Dampak kemiskinan benar-benar kejam. Karena butuh uang Rp 12 juta untuk biaya operasi tumor rahim yang dideritanya, Lilik Mulyana (41), ibu dua anak asal Desa Panggung, Kelurahan Kidul Dalem, Kecamatan Bangil, Kabupaten Pasuruan, harus melakoni pekerjaan sebagai pedagang ekstasi (ineks).
Namun, niat mengakhiri derita akibat tumor ganas itu tinggal harapan. Ia ditangkap polisi ketika melayani pembeli ineks. Apesnya, pemesan pil setan itu adalah polisi yang menyamar sebagai pembeli.
Lilik diringkus saat berada di pintu masuk Pasar Gempol, Pasuruan, Jumat (30/5) sekitar pukul 15.45. Dari tangannya diamankan 100 butir ineks warna biru berlogo Playboy dan ponsel miliknya. Lilik pun harus mendekam di tahanan.
Kepala Satserse I Ditreskoba Polda Jatim AKBP Firmansyah menjelaskan, sesuai pengakuan tersangka, barang itu didapatkan dari U, pemasok asal Surabaya yang kini menjadi buronan. Dari U, Lilik membeli ineks Rp 75.000 per butir, dan dijual lagi ke pelanggannya Rp 85.000 per butir. “Dia mengambil keuntungan Rp 10.000 per butir,” ujar mantan Wakil Kepala Polres Batu ini, Jumat.
Berdagang ineks sudah dilakoni Lilik sejak Harianto, suaminya, kembali dibekuk polisi saat mengantar pesanan ineks, setahun lalu. Kini suami Lilik mendekam di lembaga pemasyarakatan (LP) di Bali. Sebelum itu, Harianto dua kali ditahan di LP Madiun dengan perkara yang sama. Sementara itu, sejak meneruskan pekerjaan suaminya, Lilik mengaku baru empat kali mengantar ineks ke pelanggannya sebanyak puluhan ineks. “Saya butuh uang Pak, untuk biaya operasi,” katanya lirih saat diperiksa di Mapolda Jatim.
Menurut Lilik, uang itu untuk membiayai operasi tumor rahim yang bersarang di perutnya. Sebelumnya dia pernah berkonsultasi dengan dokter di Pasuruan, yang mengharuskannya segera dioperasi. “Biayanya Rp 12 juta,” kata Lilik.
Akibat penyakit itu, sejak ditahan di Mapolda penyidik membawa Lilik ke RS Bhayangkara untuk memeriksa tumornya. Menurut AKBP Firmansyah, pihaknya telah meminta rekam medis Lilik dari dokter yang pernah menanganinya di Pasuruan. “Informasi yang kami dapat, sesuai vonis dokter yang menangani tersangka di Pasuruan, usia tersangka hanya tersisa enam bulan. Itu pun jika fisiknya kuat menahan sakitnya itu,” ujar Firmansyah. Hingga kemarin, belum ada keluarga yang membesuk Lilik di tahanan.
Berjualan Rujak
Lilik Mulyana sehari-hari menjadi pedagang kaki lima (PKL) di bekas Pasar Lama Bangil. Bersama Linda, adiknya, dia berjualan rujak dan es campur. Setiap pagi, meski mengidap tumor rahim, ia mendorong gerobak menuju tempat mereka berjualan yang berjarak sekitar 500 meter dari rumah. “Dari hasil jualan itu, kakak saya hanya bisa menutupi kebutuhannya sehari-hari. Untuk membayar sekolah putra-putrinya dia sangat kesulitan. Dengan musibah seperti ini saya bingung,” kata Linda didampingi suaminya, Abd Rahman, kepada Surya, Jumat malam.
Lilik memiliki dua anak, seorang putra kelas I SMA di Bangil dan seorang putri yang duduk di kelas V SD. Mereka menghuni rumah di Gang Panggung, Kelurahan Kidul Dalem, Kecamatan Bangil, Kabupaten Pasuruan. Rumah itu merupakan warisan dari orangtua Lilik yang menjadi hak bersama empat saudara lainnya. Kondisi rumah sangat sederhana, asbes atap banyak yang berlubang karena pecah, selain pinggiran atap yang keropos. Selain itu, barang yang tampak hanya sebuah TV dan VCD ditambah seperangkat sound system milik Abdur Rahman, suami Linda.
Menurut Linda, suami Lilik tengah bekerja di Bali dan tidak pernah pulang. “Dulunya Lilik kontrak dan setahun terakhir ini ia hidup bersama keluarga saya menempati rumah warisan orangtua milik bersama ini,” kata Linda.
Terkait sakit yang dialami Lilik, Linda membenarkan dia mengidap tumor rahim ganas. Kepada Surya, Linda menunjukkan hasil rontgen penyakit Lilik. “Selain tumor rahim, ia juga menderita penyakit lainnya, termasuk tiap hari sakit kepala. Menurut dokter, itu karena sel darah terus teracuni akibat kanker atau tumor itu. Makanya itu saya dan keluarga bingung mengatasi masalah ini. Untuk operasi saja kami kesulitan mendapatkan uang, padahal sakitnya sudah kronis, nyawanya terancam. Apalagi untuk biaya mengurusi masalah ini,” ujar Linda sembari menahan isak tangis. Saat Surya tengah berbincang dengan Linda dan Abd Rahman, datang putri Lilik. “Anak-anaknya sudah tahu permasalahannya kok,” urai Abd Rahman. (Sumber)
Namun, niat mengakhiri derita akibat tumor ganas itu tinggal harapan. Ia ditangkap polisi ketika melayani pembeli ineks. Apesnya, pemesan pil setan itu adalah polisi yang menyamar sebagai pembeli.
