Taman Memorial mematok harga Rp800 juta untuk kaveling royal family, bahkan Taman Kenangan berani mematok Rp1 miliar untuk kaveling sejenis.
Penyediaan lahan makam sekarang bukanlah persoalan enteng bagi Pemerintah Provinsi Jakarta. Sebab, 95 unit tempat pemakaman umum (TPU) yang dimiliki Jakarta saat ini yang luasnya mencapai 580 hektare tidak mampu lagi menampung jasad-jasad kaku tak bernyawa itu untuk berkubur. Dalam catatan Kantor Pelayanan Pemakaman (KPP) DKI Jakarta, saban hari, ada sekitar 100 hingga 130 warga Jakarta yang meninggal.
Memang tidak semua manusia yang meninggal di wilayah Ibu Kota dimakamkan di Jakarta karena ada sebagian dimakamkan di daerah asal mereka karena keinginannya. Akan tetapi, berdasarkan catatan KPP DKI Jakarta, tetap saja Ibu Kota kekurangan lahan makam sekitar 300 hektare untuk kebutuhan pemakaman warga yang meninggal tersebut. Tak pelak perburuan lahan makam di luar Jakarta menjadi tidak terelakan lagi. Kondisi ini ternyata mampu dimanfaatkan oleh sejumlah pengembang sebagai ceruk bisnis yang dibalut selimut sosial.
Setidaknya ada tiga proyek pemakaman komersial yang dikembangkan sebagai estat pemakaman yang kesemuanya berada di kawasan Karawang, Jawa Barat. Ketiga makam itu memiliki lahan pengembangan cukup luas, seperti Taman Kenangan Lestari seluas 32 hektare, Taman Memorial Graha Sentosa 200 hektare, dan San Diego Hills seluas 500 hektare.
Ibarat piknik
Pengelola “rumah masa depan itu” menyediakan berbagai macam pilihan kaveling dengan antara lain makam tunggal, ganda, keluarga, hingga kavling VIP (very important person). Ketiga pemakaman itu memang bisa dibilang kawasan elite karena didesain dengan biaya mahal, sehingga menciptakan lingkungan eksklusif dengan kualitas infrastruktur terbaik. Selain itu yang tak kalah penting, pengembang ingin menghapus kesan bahwa tempat pemakaman identik dengan hal-hal yang seram.
Pengembang pemakaman San Diego Hills bahkan menyediakan tiga fasilitas helipad di kawasan estat pemakamannya untuk kebutuhan pendaratan bagi peziarah yang menggunakan helikopter. Tidak heran, bagi orang yang datang ke pemakaman itu serasa pergi piknik saja karena suasananya yang memang menciptakan suasana rileks dan lanskapnya yang bernuansa rekreasi.
San Diego Hills paling menonjol terlihat sebagai kawasan rekreasi. Tepat di tengah-tengah kawasan pemakaman itu ada danau buatan seluas delapan hektare. Air danau itu berasal dari sudetan Sungai Citarum yang memang mengalir ke arah Kota Karawang. Pengelola San Diego Hills akan memanfaatkan danau itu sebagai sarana rekreasi bagi para pengunjung pemakaman. Akan disiapkan pula perahu-perahu dayung berikut pemandunya.
Semua itu tentu tidak didapat begitu saja, tapi sebanding dengan harga yang ditawarkan. Bayangkan harga pemakaman bisa ada yang sampai berharga Rp700 juta per kaveling. Taman Memorial mematok harga sedikitnya Rp800 juta untuk kaveling royal family, bahkan Taman Kenangan berani mematok Rp1 miliar untuk kaveling sejenis. Tarif harga makam itu lebih mahal dari harga satu unit apartemen di Jakarta yang masih bisa didapat seharga Rp300 juta.
Akan tetapi memang tidak semuanya semahal itu karena ada juga kaveling biasa dengan harga berkisar Rp3 jutaan untuk tipe makam single, sehingga orang bisa memilih sesuai dengan kemampuan kantong. Mengembangkan Taman Kenangan Lestari, Taman Memorial Graha Sentosa, dan San Diego Hills memang tidak murah. Akan tetapi pengelolanya perlu mengeluarkan investasi besar untuk membangunnya menjadi bagus. Jadi jangan heran, pengembang bisa menghabiskan dana ratusan miliar rupiah, bahkan sampai angka triliunan rupiah untuk membangun taman pemakaman tadi.
Dengan tampilan pemakaman seperti itu, tak pelak banyak masyarakat tertarik untuk dikuburkan di sana apabila saatnya telah tiba. Menurut Andi Kurniawan Alie, General Manager Operation San Diego Hills, tercatat orang-orang besar seperti Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo, desainer Iwan Tirta, raja sinetron Raam Punjabi, artis Rima Melati, mantan Gubernur DKI Soerjadi Soedirdja, hingga mantan Menteri Pemberdayaan BUMN Tanri Abeng telah memesan dan membeli lahan pemakaman di sana.
Tak pelak sistem pesan lahan makam jauh- jauh hari sebelum ajal menjemput menjadi sebuah tren baru yang menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat perkotaan. [Sumber: Bisnis Indonesia]