus dilakukan oleh segenap masyarakat dan negara. Barengan, gitu lho.
Yakinlah, selalu ada peluang untuk meniti jalan lurus demi meraih ridho ilahi. Jangan cuma bangga sebagai negara dengan jumlah muslim terbanyak di dunia, bila ternyata pelacuran terbesar pun ada di negara ini. Naudzhubillah.
Tak ada jalan lain untuk keluar dari kemelut ini kecuali menjalankan resep dari Yang Mahamempunyai Solusi yaitu Allah Rabbul Izzati. Resep itu harus dijalankan dengan keseluruhan, bukan separuh-separuh diambil yang enak-enak dan membawa manfaat saja. Karena resep yang cuma diminum separuh bukannya menyembuhkan, malah menimbulkan munculnya penyakit-penyakit baru.
Islam harus diterapkan secara keseluruhan atau kaaffah. Sangat tidak adil bila Islam hanya diambil ibadah ritualnya dan dibuang aspek sosial kemasyarakatan, pendidikan, ekonomi, pidana, pemerintahan, politik, dan lain sebagainya. Karena sungguh, tak ada satu sisi pun dalam kehidupan ini yang tak ada aturannya dalam Islam. Apalagi hanya untuk menuntaskan masalah pelacuran ABG, Islam sangat punya jawabannya. Benar itu. Ditanggung!
Pertanyaannya, apakah kita mau mengambil Islam saja sebagai solusi kehidupan? Ataukah kita masih bangga dan silau dengan sekularisme dan hukum pidana yang bersumber darinya? Hanya orang bebal dan tidak mempunyai akal saja yang masih percaya pada kapitalisme-sekularisme yang jelas-jelas kerusakannya itu. So, bagi kamu-kamu yang merasa dirimu orang pintar, cukup Islam saja sebagai solusi dan the way of life sekarang dan selamanya. Dijamin pasti tokcer. Dengan Islam, ABG pun bisa tumbuh berkembang menempuh jalan kedewasaan di jalan yang benar. Bila sudah begini, cerahlah masa depan suatu bangsa dan negara. Jadi, ambil Islam sebagai cara hidup. Campakkan demokrasi, sekularisme dan kapitalisme sebagai biang kerok pelacuran ABG. Yuuukkk! [ria: riafariana@yahoo.com]