Beberapa PNS Pemko Medan mengatakan, setiap ada rombongan pejabat Jakarta yang datang, pasti ada yang meminta disediakan perempuan etnis tertentu. Untuk “ditiduri” oleh para koruptor yang juga “penjahat kelamin” itu.
Pekan lalu koran harian Sumut Pos menulis artikel berjudul Cerita di Balik Pejabat yang Suka ‘Bonus’ Wanita, tentang [oknum] pejabat Jakarta yang sering mencari “perempuan” saat datang ke Medan, seperti dikutip Blog Berita berikut ini.
Minta yang muda, hot, dan berkelas. Transaksi biasanya berlangsung cepat, karena petugas penghubung pejabat pusat dan petugas penghubung dari Kota Medan sudah tahu sama tahu. Jadi tinggal jemput si wanita dan langsung diantar ke hotel tempat pejabat bersangkutan menginap.
Cerita seputar urusan teman tidur itu didapatkan wartawan koran ini dari sejumlah PNS Pemko Medan yang sering dapat tugas menjadi ‘petugas penghubung’. Namun hanya dua orang yang mau terbuka. “Biasanya memang ada yang minta, kita langsung paham. Nggak perlu dibilang detail, kita udah ngerti. Tinggal ‘koordinasi’ dengan orang-orang kita, malam sesuai waktu yang diminta, ceweknya langsung diantar ke hotel,” ujar PNS Pemko Medan itu.
Dia bilang, biasanya setiap ada rombongan pejabat dari Jakarta, dua atau tiga orang pasti ada saja yang minta disediakan wanita. “Kita nggak tahu pasti, apakah si pejabat yang meminta atau malah anak buahnya, tapi yang jelas kita tinggal kontak langganan kita yang menyediakan wanita itu. Seleranya sudah pasti. Mereka pasti minta yang muda, di bawah 20-an tahun. Lagipula langganan kita itu hanya menyediakan wanita di bawah usia 20-an tahun,” tukasnya.
Wanita-wanita yang disediakan seperti apa? “Pokoknya masih muda. Rata-rata usia anak SMA. Kalau mau, saya bisa kenalkan dengan bosnya,’’ ujarnya.
Dia mengatakan, tak semua pejabat Jakarta yang minta layanan gratis. Sebagian ada juga yang mengerti atau memberikan bayaran. “Kita tinggal mencarikan saja, semua biaya mereka yang tanggung sendiri. Padahal, dana taktis untuk itu sudah disediakan. Kalau begini kita yang untung. Soal dana taktis dari mana jangan ditanya. Yang pasti bukan uang kantong saya,” tambahnya.
‘Eksekusi’ di hotel mana? Pertanyaan itu dijawab lelaki muda ini dengan menunjuk lurus ke arah selatan, sebuah hotel berbintang di dekat kantor pemerintahan. “Kalau saya yang mencarikan, biasanya dibawa ke hotel itu. Di hotel itu tempatnya memang lebih aman. Kalau pejabat sudah pasti tahulah,” tuturnya.
Sementara itu, seorang PNS lainnya dari Sekretariat Pemko Medan juga mengakui ada segelintir pejabat yang minta disediakan wanita. “Jarang-jaranglah yang minta disediakan. Tapi memang kadang-kadang ada. Tapi semuanya sudah diatur. Kita tinggal meminta agar si pejabat itu tinggal meluncur ke hotel itu. Beberapa kali saya diminta menyediakan wanita, semua yang bayar mereka sendiri,” tambahnya.
Ada informasi sekelompok wanita yang tergabung dalam sebuah even jadi langganan pejabat? “Nggak, nggak ada. Mana ada mereka yang seperti itu. Semuanya bisa kita jamin bersih. Informasi yang selama ini menyebut kalau mereka simpanan pejabat, itu juga tidak benar. Tapi dulu memang ada, tapi cuma satu orang. Itu pun paling cuma dipegang-pegang aja sama bos-bos,” pungkasnya.
Putih, bersih, menawan, tubuh semampai adalah sederetan kriteria yang wajib dimiliki seorang “perempuan” dalam tanda kutip. “Kalau bisa agak genit, jadi bikin tambah penasaran,” kata Raul [bukan nama sebenarnya], seorang penghubung dan informan yang bisa mencarikan wanita-wanita “teman tidur” bagi pejabat.
Meskipun bukan seorang pejabat pemerintahan, namun Raul mewakili dari sekian banyak pria yang doyan perempuan dalam tanda kutip tersebut. Pria bertubuh tegap ini, sehari-hari mangkal di warkop yang jaraknya tak jauh dari sebuah hotel berbintang empat. Coba tanya apa pekerjaannya, “Mencari peluang dan kesempatan, siapa tahu ada yang ingin dibantu untuk dicarikan ‘teman semalam suntuk’,” ujarnya sembari terkekeh.
Tak disangka, para pelanggan Raul rupanya bukan orang-orang sembarangan, boleh dibilang orang-orang yang berasal dari kelas menengah ke atas. Termasuk pejabat? “Belum pernah ada pejabat yang langsung meminta sama Saya. Tapi itu biasanya, ditangani secara profesional. Paling-paling saya hanya dijadikan informan saja, untuk memberitahu ‘di mana yang bagus dan tidak bagus’,” ungkapnya.
Namun, sambung pria berpenampilan parlente ini, kalaupun ada pejabat yang minta dicarikan biasanya tidak pernah ketahuan gerak-geriknya. “Tiba-tiba sudah berada di lobi hotel saja, dan biasanya tidak pernah sendirian, pasti beramai-ramai. Nanti sudah ada saja perempuan yang menghampiri,’’ sambungnya. Namun jangan salah sangka, perempuan ini pun bukan perempuan sembarangan. Tingkahnya bak wanita karir. Penampilannya pun jauh dari gambaran perempuan “begituan”. Begitu pun cara bicara perempuan tersebut, malah lebih persis seperti manajer perusahaan. Sehingga seolah-olah seperti pertemuan pejabat dengan kliennya untuk membicarakan program, proyek, atau rapat tertentu.
Rata-rata perempuan yang disukai para pelanggan Raul adalah cewek dari etnis tertentu. [Sumut Pos/tim]