Lilik diringkus saat berada di pintu masuk Pasar Gempol, Pasuruan, Jumat (30/5) sekitar pukul 15.45. Dari tangannya diamankan 100 butir ineks warna biru berlogo Playboy dan ponsel miliknya. Lilik pun harus mendekam di tahanan.
Kepala Satserse I Ditreskoba Polda Jatim AKBP Firmansyah menjelaskan, sesuai pengakuan tersangka, barang itu didapatkan dari U, pemasok asal Surabaya yang kini menjadi buronan. Dari U, Lilik membeli ineks Rp 75.000 per butir, dan dijual lagi ke pelanggannya Rp 85.000 per butir. “Dia mengambil keuntungan Rp 10.000 per butir,” ujar mantan Wakil Kepala Polres Batu ini, Jumat.
Berdagang ineks sudah dilakoni Lilik sejak Harianto, suaminya, kembali dibekuk polisi saat mengantar pesanan ineks, setahun lalu. Kini suami Lilik mendekam di lembaga pemasyarakatan (LP) di Bali. Sebelum itu, Harianto dua kali ditahan di LP Madiun dengan perkara yang sama. Sementara itu, sejak meneruskan pekerjaan suaminya, Lilik mengaku baru empat kali mengantar ineks ke pelanggannya sebanyak puluhan ineks. “Saya butuh uang Pak, untuk biaya operasi,” katanya lirih saat diperiksa di Mapolda Jatim.
Menurut Lilik, uang itu untuk membiayai operasi tumor rahim yang bersarang di perutnya. Sebelumnya dia pernah berkonsultasi dengan dokter di Pasuruan, yang mengharuskannya segera dioperasi. “Biayanya Rp 12 juta,” kata Lilik.
Akibat penyakit itu, sejak ditahan di Mapolda penyidik membawa Lilik ke RS Bhayangkara untuk memeriksa tumornya. Menurut AKBP Firmansyah, pihaknya telah meminta rekam medis Lilik dari dokter yang pernah menanganinya di Pasuruan. “Informasi yang kami dapat, sesuai vonis dokter yang menangani tersangka di Pasuruan, usia tersangka hanya tersisa enam bulan. Itu pun jika fisiknya kuat menahan sakitnya itu,” ujar Firmansyah. Hingga kemarin, belum ada keluarga yang membesuk Lilik di tahanan.
Berjualan Rujak
Lilik Mulyana sehari-hari menjadi pedagang kaki lima (PKL) di bekas Pasar Lama Bangil. Bersama Linda, adiknya, dia berjualan rujak dan es campur. Setiap pagi, meski mengidap tumor rahim, ia mendorong gerobak menuju tempat mereka berjualan yang berjarak sekitar 500 meter dari rumah. “Dari hasil jualan itu, kakak saya hanya bisa menutupi kebutuhannya sehari-hari. Untuk membayar sekolah putra-putrinya dia sangat kesulitan. Dengan musibah seperti ini saya bingung,” kata Linda didampingi suaminya, Abd Rahman, kepada Surya, Jumat malam.
Lilik memiliki dua anak, seorang putra kelas I SMA di Bangil dan seorang putri yang duduk di kelas V SD. Mereka menghuni rumah di Gang Panggung, Kelurahan Kidul Dalem, Kecamatan Bangil, Kabupaten Pasuruan. Rumah itu merupakan warisan dari orangtua Lilik yang menjadi hak bersama empat saudara lainnya. Kondisi rumah sangat sederhana, asbes atap banyak yang berlubang karena pecah, selain pinggiran atap yang keropos. Selain itu, barang yang tampak hanya sebuah TV dan VCD ditambah seperangkat sound system milik Abdur Rahman, suami Linda.
Menurut Linda, suami Lilik tengah bekerja di Bali dan tidak pernah pulang. “Dulunya Lilik kontrak dan setahun terakhir ini ia hidup bersama keluarga saya menempati rumah warisan orangtua milik bersama ini,” kata Linda.
Terkait sakit yang dialami Lilik, Linda membenarkan dia mengidap tumor rahim ganas. Kepada Surya, Linda menunjukkan hasil rontgen penyakit Lilik. “Selain tumor rahim, ia juga menderita penyakit lainnya, termasuk tiap hari sakit kepala. Menurut dokter, itu karena sel darah terus teracuni akibat kanker atau tumor itu. Makanya itu saya dan keluarga bingung mengatasi masalah ini. Untuk operasi saja kami kesulitan mendapatkan uang, padahal sakitnya sudah kronis, nyawanya terancam. Apalagi untuk biaya mengurusi masalah ini,” ujar Linda sembari menahan isak tangis. Saat Surya tengah berbincang dengan Linda dan Abd Rahman, datang putri Lilik. “Anak-anaknya sudah tahu permasalahannya kok,” urai Abd Rahman. (Sumber)